Hikmah

Agar Orang Tua Tak Menyesal atas Kelakuan Anaknya Kelak

Jum, 23 Oktober 2020 | 13:30 WIB

Agar Orang Tua Tak Menyesal atas Kelakuan Anaknya Kelak

Islam memerintahkan pemeluknya untuk menjaga tak hanya dirinya sendiri tapi juga keluarganya, dari berbagai hal buruk yang merugikan di dunia, lebih-lebih di akhirat.

Penyesalan selalu datang belakangan. Tak terasa teteskan air mata saat mendengar cerita seorang bapak menangis merintih, sang ibu terpapar pingsan di kamar. Awal kisahnya adalah ketika anak laki-laki pertama dari tiga bersaudara menaruh cinta pada seorang wanita. Maksud hati ingin menjadikannya istri sebagai pelengkap hidup di dunia. Singkat cerita acara tunangan pun terjadi dengan tenggang waktu delapan bulan menuju pernikahan.


Rupanya perjalanan waktu telah merubah arah tujuan yang telah disepakati bersama. Ujian cinta datang menjadikan keduanya memutuskan untuk membatalkan pertunangan. Entah dengan alasan apa si cowok berubah drastis menjadi liar. Akal sehat seakan hilang, setiap orang di ditantang perang, tingkah lakunya tidak beradab mengundang bumerang. 


Semakin hari masalah bukan semakin mereda, bahkan semakin menjadi. Kebencian terhadap mantannya ia tebar lewat media sosial dengan kata-kata kotor dan menyakitkan. Sebagai orang tua, merasa nama anak perempuannya dicemarkan, serentak tidak terima dan langsung mendatangi keluarga laki-lakinya. 


Musyawarah antar keluarga pun terjadi dengan didampingi RT, kepala desa, dan pengamat hukum setempat. Setelah terjadi musyawarah kurang lebih 3 jam, permasalahan diakhiri dengan hitam di atas putih. Pihak wanita memaafkan segala kesalahan dengan syarat laki-laki itu tidak akan berbuat ulah lagi dalam tiga hari.


Dua jam berlalu setelah surat kesepakatan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan pihak pemerintahan, rupanya si laki-laki kembali menantang orang tua wanita dengan kata-kata kotor. Sepertinya kesabarannya sudah tidak terbendung lagi. Mereka memutuskan untuk memperkarakan kepada pihak berwajib.


Mendengar keputusan tersebut serentak sang ayah dari pihak laki-laki menangis sambil berkata lirih, “Nak...nak...kamu memang ingin membunuh bapakmu.” Sementara ibunya pingsan di dalam kamar.


Jika sudah demikian adanya, siapa yang harus disalahkan?


Anak adalah amanah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Orang tua wajib mendidik anak-anaknya menjadi saleh, patuh, dan berbakti kepada Allah subhanahu wata'ala. Anak itu ibarat pohon melati, jika tidak diberi lanjaran sejak kecil, maka tingginya akan berkelok tidak beraturan. Orang tua dapat menangis karena bahagia melihat anak-anaknya saleh berprestasi. Sebaliknya orang tua juga bisa menangis karena sikap buruk anak-anaknya. Sehingga Allah mengingatkan kepada orang-orang yang beriman dalam firman-Nya,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٤) إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (١٥)


Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara isteri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar" (QS At-Taghabun[64]: 14-15).


Tanggung Jawab Pendidikan

Islam memerintahkan pemeluknya untuk menjaga tak hanya dirinya sendiri tapi juga keluarganya dari berbagai hal buruk yang dapat menjerumuskan pada kerugian di dunia, lebih-lebih kerugian di akhirat. Al-Qur’an berpesan:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (٦)


"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS At-Tahrim[66]: 6).


Salah satu instrumen penting dalam menjaga anak dari mudarat-mudarat tersebut adalah melalui pendidikan. Prosesnya dilakukan bisa sejak anak masih bayi. Secara garis besar, pendidikan untuk sang buah hati meliputi hal-hal sebagai berikut: 


1.    Pendidikan aqidah
Pendidikan aqidah pertama kali melalui lantunan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri ketika anak dilahirkan. Jika dirinci setidaknya terdapat 26 kalimat sebagai bentuk pendidikan aqidah, yaitu:

a.    10 kalimat takbir
b.    3 kalimat syahadat tauhid
c.    3 kalimat syahadat rasul
d.    3 seruan shalat
e.    3 seruan meraih kebahagiaan yang haqiqi
f.    2 pernyataan ditegakkannya shalat
g.    2 kalimat tahlil


2.    Pendidikan Ibadah

Sebagaimana masuk dalam 26 kalimat tersebut di atas terdapat 3 kalimat seuan untuk melaksanakan shalat. Ini menunjukkan pentingnya shalat sebagai bentuk ketundukan seorang hamba kepada sang khalik. Sebagai muslim minimal 5 kali sehari semalam menjalankan shalat.


3.    Tujuan hidup manusia

Dengan dasar aqidah yang kuat dibarengi dengan istiqamah menjalankan ibadah manusia akan meraih kebahagiaan yang haqiqi, kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Sebagaimana yang terdapat dalam adzan dan iqamah hayya ‘alal falah.


4.    Pendidikan akhlak

Pendidikan akhlak pertama kali dikenalkan orang tua melalui ibadah sunnah aqiqah. Sesuai dengan hadits Rasulullah: “Bahwa setiap anak tergadai dengan akikah yang disembelih pada hari ke tujuh kelahiran anak.” (HR. Ahmad). Dengan akikah diharapkan seorang anak akan memberikan pertolongan kepada orang tuanya kelak di hari kiamat. Tentu orang tua pun berkewajiban mendidik kesalehan anak sehingga menjadi ahli surga yang dapat menyelamatkan orang tuanya.


5.    Pendidikan ekonomi

Selain sebagai pendidikan akhlak, akikah juga mengandung nilai pendidikan ekonomi. Sebab binatang akikah merupakan hasil kerja keras orang tua. Dan cara memperolehnya haruslah dengan cara yang halal. 


6.    Pendidikan kesehatan

Pentingnya makan makanan yang baik dan halal adalah terciptanya kesehatan diri baik jasmani maupun rohani. 


Doa Orang Tua untuk Anak dan Keturunannya

Setiap orang tua tentu menginginkan buah hati yang sempurna, sehat jasmani rohani, cerdas, berbudi, shaleh dan berprestasi. Semua itu sebenarnya telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihissalam yang tercantum dalam Al-Qur’an.


1.    Memohon keturunan yang saleh 


رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (١٠٠)


Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh” (QS Ash-Shaffat: 100).


2.    Memohon lingkungan yang aman dan ketauhidan


وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ (٣٥)


…dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala” (QS Ibrahim: 35)


3.    Doa agar istiqamah menjalankan shalat


رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (٤٠)


Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku” (QS Ibrahim: 40).


4.    Doa agar diberikan kecukupan rezeki


وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٢٦)


"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali" (QS al-Baqarah: 126)


5.    Mendoakan keturunan menjadi pemimpin 


وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ (١٢٤)


"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji. Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim" (QS al-Baqarah: 124).


Jaenuri, Dosen Fakultas Agama Islam UNU Surakarta