Khutbah

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Pentingnya Menjaga Lisan saat Silaturahim Lebaran

Jumat, 28 Maret 2025 | 17:00 WIB

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Pentingnya Menjaga Lisan saat Silaturahim Lebaran

Ilustrasi Idul Fitri. (Foto: NU Online)

Fenomena mudik dan berkumpul bersama keluarga di hari raya Idul Fitri menjadi salah satu momen tahunan bagi masyarakat Indonesia. Tujuannya tak lain ialah menyambung dan mempererat tali silaturahim dengan sanak saudara. Namun terkadang, silaturahim lebaran dijadikan momen ajang pamer keberhasilan ataupun menyakiti saudara dengan pertanyaan yang keluar dari lisan.

 

Khutbah Idul Fitri kali ini berjudul: “Khutbah Idul Fitri: Pentingnya Menjaga Lisan saat Silaturahim Lebaran". Untuk mengunduh dan mencetak naskah khutbah Idul Fitri ini silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat.

 

Khutbah I

 

‎اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

 

 أَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

 

الْحَمْدُ للهِ، الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ, فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

 يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءًۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan, di antaranya nikmat Iman, Islam serta sehat wal ‘afiyat sehingga kita dapat berkumpul pada pagi hari ini untuk menunaikan shalat Idul Fitri. Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. 

 

Di pagi hari raya Idul Fitri yang penuh berkah ini pula, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Karena hanya dengan ketakwaanlah kita dapat selamat menuju keharibaan-Nya di kemudian hari dengan berbahagia mendapatkan surga-Nya.

 

أَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah, 

Fenomena mudik dan berkumpul bersama keluarga di hari raya Idul Fitri menjadi salah satu momen tahunan bagi masyarakat Indonesia. Tujuannya tak lain ialah menyambung dan mempererat tali silaturahim dengan sanak saudara. Sebagaimana diketahui, menyambung tali silaturahim merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. 

 

Allah swt berfirman dalam surat An-Nisa ayat 1:

 

وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

 

Artinya: “Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu”. (Qs. An-Nisa: 1)

 

Dalam praktik silaturahim, terkadang ada dari kalangan umat Islam justru tidak serta menjaga perasaan kerabat satu sama lain dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat personal dan dapat menyinggung perasaan. Misalnya melontarkan pertanyaan kepada mereka yang masih jomblo: kapan nikah? Kepada yang sudah berkeluarga namun belum punya keturunan; kapan punya anak?

 

أَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Pertanyaan-pertanyaan demikian dapat menyakiti perasaan orang lain dan tentu saja hal ini sangat dilarang dalam Islam karena. Islam sendiri menganjurkan lebih baik diam daripada berucap tapi menyakiti orang lain. Nabi Muhammad saw bersabda:

 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

 

Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berbicara baik atau diam”. (HR. Bukhari Muslim).

 

Hadits di atas dengan tegas memerintahkan umat Islam untuk menjaga diri dari menyakiti orang lain termasuk perasaan mereka. Bahkan dalam hadits di atas Nabi Muhammad saw lebih menganjurkan diam daripada berucap dengan kata-kata yang tidak baik.

 

أَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Dalam usaha menjaga lisan, hendaknya kita memperhatikan dan menyaring setiap kata yang hendak di ucapkan kepada orang lain, dengan cara menimbang dan memikirikan apakah ucapan itu baik dan bermanfaat atau justru buruk dan dapat melukai perasaan orang lain.

 

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin juz V, hal 392 membagi ucapan menjadi 4 bagian: murni buruk, murni manfaat, ucapan yang tercampur keburukan dan kemanfaatan dan ucapan yang tidak ada keburukan dan kemanfaatan di dalamnya.

 

أَنَّ الْكَلَامَ أَرْبَعَةُ أَقْسَامٍ قِسْمٌ هُوَ ضَرَرٌ مَحْضٌ وَقِسْمٌ هُوَ نَفْعٌ مَحْضٌ وَقِسْمٌ فِيْهِ ضَرَرٌ وَمَنْفَعَةٌ وَقِسْمٌ لَيْسَ فِيْهِ ضَرَرٌ وَلَا مَنْفَعَةٌ. أَمَّا الَّذِيْ هُوَ ضَرَرٌ مَحْضٌ فَلَا بُدَّ مِنَ السُّكُوْتِ عَنْهُ وَكَذَلِكَ مَا فِيْهِ ضَرَرٌ وَمَنْفَعَةٌ لَا تَفِيْ بِالضَّرَرِ

 

وَأَمَّا مَا لَا مَنْفَعَةَ فِيْهِ وَلَا ضَرَرَ فَهُوَ فُضُوْلٌ وَالْاِشْتِغَالُ بِهِ تَضْيِيْعُ زَمَانٍ وَهُوَ عَيْنُ الْخُسْرَانِ فَلَا يَبْقَى إِلَّا الْقِسْمُ الرَّابِعُ فَقَدْ سَقَطَ ثَلَاثَةُ أَرْبَاعِ الْكَلَامِ وَبَقِيَ رُبُعٌ وَهَذَا الرُّبُعُ فِيْهِ خَطَرٌ إِذْ يَمْتَزِجُ بِمَا فِيْهِ إِثْمٌ مِنْ دَقَائِقِ الرِّيَاءِ وَالتَّصَنُّعِ وَالْغِيْبَةِ وَتَزْكِيَةِ النَّفْسِ وَفُضُوْلِ الْكَلَامِ اِمْتِزَاجًا يَخْفَى دَرْكُهُ فَيَكُوْنُ الْإِنْسَانُ بِهِ مُخَاطِرًا

 

Artinya: “Ucapan terbagi menjadi 4 macam: Murni buruk, murni manfaat, ucapan yang tercampur keburukan dan kemanfaatan, serta ucapan yang tidak ada keburukan dan kemanfaatan di dalamnyaUcapan yang berisi keburukan murni maka diharuskan lebih baik diam, begitu pula ucapan yang di dalamnya terdapat keburukan dan kemanfaatan, sebab kemanfaatannya tidak akan membandingi keburukannya.

 

Adapun ucapan yang tidak ada kemanfaatan dan keburukan di dalamnya termasuk ucapan sia-sia dan menyibukkan diri dengannya menyia-nyiakan waktu, hal itu termasuk kerugian yang nyata. Maka, yang tersisa ialah bagian yang keempat, sebab tigaperempatnya telah gugur. Bagian keempat ini memiliki potensi berbahaya sebab dapat tercampur secara samar dengan dosa seperti riya, gibah, pembersihan diri, dan ucapan yang sia-sia, hingga orang yang melakukannya jatuh dalam bahaya”. 

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan tentang pentingnya menjaga lisan saat bertemu sanak keluarga di momen silaturahim lebaran. Semoga kita menjadi bagian umat Islam yang tidak hanya mendapatkan lapar dan dahaga saat di bulan Ramadhan melainkan mendapatkan pelajaran dan pelatihan berharga dengan menjaga lisan dari berkata buruk yang dapat menyakiti perasaan orang lain.

 

جَعَلَنَا الله وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُتَّقِيْنَ. بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ 

 

Khutbah II

 

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

 

اَلحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَمَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

 

 أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ

 

 اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا،

 

 اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ

 

 عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

 

Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek dan Mahad Aly Jakarta