Kajian Hadits Ampunan dan Pembebasan dari Neraka di Bulan Ramadhan
NU Online · Jumat, 25 Mei 2018 | 10:00 WIB
Pada bulan Ramadhan misalnya, ada banyak hadits yang beredar dan disebarkan terkait keutamaan bulan Ramadhan. Bisa dipastikan niat dari penyebar hadits tersebut adalah baik, yaitu mengajak orang untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh di bulan Ramadhan.
Tetapi, sebelum mengamalkannya, alangkah baiknya diketahui dulu bagaimana kualitas hadits tersebut. Jangan sampai beramal dengan menggunakan hadits palsu atau hadits yang sangat rendah kualitasnya. Di antara hadits dhaif yang sering beredar di bulan Ramadhan adalah hadits tentang Ramadhan dibagi tiga. Redaksi haditsnya sebagai berikut:
Artinya, “Awal Bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Kemudian dalam riwayat lain disebutkan:
Artinya, “Ramadhan adalah bulan yang awalnya rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Hadits pertama terdapat dalam Kitab Ad-Dhu‘afa karya Al-‘Uqaili, sementara hadits kedua ditemukan dalam Kitab Shahih Ibnu Khuzaimah. Perlu diketahui, meskipun judul kitab ini Shahih Ibnu Khuzaimah bukan berati seluruh hadits yang terdapat di dalamnya shahih.
Kedua hadits ini sudah pernah diteliti oleh Kiai Ali Mustafa Yaqub. Hasil penelitian tersebut dimuat dalam Buku Hadits-hadits Palsu Ramadhan. Dalam buku ini, Kiai Ali menjelaskan, hadits pertama dihukumi dhaif oleh kebanyakan ulama. Di antaranya Imam As-Suyuthi. Hadits pertama dikatakan dhaif karena diriwayatkan oleh Sallam bin Sawar dan Maslamah bin Shalt.
Sallam bin Sawar dianggap oleh kritikus hadits sebagai munkarul hadits. Sementara Maslamah bin Shalt dinilai sebagai matruk. Munkar dan matruk adalah dua penilaian yang menunjukkan bahwa hadits yang disampaikan oleh perawi tersebut sangatlah lemah dan tidak bisa dijadikan pedoman.
Kemudian pada riwayat kedua, ada seorang perawi bernama Ali bin Zaid bin Jud’an. Ali bin Zaid dihukumi dhaif oleh kebanyakan ulama sehingga hadits kedua ini juga tidak bisa dikatakan shahih karena di dalamnya terdapat rawi bermasalah dan tidak bisa menjadi penguat untuk riwayat pertama, karena kualitas haditsnya lemah.
Meskipun kedua hadits ini lemah, tapi bukan berati kemuliaan dan keutamaan Ramadhan hilang begitu saja. Sebab masih banyak riwayat lain yang shahih menunjukkan Ramadhan adalah bulan mulia dan bulan terbaik untuk beramal saleh, termasuk tobat, karena pintu tobat terbuka lebar.
Di antara hadits keutamaan Ramadhan adalah:
Artinya, “Ketika masuk bulan Ramadhan, maka setan-setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup,” (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagian ulama memahami ditutupnya pintu neraka berarti Allah memaafkan dosa hamba-Nya yang bertobat dan membuka pintu kebaikan sebanyak mungkin. Karena itu, mumpung masih Ramadhan, perbanyaklah beramal saleh dan ibadah. Wallahu a‘lam. (Hengki Ferdiansyah)
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua