Hikmah

Herbal Imam Syafi’i Efektif untuk Fitoterapi COVID-19

Sen, 22 Agustus 2022 | 22:15 WIB

Herbal Imam Syafi’i Efektif untuk Fitoterapi COVID-19

Herbal Imam Syafi’i untuk Fitoterapi COVID-19

COVID-19 sampai saat ini masih menjadi pandemi. Meskipun vaksinasi telah dilakukan dan obat-obatnya mulai ditemukan, kasusnya masih bertambah di seluruh dunia. Banyak pihak yang memprediksi bahwa COVID-19 akan menjadi penyakit endemik. Itu berarti kejadiannya akan selalu ada dan tidak akan hilang dari muka bumi.

Di tengah penemuan vaksin dan obat COVID-19 oleh negara maju, negara berkembang mencoba alternatif terapi untuk mengelola penyakit itu. Herbal atau fitoterapi menjadi pilihan potensial untuk mengatasi gejala COVID-19. Menariknya, fitoterapi untuk COVID-19 yang telah dikembangkan dan terbukti efektif, ada yang salah satu komponennya menggunakan bahan herbal prakarsa Imam Syafi’i.

Bahan dari bunga Violet yang memiliki nama latin Viola odorata dan dikenal di pasaran dengan Sweet Violet, merupakan herbal yang diprakarsai oleh Imam Syafi’i untuk digunakan pada masa pandemi. 


Dalam kitab Mâ Rawâhu al-Wâ’ûn fî Akhbârit Thâ’ûn, Imam as-Suyuthi menuliskan:


“Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, pendapat yang paling terkenal dari Imam Syafi’i adalah pernyataan yang disampaikan oleh Ibnu Abi Hatim dan lainnya, yaitu: ‘Menurut saya, obat paling berkhasiat untuk wabah adalah al-Banafsaj (bunga Viola odorata), baik dibuat minyak untuk dioles maupun dijadikan minuman.” (As-Suyuthi, Mâ Rawâhu al-Wâ’ûn fî Akhbârit Thâ’ûn, [Damaskus, Dârul Qalam], halaman 170).


Bunga Violet telah diuji secara ilmiah dan terbukti efektif untuk meredakan gejala COVID-19 saat ini. Sekelompok peneliti dari Iran menjadikan bunga Violet sebagai salah satu komposisi minuman herbal dan menelitinya bersama dengan bahan-bahan lainnya pada masa pandemi COVID-19 merebak. 


Mazaheri dan tim dari salah satu universitas di Isfahan telah melakukan penelitian untuk menguji minuman herbal yang mengandung bunga Violet pada pasien-pasien COVID-19. Hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Immunopathologia Persa yang terbit pada tahun 2022 sebagai berikut.


“Baru-baru ini telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk meneliti khasiat dari kombinasi bindii, Melilotus officanalis, bunga Sweet Violet, biji Chicory, dan bunga Mallow yang digunakan sebagai minuman herbal untuk memperbaiki gejala-gejala pada saluran napas pasien yang mengalami COVID-19.” (Mazaheri dkk, 2002, Efficacy of herbal tea preparation including mallow flower, chicory seeds, sweet violet, Melilotus officinalis, and bindii for improving respiratory symptoms in patients with COVID-19; a randomized controlled clinical trial, Immunopathologia Persa, Nickan Research Institute).


Setelah penelitian dilakukan kepada 2 kelompok secara acak dan terkendali, peneliti menyimpulkan bahwa minuman herbal yang salah satu komposisinya mengandung bunga Violet terbukti dapat menghilangkan gejala batuk dan napas pendek pada pasien COVID-19. 
Hasil lainnya yang juga penting dalam penelitian tersebut adalah meningkatnya saturasi oksigen sehingga mempercepat penyembuhan dari COVID-19. 


Pernyataan Imam Syafi’i yang hidup pada abad ke-2 hingga ke-3 Hijriah tentang bunga Violet telah terbukti saat ini. Beliau bahkan merinci bentuk herbal yang berupa minuman sebagai wujud penggunaan bunga Violet. Artinya, minuman yang diformulasikan dapat mengandung bunga Violet sebagai salah satu komponennya. Komponen lainnya dalam minuman bisa merupakan pemberi rasa atau herbal lain yang mendukung khasiatnya.


Berdasarkan hasil penelitian itu, sebagian besar gejala COVID-19  yang dapat diperbaiki oleh bunga Violet merupakan gangguan paru-paru. Hal ini sejalan dengan manfaat bunga Violet yang diungkapkan oleh Ibnu Sina dalam kitab Al-Qânûn fit Thibb sebagai berikut:


Banafsaj atau bunga Violet, terutama yang diramu bersama dengan gula, sangat bermanfaat untuk batuk yang panas dan dapat membuat paru-paru serta dada menjadi rileks. Sirupnya sangat berguna untuk penyakit pleurisy (radang selaput paru-paru) dan pneumonia (radang paru-paru).” (Abu Ali al-Husain bin Abdullah bin Sina, al-Qânûn fit Thibb Book II, [New Delhi, Jamia Hamdard: 1998], halaman 111).


Pneumonia merupakan penyakit radang paru yang juga terjadi pada infeksi COVID-19. Bahkan nama penyakit COVID-19 ini pada mulanya adalah Pneumonia Wuhan yang berarti penyakit radang paru dari Wuhan (China). Selain itu, tidak sedikit pula orang-orang yang mengalami COVID-19 dalam jangka panjang atau fenomena long COVID ternyata memiliki pleurisy atau radang pada selaput paru-paru.


Penggunaan Bunga Violet untuk pleurisy, yang dalam bahasa arab dikenal dengan Dzatul Janbi, juga dibahas oleh Al-Hafiz Adz-Dzahabi dalam kitabnya Thibbun Nabawi sebagai berikut:


Pleurisy atau radang selaput paru-paru yang sesungguhnya bisa diterapi dengan formula campuran yang terdiri dari Tepung Barley, Bunga Mallow Putih, dan Bunga Violet.” (Adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyaul Ulum: 1990], halaman 256).


Kutipan kitab tersebut menunjukkan bahwa bunga Violet dapat diformulasikan dalam kombinasi dengan bahan-bahan herbal lainnya. Formula kombinasi tersebut digunakan untuk terapi gejala-gejala penyakit pernapasan yang yang berkaitan dengan gangguan paru-paru. Kombinasi bahan herbal dari tanaman untuk terapi penyakit itulah yang disebut sebagai fitoterapi.


Imam Syafi’i, Ibnu Sina, dan Al-Hafiz adz-Dzahabi tidak hidup dalam satu zaman. Namun, mereka memiliki kepedulian yang besar terhadap ilmu pengobatan sehingga manfaat dari karya-karyanya bisa dipetik hingga masa pandemi saat ini. Karena itu, selayaknya kaum muslimin memberikan perhatian yang besar dengan mengkaji dan menerapkan karya-karya ulama terdahulu dalam bidang pengobatan islami.

 


Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan Peneliti Farmasi.