Hikmah

Syekh Ibnu Athaillah Ceritakan Rahasia Tukang Jahit yang Jadi Wali Allah

Rab, 21 Desember 2022 | 06:00 WIB

Syekh Ibnu Athaillah Ceritakan Rahasia Tukang Jahit yang Jadi Wali Allah

Wali abdal dicintai oleh Allah sebagai kekasih-Nya yang mendoakan kelestarian bumi. (Ilustrasi: dialog IlmFeed.com)

Dahulu kala, ada seorang lelaki di suatu sudut daerah yang bekerja sebagai tukang jahit. Hari-hari ia lalui dengan fokus pada pekerjaannya. Mengukur pelanggan, menentukan model jahitan, memotong kain serta kemudian menjahitnya menjadi pakaian, sesuai yang diinginkan. 


Ia begitu totalitas dalam pekerjaannya. Sampai-sampai tidak ada waktu untuk sekedar bersenda gurau bersama para tetangganya. Interaksi verbalnya hanya terbatas pada orang-orang yang memang mengunjungi butiknya. Sungguh, jika dilihat secara lahir, ia tak lebih dari sekadar tukang jahit yang disibukkan oleh pekerjaannya. 


Namun siapa sangka. Ternyata ia diangkat oleh Allah sebagai seorang wali abdal, kekasih Allah dari golongan hamba-Nya yang hanya berjumlah tujuh orang pada setiap masanya. Ketika salah satu dari wali abdal ini tutup usia, maka Allah akan memilih hamba terkasih yang lain sebagai penggantinya. Bahkan, wali abdal juga sering disebut sebagai wali paku bumi. Ya, karena tugas mereka adalah memohonkan rahmat kepada Allah ta'ala agar alam semesta tetap lestari keberadaannya. 


Lantas bagaimana bisa, tukang jahit yang kelihatannya “biasa saja” mendapatkan kehormatan oleh Allah dengan diangkatnya menjadi wali abdal, salah satu dari hamba terkasih Allah yang hanya berjumlah tujuh di seantero semesta?


"Memang, awalnya aku adalah seorang tukang jahit biasa. Dari menjahit itu pula, aku jadikan penghasilan itu sebagai penopang hidupku di dunia. Namun, ada satu amalanku yang tak biasa dilakukan oleh kebanyakan manusia. Ya, aku selalu menghitung dan mengingat perkataan apa saja yang telah kuucapkan di siang harinya. Maka, jika waktu petang tiba, aku akan kembali mengingat-ingatnya."


"Jika kudapati perkataanku bernilai kebaikan-semisal, mampu menepati janji pesanan jahitan sesuai waktu yang dulu pernah diucap tetapkan-maka aku akan mengucap hamdalah dan mensyukuri karunia-Nya. Namun jika aku mendapati perkataanku tidak demikian, maka aku akan segera beristighfar dan meminta ampunan. Hingga pada suatu ketika, Allah ridha terhadap apa yang kulakukan, dan kemudian aku diangkat menjadi kekasih-Nya, wali abdal yang hanya berjumlah tujuh orang dalam setiap masa."


Demikianlah cerita Syekh Makinuddin Al-Asmar berkisah tentang ihwal kewaliannya yang termaktub dalam Kitab Tajul 'Arus Al-Hawy li Tahdzibin Nufus karya Al-Arif billah Syekh Ibnu Athaillah As-Sakandari.


***


Subhanallah, kisah ini memberikan ibrah kepada kita bahwa tak perlu berpikir muluk-muluk untuk menjadi kekasih Allah ta'ala. Karena justru pemikiran tersebut hanya malah akan menjadi beban pikiran belaka. Karena sesungguhnya, rahmat Allah luas tiada kira. Maka jangan pandang remeh amal sederhana. Karena siapa sangka, bisa jadi itu menjadi penyebab cinta kasih Allah terlimpah pada kita. 


Ustadz Ulin Nuha Karim, santri Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.