Khutbah

Khutbah Jumat: Jihad Mencegah Polusi Udara 

Kam, 31 Agustus 2023 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat: Jihad Mencegah Polusi Udara 

Khutbah Jumat: Jihad Mencegah Polusi Udara. (Foto: NU Online/Freepik)

Teks khutbah Jumat ini memaparkan ajaran Islam yang mengajarkan umatnya untuk menjaga lingkungan. Salah satu upayanya adalah dengan al-Jihad al-Bi’i yaitu perang melawan kerusakan alam. 


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Jihad Mencegah Polusi Udara”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).



Khutbah I


الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ


Jamaah Khutbah Jumat yang berbahagia,

Alhamdulillah ungkapan syukur pada Allah, yang telah memberikan kita kesehatan dan juga kesempatan hingga bisa melaksanakan shalat Jumat secara berjamaah. Shalawat dan salam kita haturkan pada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita semua dari alam kejahilan, menuju cahaya Islam. 


اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ 


Sebagai khatib, sudah jadi tanggung jawab kami untuk mengajak kita semua untuk meningkatkan iman dan takwa pada Allah. Sejatinya iman dan takwa adalah suluh manusia dalam menghadapi dunia yang penuh tipu dan daya. Dengan modal keduanya manusia akan selamat dari kebejatan dunia. 


Hal ini sebagaimana nasihat Luqman al Hakim pada anaknya, untuk selalu beriman dan bertakwa dalam hidup. Ia berkata: 


يَا بُنَيَّ إِنَّ الدُّنْيَا بَحْرٌ عَمِيقٌ يَغْرَقُ فِيهِ نَاسٌ كَثِيرٌ، فَلْتَكُنْ سَفِينَتُكَ فِيهَا تَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، وَحَشْوُهَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ تَعَالَى، وَشِرَاعُهَا التَّوَكُّلُ عَلَى اللَّهِ لَعَلَّكَ تَنْجُو


Artinya: "Wahai anak ku, sesungguhnya dunia adalah lautan yang sangat dalam. Banyak manusia terjebak dan tenggelam di dalamnya, maka jadikanlah iman sebagai sampan, takwa kepada Allah sebagai layar agar engkau tak tenggelam dalam gemerlap lautan dunia ini


Jamaah Khutbah Jumat yang berbahagia,

Saat ini Indonesia sedang menghadapi permasalahan polusi udara khususnya di daerah-daerah perkotaan seperti Jakarta dan sekitarnya. Faktor-faktor yang menyebabkan polusi udara di Indonesia meliputi pembakaran limbah, emisi kendaraan bermotor, deforestasi, dan faktor cuaca seperti kabut asap akibat kebakaran hutan. Polusi udara dapat memiliki dampak serius terhadap kesehatan manusia, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan individu dengan masalah pernapasan.


Ada banyak cara untuk mencegah polusi udara. Salah satu cara yang efektif adalah dengan menerapkan Al-jihadi al bi’i. Sejatinya, al-jihadi al bi’i adalah salah satu bentuk jihad yang diajarkan dalam Islam. Konsep al-jihadi al bi’i adalah sebuah konsep dalam Islam yang berarti perang melawan kerusakan alam. Dalam konteks pencegahan polusi udara, al-jihadi al bi’i dapat diartikan sebagai upaya untuk menjaga lingkungan dari pencemaran udara.


Menurut Mufti Agung Mesir, Prof. Dr. Syekh Ali Jum’ah, sejatinya jihad dalam Islam mengandung makna yang luas, tidak tunggal maknanya. Jika merujuk pada Al-Qur’an dan hadits, akan banyak sekali dijumpai makna jihad yang sangat beragam. Dalam satu ayat dijelaskan jihad juga berarti bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu, mengendalikan syahwat, dan menaklukkan rayuan setan, semua ini merupakan termasuk jihad. Syekh Ali Jum’ah mengatakan bahwa Istilah “jihad di jalan Allah” mengandung pengertian yang luas dalam Islam.


Sementara itu Jamal al-Banna dalam kitab al-Jihad, dengan tegas mengatakan bahwa dalam konteks hari ini, jihad tidak semata-mata dimaknai sebagai mati di jalan Allah. Akan tetapi jihad hari ini yang ideal dan tepat adalah senantiasa hidup di jalan Allah. Makna hidup di jalan Allah, ini sangat beragam bentuknya, salah satunya adalah melestarikan lingkungan. Jamal Al Banna mengatakan bahwa jihad di masa kini bukanlah mati di jalan Allah, melainkan hidup di jalan Allah.


Dalam tataran Indonesia, konsep jihad ini sangat relevan untuk diterapkan, terlebih jika disandingkan dengan isu lingkungan. Pasalnya, di tengah masyarakat Indonesia, dan dunia yang kini tengah berada dalam bayangan kerusakan iklim, dan isu-isu pemanasan global, maka tidak ada cara lain selain berusaha secara bersama-sama untuk senantiasa merawat bumi. 


Jamaah Khutbah Jumat yang berbahagia,

Ini adalah bentuk jihad yang paling mudah dilakukan dan dapat dilakukan oleh siapa saja, terlepas dari usia, gender, atau kemampuan fisik mereka. Ada banyak cara untuk melakukan Al-jihadi al bi’i dalam upaya mencegah polusi udara.  Dalam Al-Qur’an ada banyak ayat yang menganjurkan manusia untuk merawat bumi dan menjaganya dari tangan-tangan jahil yang akan membuat kerusakan. 


