Khutbah

Khutbah Jumat: Jangan Pernah Remehkan Kebaikan!

Kam, 1 September 2022 | 20:00 WIB

Khutbah Jumat: Jangan Pernah Remehkan Kebaikan!

Allah memperhatikan kebaikan sekecil apapun. Oleh karena itu, jangan pernah segan berbuat baik atau meremehkan kebaikan sekecil apapun.

Khutbah Jumat kali ini mengingatkan kita semua pada kebaikan sekecil apapun. Kita diingatkan kembali untuk memperhatikan nilai kebaikan itu sendiri yang tidak melulu diukur dari kuantitasnya. Dengan jalan seperti ini, kita tidak terluput dari kebaikan yang kita mampu berikan. 


Teks khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Khutbah Jumat: Jangan Pernah Remehkan Kebaikan!” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I


الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ   أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ # وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala

Pada hari yang mulia ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Bertakwa kepada Allah yaitu adalah dengan menjalankan perintahnya, dan juga menjauhi larangannya. Dengan ketakwaan yang kita laksanakan di dunia, semoga kelak menjadi perisai yang melindungi kita dari api neraka di akhirat.


Jamaah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala

Allah memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa berbuat baik hari demi hari, waktu demi waktu dan masa hingga masa. Allah dan rasul-Nya juga memerintahkan kita semua agar menjadikan dunia ini sebagai ladang amal ibadah yang akan kita siapkan untuk kehidupan kita selanjutnya di akhirat nanti. Sejatinya kita hanyalah singgah di dunia untuk bersiap-siap menjalankan kehidupan di akhirat. 


Terkait hal tersebut, Ibnu Mas’ud pernah menceritakan, suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidur di atas tikar. Ketika bangun, tikar itu memberikan bekas pada rusuk Nabi. Lalu kami berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami membuatkan untukmu kasur?” Beliau menjawab, “Apa kepentinganku terhadap dunia ini! Aku di dunia ini hanyalah seperti orang yang menaiki kendaraan yang sedang berteduh sebentar di bawah sebuah pohon, kemudian akan pergi meninggalkannya.”


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Berbicara tentang kebaikan, tidaklah elok bagi kita untuk merendahkan suatu kebaikan meski pun itu kecil, ringan, atau sedikit. Semua kebaikan yang kita terima seyogyanya kita hargai dan syukuri. Semua kebaikan yang ada di sekitar kita, patut kita apresiasi. Setiap orang yang melakukan kebaikan, siapa pun orangnya, patut kita ucapkan terima kasih padanya. Jangan sampai hati dan lisan kita merendahkan dan menganggap remeh suatu kebaikan. 


Hal ini sebagaimana pernah disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu:


عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ." أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.


Artinya: Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh janganlah kamu memandang rendah suatu kebaikan pun, meski kamu sekedar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.” (Hadis riwayat Imam Muslim)


Dalam riwayat lain disebutkan:


لا تَحقِرنَّ من المعروف شيئاً ، ولو أنْ تُعْطيَ صِلةَ الحبلِ ، ولو أنْ تُعطي شِسْعَ النَّعلِ ، ولو أنْ تُفرِغَ من دلوكَ في إناء المستسقي ، ولو أنْ تُنَحِّي الشَّيءَ مِنْ طريق النَّاسِ يؤذيهم ، ولو أنْ تلقى أخاكَ ووجهُك إليه منطلق ، ولو أنْ تلقى أخاك فتسلِّمَ عليه ، ولو أنْ تُؤْنِسَ الوحشان في الأرض


“Sungguh jangan kamu hina sedikit pun kebaikan, meskipun engkau hanya diberi seutas tali, meskipun engkau hanya diberi sendal yang putus talinya, meskipun sekedar menuangkan air dari embermu ke dalam bejana orang yang sedang mencari air, meskipun hanya sekedar wajah yang berseri-seri ketika berbicara dengan saudaramu, meskipun hanya menjinakkan hewan yang buas.”


Jamaah kaum muslimin yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala

Dari hadits di atas terdapat suatu pelajaran bahwa tidak seyogyanya kita menghina dan menganggap remeh suatu kebaikan, baik itu banyak maupun sedikit, baik itu besar maupun kecil. Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Quran pernah menyinggung orang-orang munafik yang menghina kebaikan berupa sedekah yang dikeluarkan oleh para sahabat Nabi. Dalam Al-Quran surah At-Taubah ayat 79 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:


الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ


Artinya: “(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.” (Quran surah At-Taubah ayat 79).


