Khutbah

Khutbah Jumat: Jagalah Lisan supaya Tidak Menyakiti Orang Lain

Jumat, 31 Januari 2025 | 06:30 WIB

Khutbah Jumat: Jagalah Lisan supaya Tidak Menyakiti Orang Lain

Ilustrasi orang berbicara. Sumber: Canva/NU Online

Dalam berinteraksi dengan sesama, ucapan memegang peran yang sangat penting karena dampak dari kata-kata seringkali lebih mendalam daripada luka fisik. Luka akibat pukulan mungkin sembuh dalam beberapa hari, namun luka yang disebabkan oleh ucapan bisa bertahan sepanjang waktu, meski tidak terlihat.

 

Oleh karena itu, dalam setiap percakapan, kita perlu sangat berhati-hati dalam memilih kata, memperhatikan intonasi, gerak tubuh, serta memahami budaya dan karakter lawan bicara. Hal ini penting agar ucapan kita tidak secara sengaja atau tidak sengaja menyakiti perasaan orang lain, karena kata-kata dapat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hubungan dan keharmonisan di antara kita.


Naskah khutbah Jumat kali ini adalah “Ucapan Adalah Tanggung Jawab Terberat Manusia”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (البقرة: ٧٠-٧١). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Bahasa lisan semakin berkembang setiap hari. Perubahan gaya berbicara dari waktu ke waktu seperti mengarah kepada hilangnya rasa hormat dan menghargai lawan bicara. Pada zaman sekarang, perilaku interaksi verbal manusia sering tidak memperhatikan perasaan lawan bicara. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, termasuk pengaruh budaya bicara daerah lain yang dikonsumsi oleh generasi milenial dan masyarakat kelompok dewasa melalui media sosial. Oleh karena itu, seseorang harus menjaga ucapan lisannya sebagaimana perintah Allah dalam surat Al-Ahzab, ayat 70-71:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا


Artinya: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah ucapan yang benar! Maka Allah akan memperbaiki amal perbuatan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah meraih kemenangan yang besar.”


Menurut Imam Al-Qurthubi dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, juz 14, halaman 253, Qaulan Sadidan mencakup seluruh ucapan yang baik dan benar, akan tetapi dalam konteks ayat ini ia dimaknai sebagai ucapan yang tidak menyakiti Rasul dan orang-orang beriman.


وَالْقَوْلُ السَّدَادُ يَعُمُّ الْخَيْرَاتِ، فَهُوَ عَامٌّ فِي جَمِيعِ مَا ذُكِرَ وَغَيْرِ ذَلِكَ. وَظَاهِرُ الْآيَةِ يُعْطِي أَنَّهُ إِنَّمَا أَشَارَ إِلَى مَا يَكُونُ خِلَافًا لِلْأَذَى الَّذِي قِيلَ فِي جِهَةِ الرَّسُوْلِ وَجِهَةِ المُؤْمِنِيْنَ 


Artinya: “Qaul Sadid mencakup seluruh aspek kebaikan dalam berucap. Ia bermakna universal meliputi segala kebaikan yang telah disebutkan sebelumnya dan selain itu. Konteks ayat ini memberikan petunjuk pemaknaan ayat bahwa ia bukan ucapan yang dilontarkan sebelum ayat ini dengan bertujuan untuk menyakiti Rasul dan orang-orang beriman.”


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Ucapan seperti dua mata pisau. Ucapan bisa membahagiakan orang, tetapi juga bisa menyakiti orang lain. Ucapan bisa mendamaikan suatu bangsa, tetapi juga bisa menyengsarakan bangsa lain. Oleh karena itu, tanggung jawab ucapan sangat besar di hadapan Allah. Hal ini tergambar dari hadits yang disampaikan Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam kitab Sunan at-Tirmidzi, juz 4, halaman 605:


إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ: اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ، فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا


Artinya, “Ketika pagi hari mendatangi manusia, maka seluruh anggota tubuh memberikan peringatan kepada lisan dengan berkata ‘bertakwalah kamu kepada Allah untuk kami karena kami sangat bergantung kepadamu. Jika kamu istiqomah, maka kami istiqomah dalam kebaikan. Jika kamu menyimpang, maka kami juga akan menyimpang’.


Hadits ini menggambarkan betapa pentingnya peran lisan dan ucapan dalam perilaku manusia. Jika ucapan manusia baik, maka perilakunya akan menjadi baik. Jika ucapan manusia buruk, maka perilakunya juga akan menjadi buruk. Dari sudut psikologis, ucapan yang baik memang dapat menimbulkan perbuatan yang baik.

 

Hal ini karena lisan atau ucapan adalah ungkapan yang keluar dari dalam hati manusia, maka ia menggambarkan karakter dan perilaku manusia. Hal ini tersirat dari penjelasa Imam Al-Mubarakfuri dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’ at-Tirmidzi ketika menjelaskan hadits ini pada juz 7, halaman 75:


اللِّسَانُ تُرْجُمَانُ الْقَلْبِ وَخَلِيفَتُهُ فِي ظَاهِرِ الْبَدَنِ


Artinya: “Lisan adalah penerjemah bahasa hati dan implementasi hati yang nampak dari tubuh seseorang.


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Tanggung jawab ucapan sangat besar, bahkan ia dianggap kunci kebahagiaan dan kesengsaraan seseorang di akhirat. Lisan dapat memasukkan manusia ke dalam surga, sekaligus dapat menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Hal ini ditegaskan Nabi pada hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 8, halaman 101:


إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ


Artinya, “Sesungguhbya seorang manusia yang berbicara dengan kata-kata yang disukai Allah yang ia tidak mempedulikannya, akan tetapi Allah mengangkatnya beberapa derajat dengan ucapan itu. Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang dibenci Allah yang ia tidak mempedulikannya, akan tetapi Allah akan menghempaskannya ke dalam neraka dengan ucapan itu.”


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Semoga Allah menjaga lisan dan ucapan diri kita dari hal-hal yang buruk dan menyakiti orang lain, sehingga kita bisa menyelamatkan diri kita dari tanggung jawab besar, yaitu ucapan. Dengan demikian, kita dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan di akhirat kelak. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسْلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ اللهُ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا


‎اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. ‎اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. ‎اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. ‎اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرِ العَالَمِيْنَ. ‎اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ


‎اَللّٰهُمَّ فَقِّهْنَا فِي الدِّيْنِ وَعَلِّمْنَا التَّأْوِيْلَ. ‎اَللّٰهُمَّ ارْزُقْنَا عِلْمًا نَافِعًا. ‎اَللّٰهُمَّ انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا. ‎اَللّٰهُمَّ نَوِّرْ قُلُوْبَنَا بِنُوْرِ العِلْمِ


عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 


Dr. Fatihunnada, Lc., M.A., Dosen Fakultas Dirasat Islamiyyah wal 'Arabiyyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta