Hikmah

Kisah Juraij, Ahli Ibadah yang Justru Durhaka kepada Ibunya

Selasa, 27 Desember 2022 | 19:00 WIB

Kisah Juraij, Ahli Ibadah yang Justru Durhaka kepada Ibunya

Juraij diuji dengan fitnah zina karena pernah mendurhakai ibunya. (Ilustrasi: NU Online/freepik).

Pada zaman dahulu, ada seorang saleh ahli ibadah dari kalangan Bani Israil.  Namanya Juraij. Sayangnya, Juraij pernah membuat ibunya kesal. Kesal sebab sang ibu sudah tiga kali datang menjenguk Juraij, tetapi keinginannya untuk bertemu selalu gagal. Pasalnya, Juraij sibuk terus dengan ibadahnya.

    
Akhirnya sang ibunda berdoa sesuatu dan doanya dikabulkan Allah. Dalam doanya, ia memohon agar Allah tidak mencabut ajal Juraij sebelum diperlihatkan kepada wajah wanita pezina. Tuhan berkehendak memperkenankan doa sang ibunda. Juraij kemudian difitnah telah berbuat keji oleh seorang wanita pezina. Bahkan wanita tersebut mengaku jika dirinya hamil dan bayi yang dilahirkannya hasil hubungan gelapnya dengan Juraij. 


Namun berkat kesalehan dan ketakwaannya, Juraij diselamatkan. Allah membuat bayi yang dilahirkan si wanita itu bisa bicara dan memberi tahu siapa ayah yang sebenarnya. Rupanya, Allah telah mengabulkan doa ibunda Juraij, dan pada saat yang sama Dia juga menyelematkan Juraij dari fitnah wanita pezina.


Kisah itu terekam dalam hadits riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah ra. Dalam riwayat tersebut, Nabi saw menceritakan:


لَمْ يَتَكَلَّمْ فِي المَهْدِ إِلَّا ثَلاَثَةٌ: عِيسَى، وَكَانَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ جُرَيْجٌ، كَانَ يُصَلِّي، جَاءَتْهُ أُمُّهُ فَدَعَتْهُ، فَقَالَ: أُجِيبُهَا أَوْ أُصَلِّي، فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ وُجُوهَ المُومِسَاتِ، وَكَانَ جُرَيْجٌ فِي صَوْمَعَتِهِ، فَتَعَرَّضَتْ لَهُ امْرَأَةٌ وَكَلَّمَتْهُ فَأَبَى، فَأَتَتْ رَاعِيًا فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا، فَوَلَدَتْ غُلاَمًا، فَقَالَتْ: مِنْ جُرَيْجٍ فَأَتَوْهُ فَكَسَرُوا صَوْمَعَتَهُ وَأَنْزَلُوهُ وَسَبُّوهُ، فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى ثُمَّ أَتَى الغُلاَمَ، فَقَالَ: مَنْ أَبُوكَ يَا غُلاَمُ؟ قَالَ: الرَّاعِي، قَالُوا: نَبْنِي صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ؟ قَالَ: لاَ، إِلَّا مِنْ طِينٍ


Artinya: “Tidak ada yang berbicara pada saat dalam buaian kecuali ada tiga. Pertama adalah Isa a.s. Kedua adalah bayi dalam kisah seorang pria dari Bani Israil bernama Juraij. Saat Juraij sedang shalat, ibunya datang memanggil. Dalam hatinya, Juraij berkata, ‘Apakah menjawab ibuku atau aku tetap shalat?’ Maka ibunya pun berdoa, ‘Ya Allah, jangan matikan dia sebelum melihat wajah wanita pezina.’ Kala itu Juraij sedang berada di tempat ibadahnya. Suatu ketika, seorang wanita menawarkan dirinya. Ia mencoba menggoda. Namun, Juraij menolaknya. Akhirnya, wanita itu tidur dengan seorang pengembala kambing dan melampiaskan nafsu dengannya. Lahirlah seorang bayi. Saat ditanya bayi itu dari siapa, sang wanita pun menjawab, ‘Dari Juraij.’ Akibatnya, orang-orang pun mendatangi Juraij dan menghancurkan tempat ibadahnya. Mereka memerintah Juraij turun dan mencaci makinya. Melihat demikian, Juraij pun mengambil wudhu lalu shalat. Usai shalat, ia menemui sang bayi lantas bertanya, ‘Siapakah ayahmu, hai bayi?’ Tak dikira, bayi pun bisa menjawab, ‘Pengambala kambing.’ Karena merasa salah tuduh, orang-orang Bani Israil berkata kepada Juraij, ‘Kami akan membangun tempat ibadahmu lagi dari emas.’ Namun, Juraij menolak, ‘Jangan, dari tanah saja.’”


Dalam riwayat lain disebutkan, sang ibu datang menemui Juraij hingga tiga kali. Setiap kali datang dan memanggilnya, Juraij pasti sedang shalat dan beribadah. Alih-alih menjawab panggilan sang ibu, Juraij meneruskan shalatnya.