Terkait ayat di atas, Syekh Wahbah al-Zuhaili menyebutkan sebab diturunkannya ayat ini dalam karyanya, al-Tafsir al-Munir: Yaitu tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhotbah di hadapan para sahabat dan menganjurkan mereka untuk bersedekah, para sahabat pun berbondong-bondong untuk bersedekah. 


‘Abdurrahman ibn ‘Auf datang bersedekah pada Rasulullah sebanyak 4 ribu dirham. ‘Abdurrahman berkata, “Aku memiliki 8 ribu dirham, 4 ribu aku simpan untuk keperluanku dan keluargaku, sedangkan 4 ribu lagi aku infakkan di jalan Allah.” Rasul menjawab, “Semoga Allah memberkahi harta yang engkau sedekahkan dan harta yang engkau simpan.” Allah pun mengabulkan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi. Harta yang disimpan oleh istrinya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf makin bertambah jumlahnya hingga 80 ribu dirham. 


Selanjutnya datang Umar untuk bersedekah sebagaimana ‘Abdurrahman ibn ‘Auf. Selanjutnya datang pula ‘Ashim ibn ‘Adiy al-Anshari bersedekah 70 wasaq kurma. ‘Utsman pun datang dengan sedekah yang begitu besar. Di sisi lain, Abu ‘Aqil datang untuk bersedekah hanya dengan satu sha’ dari kurma. Abu ‘Aqil menyebutkan, “Malam kemarin aku mempekerjakan diriku kepada seseorang untuk mengairi kebun kurmanya, aku mendapat dua sha’ kurma, satu sha’ aku berikan untuk keluargaku, satu sha’ aku infakkan di jalan Allah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan Abu ‘Aqil untuk meletakkan kurma itu di tempat harta sedekah.


Melihat fenomena ini, orang-orang munafik pun menanggapi dengan celaan. Mereka berkata, “Mereka (orang-orang yang bersedekah itu) tidaklah datang kepada Rasulullah melainkan hanya ingin dilihat dan didengar saja kebaikannya. Sedangkan Abu ‘Aqil, dia bersedekah hanya supaya namanya disebut di tengah orang-orang besar, padahal Allah tidak butuh sedekah darinya”. Ujar orang-orang munafik itu dengan nada menghina.


Dengan adanya sikap dari orang-orang munafik itulah akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan ayat ini. Seorang ahli tafsir Indonesia, Prof. Quraish Shihab menyebutkan tentang efek dari sikap orang-orang munafik itu dalam tafsiran ayat ini, beliau menyebutkan:


“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.”


Jamaah kaum muslimin yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala


Sungguh kita berlindung kepada Allah dari sifat sombong, iri dan dengki atas kebaikan-kebaikan yang telah dikerjakan orang-orang di sekeliling kita. Sebagai orang muslim yang bijak, sudah sepatutnya kita menjadi termotivasi dan mendukung semua kebaikan yang ada di sekitar kita. Sebab, setiap amalan baik sekecil apa pun akan dihisab oleh Allah, begitu pun amalan buruk. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah al-Zalzalah ayat 7 dan 8:


فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ # وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ


Artinya: “Siapa pun yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. # Dan siapa pun yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula.” (Al-Quran surah al-Zalzalah ayat 7 dan 8).


Terkait ayat ini Prof. Quraish Shihab menyebutkan, “Kemudian, siapa pun berbuat suatu kebaikan, walaupun hanya sebesar butir debu, ia akan melihatnya dalam lembaran catatan amal perbuatan (shahîfah) dan mendapatkan balasannya. Dan siapa pun yang berbuat suatu kejahatan walaupun sebesar butir debu, ia akan melihatnya juga dan mendapatkan balasannya. Tuhan tidak akan berbuat zalim kepada siapa pun.”


Semoga kita dijadikan seorang hamba yang mampu berbuat baik kepada siapa pun. Kita mampu untuk mengapresiasi suatu kebaikan apa pun bentuknya, baik besar maupun kecil. Kita tidak pernah merendahkan suatu kebaikan, atau menganggapnya remeh. Namun kita termotivasi untuk mendukung kebaikan tersebut, bahkan memotivasi orang lain untuk berbuat baik.


بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم 


Khutbah II


الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ


أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ


اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

 
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Ustadz Amien Nurhakim (Musyrif Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah dan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)