Hikmah BULAN GUS DUR

Saat Gus Dur Temui Mbah Dullah Kajen dalam Senyap

Jum, 21 Desember 2018 | 13:40 WIB

Saat Gus Dur Temui Mbah Dullah Kajen dalam Senyap

Gus Dur dan Mbah Dullah Salam (istimewa)

KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memilih untuk terus mengikuti petuah-petuah dan nasihat sejumlah kiai dengan segala keistimewaannya, di antara petuah KH Abdullah Zen bin Salam dari Kajen, Pati, Jawa Tengah atau yang familiar disapa Mbah Dullah. Gus Dur tidak ingin jauh-jauh dari petuah Mbah Dullah termasuk ketika dirinya baru terpilih menjadi Presiden RI pada 1999.

Kisah yang diungkap oleh Munawir Aziz dalam salah satu artikelnya Teladan Kebangsaan Gus Dur dalam buku Merawat Kebinekaan: Pancasila, Agama dan Renungan Perdamaian (2017) menjelaskan bahwa tiga hari setelah dilantik menjadi Presiden RI, Gus Dur sowan ke kediaman Mbah Dullah di Kajen.

Lazimnya seorang pemimpin negara, Gus Dur mendapat pengawalan cukup ketat dari barisan Paspampres. Aparat keamanan juga melakukan tugasnya dengan rapi kala itu. Namun tak disangka, Gus Dur lebih memilih meninggalkan kawalan. Ia berjalan sendirian masuk ke rumah Mbah Dullah dari pintu belakang.

Sebelum meraih pintu belakang rumah Mbah Dullah, Gus Dur melewati pekarangan belakang rumah KH Sahal Mahfudh, kemudian melewati tempat jemuran para santri, dan gang-gang sempit di antara kamar-kamar pesantren. Gus Dur memilih jalan senyap tersebut dari pengawalan maupun pemberitaan media nasional yang saat itu juga turut memburu kabarnya.

Setelah mencapai Mbah Dullah, Gus Dur ndeprok, duduk lesehan di hadapan Mbah Dullah. Gus Dur mengucap salam yang kemudian diteruskan mengecum tangan lembut Mbah Dullah yang dikenal sebagai kiai sepuh dengan wajah yang bersinar, senyumnya menjernihkan, dan mauidzha hasanahnya menyejukkan.

Mbah Dullah merupakan ulama yang hafal Al-Qur’an, bahkan Hamilul Qur’an (hafal teksnya, paham isinya, dan mengamalkan). Lalu, kenapa Gus Dur memilih jalan senyap dalam menemui Mbah Dullah? Hal ini dilakukan Gus Dur karena Mbah Dullah juga seorang kiai yang memilih jalan sunyi.

Bagi Gus Dur, Mbah Dullah merupakan salah satu ‘kiai langit’ yang menjadi tempat jujugannya. Petuahnya sangat penting mengenai hal-hal prinsip. Mbah Dullah bagi Gus Dur juga seorang ulama yang mampu memberikan ketenangan dan pencerahan di tengah pilihan-pilihan sulit.

Kaitannya dengan Mbah Dullah, Gus Dur seperti yang diceritakan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam buku Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus (2015) juga memiliki ‘kisah kewalian’ saat hendak berkunjung menemui Mbah Mutamakkin dan Mbah Dullah di Kajen.

Bedanya, Gus Dur ingin bertemu Mbah Dullah di rumahnya, sedangkan Mbah Mutamakkin ingin ditemui Gus Dur di makamnya yang memang tidak pernah sepi peziarah.

Hal itu Gus Mus ungkapkan ketika sedang berbincang santai dengan KH Husein Muhammad. Ketika itu, Gus Mus langsung meminta Kiai Husein untuk menyampaikan keinginan Gus Dur tersebut ke Mbah Dullah.

Kiai Husein langsung menuju Kajen, Margoyoso untuk menemui kiai kharismatik yang lahir 1917 (informasi dari KH Ma’mun Muzayyin, menantu Mbah Dullah) ini. Kiai Husein langsung menyampaikan tujuannya menemui Mbah Dullah.

“Wah, Gus Dur tidak akan bertemu dengan Mbah Mutamakkin, beliau sedang keluar,” tutur Mbah Dullah kepada Kiai Husein.

Kiai Husein sendiri sudah mafhum apa yang dimaksud Mbah Mutamakkin sedang keluar seperti yang diungkapkan oleh Mbah Dullah. Orang-orang sholeh memang kerap mempunyai cara tersendiri dalam berkomunikasi meskipun secara jasad sudah meninggal. Hal ini tentu di luar batas nalar manusia pada umumnya, sebab ulama mempunyai keistimewaan yang disebut karomah.

Informasi dari Mbah Dullah tersebut disimpan oleh Kiai Husein dan akan dikabarkan ketika dirinya bertemu langsung dengan Gus Dur. Kiai Husein tidak mau orang lain salah paham ketika dirinya menyampaikan kabar dari salah seorang kiai sufi dan zahid (bersajaha, zuhud) tersebut.

Atas keinginannya untuk sowan kepada dua orang kiai Kajen tersebut, Gus Dur pun langsung meluncur ke Kajen dan ternyata langsung menuju rumah Mbah Dullah. Gus Dur sendiri tidak mampir ke rumah Kiai Husein. Kiai Husein pun tidak sempat mengabari Gus Dur mengenai penjelasan Mbah Dullah terkait kabar Mbah Mutamakkin.

Usai tiba di kajen, mestinya Gus Dur menemui Mbah Mutamakkin terlebih dahulu sebelum menuju rumah Mbah Dullah. 

Lah, jarene (katanya) menemui Mbah Mutamakkin dulu, kok ke sini (rumah Mbah Dullah) dulu?” Gus Dur menjawab singkat, “Mbah Mutamakkin ora ono, lagek metu (Mbah Mutamakkin tidak ada, sedang keluar).” (Fathoni)