Khutbah Jumat: Belajar Keteguhan dari Nabi Ismail sebagai Seorang Anak
Kamis, 25 Juli 2024 | 20:00 WIB
Sunnatullah
Kolomnis
Sejarah disyariatkannya kurban merupakan salah satu kisah yang sangat dramatis. Bagaimana tidak, seorang ayah yang begitu cinta dan sayang kepada anaknya, mendapatkan perintah dari Allah swt untuk mengorbankannya. Sebagai seorang ayah, ia tidak akan kuasa dan mampu untuk menyembelih putranya sendiri, namun berkat keteguhan dan ketabahan sang anak, ia berhasil menjalani semua itu, hingga pada akhirnya, Allah ganti kurban tersebut dengan seekor kambing.
Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Belajar Keteguhan dari Nabi Ismail sebagai Seorang Anak”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي تَفَرَّدَ فِي أَزَلِيَّتِهِ بِعِزِّ كِبْرِيَائِهِ، وَتَوَحَّدَ فِي صَمَدِيَّتِهِ بِدَوَامِ بَقَائِهِ، وَنَوَّرَ بِمَعْرِفَتِهِ قُلُوْبَ أَوْلِيَائِهِ، اَلدَّاعِي اِلَى بَابِهِ وَالْهَادِي لِأَحْبَابِهِ وَالْمُتَفَضِّلِ بِإِنْزَالِ كِتَابِهِ، تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِلْإِسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ لِقَائِهِ. فَسُبْحَانَ مَنْ تَقَرَّبَ بِرَأْفَتِهِ وَرَحْمَتِهِ، وَتَعَرَّفَ اِلىَ عِبَادِهِ بِمَحَاسِنِ صِفَاتِهِ، فَانْبَسَطُوْا لِذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ. آحْمَدُهُ حَمْدَ مُعْتَرِفٍ بِالْعَجْزِ عَنْ آلاَئِهِ، مُنْتَظِرٍ زَوَائِدَ بِرِّهِ وَوَلاَئِهِ
أَشْهَدُ أَنْ لَااِلهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً ضَمِنَ الْحُسْنَى لِقَائِلِهَا يَوْمَ لِقَائِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ أَنْبِيَائِهِ وَسَيِّدُ أَصْفِيَائِهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنِ اقْتَفَى أثَرَهُمْ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ فَفَازَ بِاقْتِفَائِهِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: قَالَ ياأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Mari kita awali khutbah ini dengan puji dan syukur kepada Allah swt dan shalawat kepada Rasulullah saw, sebagai bentuk syukur kepada Allah dan cinta kepada Rasulullah. Semoga ibadah Jumat ini menjadi bukti kepatuhan kita dalam mengemban misi utama di dunia, yaitu untuk menyembah kepada Allah swt.
Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami, untuk senantiasa mengajak dan mengingatkan kepada diri kami sendiri khususnya, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, karena hanya takwa yang akan menjadi satu-satunya bekal menuju akhirat. Orang yang paling bertakwa, maka dialah orang yang paling banyak membawa bekal, begitu juga sebaliknya.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Beberapa hari yang lalu, kita semua memperingati Hari Anak Nasional, yang memiliki spirit untuk meningkatkan kepedulian serta perlindungan terhadap kesejahteraan anak dan hak-hak mereka, baik hak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Pada momentum ini, mari kita bersama-sama ingat kembali, salah satu kisah luar biasa perihal keteguhan Nabi Ismail as, sebagai seorang anak.
Dalam kisahnya, ketika Nabi Ibrahim sebagai ayah dari Nabi Ismail bermimpi menyembelih dan mengurbankan putra kesayangannya itu, ia sangat bingung dalam menyikapi mimpinya. Ia merenungi-nya sekaligus berdoa kepada Allah swt, untuk memberi petunjuk yang benar kepadanya. Tidak hanya sekali. Mimpi ini datang kepadanya sebanyak tiga kali. Setelah mimpinya yang ketiga, barulah Nabi Ibrahim meyakini dan membenarkan, bahwa mimpi itu benar-benar nyata dan merupakan perintah dari Allah.
Dalam keadaan yang sangat menguji iman dan ketakwaan itu, Nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya kepada Nabi Ismail. Kisah ini kemudian diabadikan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an surat As-Saffat, yaitu:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى
Artinya, “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’” (QS Ash-Shaffat, [37]: 102).
Mendengar pernyataan dan pertanyaan dari ayahnya, Nabi Ismail menjawab dengan penuh kepatuhan dan ketaatan. Seolah, terpancar dari jawabannya bahwa Ismail merupakan anak yang begitu tangguh dan sangat sabar,
قَالَ ياأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya, “Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Ash-Shaffat, [37]: 102).
