Hikmah

Kisah Seorang Pendakwah yang Disiksa di Neraka

Jum, 15 Februari 2019 | 23:00 WIB

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)

Seorang pendakwah memiliki kedudukan yang mulia dan tinggi di dalam masyarakat Islam. Mereka sangat dihormati oleh umat karena telah menyampaikan risalah lslam dari satu mimbar ke mimbar lainnya, dari satu panggung ke panggung lainnya. Memberikan pemahaman keagamaan kepada umat awam. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran.  Serta memberitahu kabar gembira akan surga dan peringatan akan neraka.

Namun siapa sangka, di balik kemuliaan tugas pendakwah yang seperti itu, Rasulullah menyampaikan beberapa peringatan akan siksa bagi para pendakwah di akhirat kelak. Terkhusus mereka yang perkataannya tidak sesuai dengan perbuatannya. Menyuruh seseorang untuk berbuat baik, namun diri mereka tidak melakukannya. Melarang seseorang untuk meninggalkan kemaksiatan dan kemunkaran, akan tetapi dirinya malah melakukannya. Tidak sama antara perkataan dan perbuatannya. 

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid, sebagaimana yang dalam kitab Akhlak Rasul Menurut Aal-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’in al-Hasyimi, 2018), Rasulullah mengambarkan para pendakwah seperti itu akan masuk ke dalam neraka dengan usus yang terurai. Di dalam neraka nanti, mereka akan berputar-putar seperti berputarnya keledai yang diikat dengan alat penumbuk gandum. 

Kejadian itu menarik perhatian penduduk neraka, mereka mendatangi orang tersebut dan bertanya kepadanya. Apa yang dahulu diperbuat sehingga siksaannya seperti itu. Orang tersebut menjawab kalau dahulu di dunia dia ‘berprofesi’ sebagai pendakwah yang selalu mengajak umat untuk berbuat baik dan melarang mereka melakukan kemungkaran. Naasnya, perbuatannya tidak selaras dengan ucapannya itu.

Hadits lain menyebutkan ketika peritiswa Isra’ Mi’raj Rasulullah bertemu dengan suatu kaum yang memotong bibirnya sendiri dengan gunting dari api. Penasaran dengan peristiwa itu, Rasulullah lantas bertanya kepada malaikat Jibril tentang kejadian ganjil itu.

“Mereka adalah umatmu yang menjadi khatib yang mengatakan apa yang mereka tidak kerjakan,” jawab malaikat Jibril dalam hadits riwayat Tirmidzi. 

Titik tekan dari hadits Rasulullah di atas adalah antara perkataan dan perbuatan harus selaras. Jangan sampai seseorang mengajak untuk melakukan hal-hal yang baik, namun dia sendiri malah berbuat hal-hal buruk yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Bukan kah Allah sangat benci terhadap orang-orang yang modelnya seperti itu? (A Muchlishon Rochmat)