Hikmah

Kisah Orang Saleh yang Sempat Berhenti Mengamalkan Shalawat Nabi

Sab, 7 November 2020 | 14:00 WIB

Kisah Orang Saleh yang Sempat Berhenti Mengamalkan Shalawat Nabi

"Sekarang aku mengenalimu dan aku memberikan syafaatku untukmu," kata Rasulullah SAW dengan perhatian.

Pada suatu zaman terdapat seorang yang cukup saleh. Ia melazimkan bacaan shalawat nabi setiap harinya. Ia sendiri kerap bertemu Rasulullah SAW dalam mimpinya. Ia diperlakukan dengan hangat oleh Rasulullah SAW pada setiap perjumpaan.


Tetapi suasana perjumpaannya pada malam kali ini berbeda. Ketika tertidur, ia bermimpi melihat Rasulullah SAW. Tidak seperti biasanya, Rasulullah bersikap dingin. Rasulullah SAW tidak menoleh kepadanya dan tidak menyapanya.


"Wahai Rasulullah, apakah yang mulia sedang murka terhadapku?" ia bertanya dengan masygul.


"Tidak," jawab Rasulullah SAW.


"Lalu mengapa yang mulia tidak sudi memandangku?"


"Karena aku tidak mengenalimu," kata Rasulullah SAW.


"Bagaimana bisa yang mulia tidak mengenaliku? Padahal, aku adalah salah seorang dari umat Anda yang mulia. Sementara, ulama yang menjadi ahli waris yang mulia meriwayatkan bahwa yang mulia lebih mengenal umat yang mulia sendiri dibanding pengenalan ibu terhadap anaknya."


"Mereka itu benar. Hanya saja kau tidak mengingatku melalui shalawat. Sementara daya pengenalanku terhadap umatku bergantung pada kekuatan mereka membaca shalawat," kata Rasulullah SAW.


Ia pun terbangun. Hatinya begitu sedih. Tetapi ia menyadari bahwa sudah sekian bulan ia tidak membaca shalawat. Ia kemudian bertekad dalam hatinya untuk membaca shalawat nabi sebanyak 100 kali setiap hari. Ia pun kemudian membuktikan tekadnya dengan baik.


Pada suatu malam kemudian ia berjumpa dengan Rasulullah SAW dalam mimpinya. Ia disapa dengan hangat oleh Rasulullah.


"Sekarang aku mengenalimu dan aku memberikan syafaatku untukmu," kata Rasulullah SAW dengan perhatian.


Tanggapan Rasulullah SAW begitu hangat karena orang saleh tersebut dengan amalan shalawatnya menunjukkan diri sebagai pecinta Rasulullah SAW. 


*


Kisah ini disadur dari Bab Ketujuh fil Mahabbah, Kitab Mukasyafatul Qulub Al-Muqarribu ila Hadhrati ‘Allamil Ghuyub fi Ilmit Tashawwuf karya Imam Al-Ghazali (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H), halaman 30. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)