Hikmah

Menilik Islam di Rusia

Sel, 27 Maret 2018 | 15:00 WIB

Di Rusia, Islam merupakan agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks. Sesuai dengan data yang dirilis United States Department of State yang juga diamini Grand Mufti Rusia Syekh Rawil Gaynetdin, komunitas Muslim di Rusia terus tumbuh hingga mencapai angka 25 juta orang. 

Sebagian besar Muslim Rusia berada di daerah Volga-Ural dan Kaukakus Utara. Namun, banyak Muslim juga yang tinggal di kota-kota metropolitan seperti ibu kota Moskow, St. Petersburg, dan Yekaterinburg.

Islam diperkirakan masuk Rusia sejak abad ke-7 M, sebagaimana yang tertera dalam buku The State and Stakes of Islam "From" Russia. Beberapa tahun setelah Nabi Muhammad wafat, para pasukan Islam dibawah komando Abdurrahman bin Rabiah berhasil menaklukkan sebuah wilayah yang sekarang disebut kota Derbent di Dagestan. Sejak saat itu, Islam terus tumbuh dan berkembang di Rusia meski tidak sepesat Kristen Ortodoks. 

Grand Mufti Rusia Syekh Rawil Gaynetdin menyebutkan bahwa ada dua faktor utama yang menyebabkan populasi Muslim di Rusia terus menanjak. Pertama, angka kelahiran keluarga Muslim Rusia begitu tinggi. Kedua, kedatangan dari orang-orang Muslim dari Asia Tengah. Dalam sebuah sesi wawancara dengan kantor berita Anadolu, Syekh Rawil menuturkan bahwa komunitas Muslim di Rusia adalah pribumi. Mereka terus tumbuh dan diterima masyarakat sebagaimana agama lain yang berkembang Rusia.

Perkembangan Islam sempat surut saat Komunis menguasai negara itu. Pada saat Komunis berkuasa, umat beragama –bukan hanya Islam- mengalami nasib yang kelam. Mereka ‘diburu’, bahkan tidak segan-segan untuk dibunuh dengan atau tanpa alasan yang bisa diterima akal. Setelah Komunis runtuh, populasi Muslim Rusia terus menunjukkan kenaikan.

Seperti Indonesia, Rusia juga merupakan negara yang majemuk dan multietnis. Ada sekitar 190-an suku di Rusia. Kurang lebih 58 suku memeluk agama Islam. Mereka umumnya Sunni dan menganut dua mazhab, yaitu Hanafi dan Syafii. Sedangkan, jumlah pengikut Syiah di Rusia sangat kecil. Kebanyakan mereka tinggal di Derbent, Dagestan Selatan.

Salah satu hal yang menarik adalah tidak adanya pembedaan antara Sunni dan Syiah di Rusia karena keduanya merupakan anggota dari United Muslim Ummah (Persatuan Umat Islam), sebuah komunitas Muslim di Rusia. 

Terdapat tiga organisasi Islam di Rusia menurut status dewan federal. Pertama, Dewan Mufti Rusia (Council of Muftis of Russia) yang bermarkas di Moskow. Kedua, Otoritas Spiritual Muslim (The Muslim Spiritual Authority) yang berbasis di Ufa. Organisasi ini menjadi ‘rumah besar’ bagi 522 komunitas Muslim yang ada di sekitar wilayah Ufa. Ketiga, Pusat Koordinasi Muslim di Kaukasus (The Muslim Spiritual Authority in the Caucasus) yang terdiri dari 830 komunitas Islam yang berada di sekitar wilayah Kaukakus Utara.  

Hal menarik lainnya adalah fakta bahwa Islam lebih dulu diakui sebagai agama resmi di Rusia daripada Kristen Ortodoks. Pada tahun 922 M, sebuah wilayah di Rusia -yang saat ini disebut- Volga-Bulgaria sudah mendeklarasikan bahwa Islam adalah agama resmi ‘negara’. Sementara, agama Kristen Ortodoks baru diakui sebagai agama resmi negara bagian Kievan Rus 66 tahun setelahnya atau pada tahun 988 M. 

Perkembangan Islam di Rusia –utamanya setelah rezim Uni Sovyet tumbang- memang cukup menggembirakan. Bayangkan saja, sejak tahun 1989  hingga hari ini, populasi Muslim Rusia meningkat 40 persen. Bahkan pada tahun 2050 nanti, populasi Muslim Rusia diprediksi bakal mencapai setengah dari total penduduk Rusia. 

Geliat Islam di Rusia semakin ‘cerah’ manakala Presiden Rusia Vladimir Putin meresmikan Masjid Agung Moskow atau Moskovskiy Soborniy Mecet pada 2015 silam. Masjid yang terletak di dekat stadion Olympic itu mampu menampung menampung 10 ribu jamaah dan menjadi masjid terbesar di daratan Eropa. (A Muchlishon Rochmat)