Merujuk penjelasan Syekh Muhammad Sayyid at-Thanthawi dalam Tafsir al-Wasith, jawaban Nabi Ismail ini menunjukkan luhurnya adab dan etikanya. Ia memosisikan dirinya sebagai seorang anak yang benar-benar pasrah pada ketentuan takdir, seperti apapun risikonya. Karena itu, di akhir jawabannya itu ia mengatakan, “Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”, sebagai bentuk permohonan kepada Allah agar menjadikannya sebagai orang yang sabar.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Menurut Imam at-Thabari dalam Tafir Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an, setelah keduanya sepakat untuk melangsungkan perintah dalam mimpi tersebut, Nabi Ibrahim membawa putranya ke Mina, kemudian membaringkannya. Saat-saat penuh kesedihan itu, Nabi Ismail kembali menunjukkan betapa tangguhnya ia sebagai seorang anak. Ia berkata kepada ayahnya dengan penuh ikhlas dan pasrah:
يَا أَبَتِ اشْدُدْ رِبَاطِىْ حَتَّى لاَ أَضْطَرِبَ، وَاكْفُفْ عَنِّى ثِيَابَكَ حَتَّى لاَ يَتَنَاثَرَ عَلَيْهَا شَيْءٌ مِنْ دَمِّى فَتَرَاهُ أُمِّى فَتَحْزَنُ، وَأَسْرِعْ مَرَّ السِّكِّيْنِ عَلَى حَلْقِى لِيَكُوْنَ أَهْوَنَ لِلْمَوْتِ عَلَىَّ، فَإِذَا أَتَيْتَ أُمِّى فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلاَمَ مِنِّى
Artinya, “Wahai ayahku! Kencangkanlah ikatanku agar aku tidak lagi bergerak. Singsingkanlah bajumu agar darahku tidak mengotori, sehingga (jika nanti) ibu melihat bercak darah itu niscaya ia akan bersedih. Percepatlah gerakan pisau itu dari leherku, agar terasa lebih ringan bagiku, karena sungguh kematian itu sangat dahsyat. Dan, apabila engkau telah kembali maka sampaikanlah salam (kasih)ku kepadanya (ibu).”
Tidak hanya itu, ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelihnya, Ismail kembali memberikan sebuah pesan yang sangat indah kepadanya, ia mengatakan:
يَا أَبَتِ كُبَّنِي لِوَجْهِيْ عَلىَ جَبِيْنِيْ، فَإِنَّكَ إِذَا نَظَرْتَ فِي وَجْهِيْ رَحِمْتَنِي، وَأَدْرَكْتُكَ رَقَّةً تَحُوْلُ بَيْنَكَ وَبَيْنَ أَمْرِ اللهِ وَأَناَ لاَ أَنْظُرُ إِلىَ الشَّفَرَةِ فَأَجْزَعُ
Artinya, “Wahai ayahku! Palingkanlah wajahku hingga tak terlihat olehmu! Karena sesungguhnya, jika engkau melihat wajahku, engkau akan selalu merasa iba, dengan perasaan iba itu dapat menghalangimu untuk melaksanakan perintah Allah, apalagi di depan mataku terlihat kilatan pisau yang sangat tajam, tentu membuatku ketakutan.”
Beberapa uraian ini menunjukkan ketabahan dan kesediaan Nabi Ismail untuk taat kepada perintah Allah, meskipun ia menyadari akan dikorbankan, ia tetap bersedia dan tenang dalam menghadapi ujian tersebut, tanpa memberontak atau meragukan kehendak dari-Nya. Hal ini menunjukkan betapa tingkat kesetiaan dan kepatuhan yang luar biasa dari sosok Nabi Ismail.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Oleh karena itu, kisah ketangguhan dan ketabahan Nabi Ismail ini sangat cocok untuk kita jadikan sebagai inspirasi dan teladan dalam merayakan Hari Anak Nasional, untuk kembali menumbuhkan jiwa-jiwa tangguh dan inspiratif sebagaimana sosok Nabi Ismail.
Demikian khutbah Jumat Hari Anak Nasional, perihal belajar keteguhan dan kesabaran dari Nabi Ismail sebagai seorang anak ini. Semoga menjadi khutbah yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Terpopuler
1
Doa Qunut pada Witir Ramadhan, Lengkap dengan Latin dan Artinya
2
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Anjuran Memperbanyak Tadarus
3
PBNU Adakan Mudik Gratis Lebaran 2025, Berangkat 25 Maret dan Ada 39 Bus
4
Khutbah Jumat: Pengaruh Al-Qur’an dalam Kehidupan Manusia
5
Menemukan Uang di Jalan: Boleh Dipakai atau Wajib Dikembalikan? Temukan Jawabannya!
6
Kultum Ramadhan: Nuzulul Qur'an, Momen Mengenal Keagungan Al-Qur'an
Terkini
Lihat Semua