Buku Fikih Kebencanaan Perspektif NU yang dikeluarkan oleh Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Jatim dan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Iklim (LPBI) PWNU Jatim pada 2019 mengemukakan dua hal yang seharusnya menjadi sikap umat Islam dalam menghadapi bencana.
Buku ini mengemukakan sejumlah dalil yang dikutip dari Kitab Kasyifatus Saja karya Syekh M Nawawi Banten (1200 H ±) dan Syarah Shahih Muslim karya Imam An-Nawawi (600 H ±). Secara akidah, umat Islam harus meyakini bahwa bencana yang melanda masyarakat berasal dari Allah sebagaimana Surat An-Nisa ayat 78.
قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
Artinya, “Katakanlah, ‘Semuanya (berasal) dari sisi Allah,’” (Surat An-Nisa ayat 78).
Umat Islam, dalam buku ini, juga harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi apapun itu termasuk bencana pada hakikatnya berasal dari Allah. Hal ini menjadi bagian dari keimanan sebagai hadits Rasulullah SAW riwayat Imam Ahmad berikut ini:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ المَرْءُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Seseorang tidak beriman sampai ia mengimani takdir yang baik dan yang buruk,’” (HR Ahmad).
Meski secara hakiki segala sesuatu berasal dari Allah, umat Islam tetap perlu menjaga etika atau akhlak dan cara pandang terhadap takdir. Umat Islam perlu mengembalikan bencana sebagai sesuatu yang buruk pada manusia itu sendiri sebagaimana Surat An-Nisa ayat 79.
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
Artinya, “Kebaikan yang menimpamu (berasal) dari Allah dan keburukan yang menimpamu (terjadi) karena dirimu sendiri,” (Surat An-Nisa ayat 79).
Rasulullah juga mengajarkan akhlak kepada sahabatnya bahwa segala yang baik berasal dari Allah. Sedangkan semua yang buruk bukan berasal dari-Nya sebagaimana hadits riwayat Muslim berikut ini:
وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ
Artinya, “Seluruh kebaikan ada dalam kuasa-Mu dan keburukan tidak dinisbahkan kepada-Mu.” (HR Muslim).
Jadi meski semuanya berasal dari Allah, manusia dituntut untuk menyatakan akhlak perihal bencana sebagai sesuatu yang berasal dari kekhilafan, kesalahan, kekeliruan, kezaliman manusia itu sendiri.
Kepercayaan terhadap takdir ini tidak menafikan kewajiban ikhtiar manusiawi. Kepercayaan kepada takdir merupakan bentuk keimanan kepada Allah. Sedangkan secara lahiriah, manusia perlu mengevaluasi dan mengintrospeksi diri apakah perilaku individu, kultur masyarakat, kebijakan pemerintah, dan alokasi anggaran yang diambil selama ini sudah ramah lingkungan. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
3
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
4
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
5
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
6
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
Terkini
Lihat Semua