Pada Surah al-Rum pada ayat 41, Allah berfirman bahwa kerusakan di muka bumi tak lepas dari perbuatan tangan manusia yang akan berdampak balik kepada manusia. Hal ini sebagai pengingat agar mereka bisa merenung dan kembali kepada jalan yang benar.


ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ


Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena tangan manusia, sehingga Allah mencicipkan kepada mereka mereka  sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS: Al-Rum ayat 41)


Jamaah Khutbah Jumat yang berbahagia,

Ini adalah pengingat bagi manusia tentang tanggung jawab mereka terhadap lingkungan dan alam sekitar. Perbuatan manusia yang tidak bijaksana, seperti eksploitasi berlebihan sumber daya alam, pencemaran lingkungan, dan perilaku merusak lainnya, dapat menyebabkan dampak negatif yang merugikan diri mereka sendiri dan makhluk lain. 


Oleh karena itu, ayat ini mendorong manusia untuk merenungkan perbuatan mereka dan memperbaiki hubungan mereka dengan alam. Penting untuk memahami ayat-ayat Al-Qur'an dalam konteks keseluruhan serta menjalankan ajaran agama dengan pemahaman yang benar. Selalu baik untuk merenungkan makna ayat-ayat suci dan mengambil pelajaran yang relevan untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab di bumi ini.


Jamaah Khutbah Jumat yang berbahagia,

Profesor Quraish Shihab, pakar tafsir kontemporer dalam kitab Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (2017), menyatakan dosa dan pelanggaran yang dibuat manusia mengakibatkan sistem balancing kehidupan jadi tak terkontrol. Semakin marak kerusakan ekosistem laut dan darat, akan semakin besar pula dampak negatifnya bagi keberlangsungan hidup manusia. Bukankah Allah menciptakan semua makhluk saling terkait? Dalam keterkaitan itu lahir keserasian dan keseimbangan.


Lebih lanjut, bencana alam yang terjadi di muka bumi, tak bisa lepas dari kelakuan manusia yang merusak lingkungan. Prof. Quraish berkata “Telah tampak kerusakan di darat, seperti; kekeringan dan paceklik. Kerusakan lingkungan ini membuat Allah menurunkan bencana sebagai akibat perbuatan dosa dan pelanggaran umat manusia lakukan."


Jamaah Khutbah Jumat yang berbahagia,

Dalam upaya mengimplementasikan al-jihad al-bi’i ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Pertama, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber utama polusi udara. Oleh karena itu, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah polusi udara. Ada banyak cara untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum.


Kedua, hemat energi. Penggunaan energi yang berlebihan juga dapat menyebabkan polusi udara. Oleh karena itu, menghemat energi merupakan cara yang baik untuk mencegah polusi udara. Ada banyak cara untuk menghemat energi, seperti mematikan lampu dan peralatan listrik yang tidak digunakan, serta menggunakan peralatan listrik yang hemat energi. Dalam sebuah hadits Rasulullah menganjurkan untuk menghemat energi, dengan mematikan lampu ketika hendak istirahat. Nabi bersabda;


عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :أَطْفِئُوا الْمَصَابِيحَ بِاللَّيْلِ إِذَا رَقَدْتُمْ وَغَلِّقُوا (وَأَغْلِقُوا) الْأَبْوَابَ وَأَوْكُوا الْأَسْقِيَةَ وَخَمِّرُوا الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ قَالَ هَمَّامٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَلَوْ بِعُودٍ يَعْرُضُهُ


Artinya: "Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Matikanlah lampu-lampu pada malam hari ketika kalian hendak beristirahat, dan tutuplah pintu-pintu, tutuplah bak-bak air, tutuplah makanan dan minuman.” Hammam berkata, “Tutuplah walau hanya dengan sebatang ranting.”


Ketiga, mengelola sampah dengan baik. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan bau tidak sedap dan menjadi sumber polusi udara. Oleh karena itu, penting untuk mengelola sampah dengan baik. Sampah dapat dikelola dengan cara dibuang ke tempat sampah, di daur ulang, atau dikomposkan.


Keempat, menanam pohon. Pohon dapat menyerap karbon dioksida dari udara, sehingga dapat membantu mengurangi polusi udara. Oleh karena itu, penting untuk menanam pohon di sekitar lingkungan kita. Dalam Islam, upaya menanam pohon termasuk dalam amalan yang akan mendapatkan pahala. Pasalnya, ini upaya baik dalam merawat bumi. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda;


عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَلاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ


Artinya, “Dari sahabat Jabir ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Tiada seorang muslim yang menanam pohon kecuali apa yang dimakan bernilai sedekah, apa yang dicuri juga bernilai sedekah. Tiada pula seseorang yang mengurangi buah (dari pohon-)nya melainkan akan bernilai sedekah bagi penanamnya sampai hari Kiamat,”.


Jamaah Khutbah Jumat yang berbahagia,

Demikian khutbah Jumat kali ini, semoga memberi manfaat dan membawa kemaslahatan bagi kita semua. Amin.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ الأَيَاتِ وَألذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 


Khutbah II


 اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهَُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Zainuddin Lubis, Penggiat Kajian Islam, tinggal di Ciputat, Tangerang Selatan