Padahal, jika ibunya memanggil, Juraij mestinya menghentikan dahulu shalatnya. Sebab, menjawab panggilan ibu lebih utama daripada shalat sunat. Kendati shalatnya wajib, maka Juraij boleh mempersingkat shalat itu agar bisa menjawab panggilan ibunya. Namun, ia lebih mementingkan shalatnya ketimbang menjawab sang ibu. Sepertinya, Juraij telah merasakan bagaimana manis dan lezatnya bermunajat. Hingga ia tak mau melepaskan shalat untuk perkara apa pun.


Pada hari kedua dan hari ketiganya, ibunda Juraij kembali mendatanginya. Namun, hasilnya sama seperti hari pertama. Hal itu membuat sang ibu kesal pada Juraij. Akhirnya, ia berdoa sesuatu yang kurang baik kepada Allah dan doanya terkabulkan. 


Seperti dikabarkan Rasulullah saw, walaupun doa yang dipanjatkan seorang ibu kepada anaknya kurang baik, tetapi ia akan terkabulkan. Sebab, ketika Allah menghendaki sesuatu, maka sesuatu itu akan terjadi. Apa pun sebabnya.


Saat itu pun Allah menciptakan sebabnya dengan mengirim seorang wanita pezina untuk menggoda Juraij. Cara itu diciptakan karena orang-orang Bani Israil selalu membicarakan kesalehan dan ibadah Juraij. Sang wanita ingin menghancurkan kasalehan dan ketakwaannya. Ia mengira jika dirinya menggoda Juraij, pasti Juraij akan tergoda. Akibatnya, harga dirinya terjatuh seperti juga yang dialami orang saleh yang lain.


Ia menggoda Juraij dengan nafsu dan kecantikannya. Hadits yang lain menggambarkan bagaimana keindahan dan kecantikan wanita itu. Meski terus digoda wanita cantik, Juraij tak menoleh sedikit pun.


Ia tetap tak tergoda. Ia asyik dalam shalat dan ibadahnya. Seakan-akan ia tak melihat wanita itu. Tidak pula ingin menyaksikannya. Akhirnya, si wanita melampiaskan nafsunya dengan seorang pengembala kambing dan hamil hingga melahirkan seorang bayi.


Di sana Allah hendak menunjukkan kebesaran dan kekuasan-Nya. Bayi yang ditanya Juraij bisa menjawab dengan suara jelas dan bisa dipahami. “Ayahku adalah penggembala kambing,” ucapnya. Dari jawaban itu, orang-orang pun tahu betapa besarnya kejahatan yang dilakukan sang wanita terhadap Juraij, seorang hamba yang saleh dan ahli ibadah.


Ternyata Juraij tidak seperti yang mereka kira. Ia bukan orang yang riya dan menipu. Ia bersungguh-sungguh dalam ibadah. Sementara wanita itu adalah pembohong ulung yang telah menuduh keji kepada Juraij.


Mereka sadar terlalu terburu-buru membenarkan tuduhan itu. Gegabah telah melukai perasaan Juraij dan mengancurkan bangunan tapanya. Mereka pun ingin menebus apa yang telah mereka lakukan. Karenanya, mereka menawarkan kepada Juraij untuk membangun kembali pertapaannya dengan emas atau perak. Tapi Juraij menolak tawaran itu. Ia memilih membangunnya kembali dari tanah seperti semula. 


Allah pun mengabulkan doa ibunda Juraij. Dia mewujudkan keinginannya. Pada saat yang sama, Allah pun menyelamatkan Juraij berkat kesalahan dan ketakwaannya. (Lihat: Umar Sulaiman, Shahih al-Qashash an-Nabawi,  Terbitan: Darun-Nafais, tahun 1997, halaman 271). 


Dari kisah di atas, ada banyak pelajaran berharga yang dapat kita petik. 

   
1. Betapa bahayanya durhaka kepada kedua orang tua dan menyakiti perasaan keduanya. Doa keduanya mustajab meskipun isinya kurang baik.


2. Allah senantiasa menyelamatkan seorang hamba saleh dan bertakwa.


3. Allah maha kuasa untuk membuat bayi baru lahir bisa bicara.


4. Orang yang sedang shalat sunat diwajibkan membatalkan shalatnya ketika salah seorang kedua orang tuanya memanggil.


5. Di balik ujian seorang hamba pasti yang ada kebaikan selama ia tetap bersabar dan bertakwa kepada Allah.


6. Hati orang-orang yang saleh tetap teguh, yakin, dan berprasangka baik kepada Allah.


7. Kisah di atas menetapkan adanya karamah para wali atau kekasih Allah.


8. Wudhu juga sudah disyariatkan pada umat-umat terdahulu.


9. Orang-orang saleh segera menunaikan shalat tatkala datang musibah atau ujian.


10.Orang-orang jahat tak henti-hentinya berusaha mencemarkan nama baik orang-orang saleh.


11.Tidak boleh terburu-buru membenarkan tuduhan tanpa bukti. Wallahu ‘alam.


Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.