Tasawuf/Akhlak

Wali Abdal menurut Imam As-Syadzili dan Syekh Al-Mursi

Ahad, 22 November 2020 | 11:30 WIB

Wali Abdal menurut Imam As-Syadzili dan Syekh Al-Mursi

“Waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar.”

Imam Abul Hasan As-Syadzili (1197 M-1258 M), pendiri tarekat Syadziliyah, berbincang-bincang bersama murid kesayangannya, Syekh Abul Abbas Al-Mursi (1219 M-1281 M). Kepada muridnya, Imam Abul Hasan As-Syadzili mengajarkan apa saja yang dibutuhkan kelak sebagai pemimpin spiritual sepeninggalnya.


Suatu hari, kata Syekh Abul Abbas Al-Mursi, aku duduk bersama guruku Imam Abul Hasan As-Syadzili di pekarangan rumah. Kami membicarakan apa saja. Tetapi kemudian sekelompok orang masuk. Mereka mendekat kepada kami.


“Mereka ini wali abdal,” kata Imam Abul Hasan As-Syadzili.


Namun demikian, dengan mata batinku, kata Syekh Abul Abbas Al-Mursi, kuperhatikan mereka. Ku temukan mereka bukan wali abdal. Aku menjadi terheran dengan perkataan guruku. Ketika ku tanya, dia menjawab sebagai berikut:


فقال الشيخ: من بدلت سيئآته حسنات فهو بدل


Artinya: “Syekh As-Syadzili berkata, ‘Siapa saja yang keburukannya berganti menjadi kebaikan, maka ia adalah salah seorang (wali) abdal,’” (Lihat Syekh Ihsan M Dahlan Jampes, Sirajut Thalibin ala Minhajil Abidin, [Indonesia, Daru Ihya’il Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 262).


Dari sini, kata Syekh Abul Abbas Al-Mursi, aku menjadi tahu bahwa pertobatan dari buruk menjadi baik adalah awal dari maqam kewaliabdalan (awwalu marātibil badaliyyah).


***


Syekh Ibnu Athaillah murid dari Syekh Abul Abbas Al-Mursi mendengar gurunya berkata, “Mengenal wali lebih sulit dari mengenal Allah. Allah dapat dikenali dengan kesempurnaan dan keindahan-Nya. Tetapi kapan kau bisa mengenali tanda wali, makhluk sepertimu. Ia makan sebagaimana kamu makan, ia minum sebagaimana kamu minum.”


Ibnu Athaillah berkata di Kitab Latha’iful Minan: “Kalau Allah menghendakimu kenal dengan salah satu walinya, Allah melipat unsur manusiawinya di matamu dan Allah memperlihatkanmu keistimewaannya,” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, [Semarang, Maktabah Al-Munawwir: tanpa catatan tahun], juz II, halaman 2).


Simpulan Syekh Abul Abbas Al-Mursi sejalan dengan keterangan Syekh Zarruq yang juga tumbuh dalam tradisi Syadziliyah mengatakan, “Waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar,” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, [Kairo, As-Syirkatul Qaumiyyah: 2010 M/1431 H], halaman 133). Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)