Naskah khutbah Jumat kali ini mendorong para jamaah untuk bersikap arif sebagai warga negara sebagai bagian dari pelaksanaan ajaran mulia Islam. Pengejawantahannya antara lain berupa taat kepada konstitusi yang berlaku, membangun kerukunan antarsesama bangsa, serta berhubungan saling mendukung dan membantu satu sama lain.
Teks khutbah Jumat ini berjudul "Menjadi Warga Baik untuk Negara yang Baik". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)
Khutbah I
اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْإِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada momentum yang mulia ini marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita pada Allah subhanahu wata’ala melalui upaya terus melakukan ikhtiar untuk menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Pada kesempatan ini pula mari kita senantiasa menyadari dan merenungi betapa banyak nikmat Allah subhanahu wata’ala yang telah dianugerahkan pada kita, bangsa Indonesia. Di tengah beragamnya suku, bangsa, budaya, dan agama, Indonesia senantiasa damai sehingga warganya dapat menjalankan ibadahnya dengan khusu’ tanpa ada yang menggangu.
Mari kita ungkapkan rasa syukur ini biqauli Alhamdulillâhirabbil ‘âlamîn dan senantiasa sekuat tenaga berusaha bersama-sama mempertahankan situasi kondusif, damai, dan sentosa ini. Bukan hanya saat ini saja, namun kita juga harus menanamkan kesadaran ini kepada para generasi muda untuk senantiasa menjaga Indonesia agar bisa abadi sampai akhir nanti. Dan di antara usaha untuk mewujudkan ini adalah dengan senantiasa menjadi warga negara yang baik.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Di antara ikhtiar untuk menjadi warga negara yang baik, bisa kita lakukan dengan senantiasa menjunjung tinggi hukum dan perundang-undangan yang berlaku di negara kita. Hal ini akan menciptakan harmonisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga terwujud kehidupan masyarakat yang damai sesuai dengan cita-cita seluruh elemen bangsa. Patuh pada hukum ini juga merupakan wujud ketaatan kita kepada para pemimpin yang memang menjadi salah satu perintah Allah.
Kita tahu, dalam sebuah negara, sudah tentu ada seseorang yang diamanahi untuk menjadi pemimpin. Posisi ini bisa diduduki oleh seseorang sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh warganya. Ada yang menggunakan sistem demokrasi, kerajaan, dan sistem-sistem lainnya. Agar tercipta kelancaran dalam memimpin serta bisa meraih tujuan bersama dalam bernegara, Allah telah mengingatkan kita semua untuk menjadi warga negara yang baik dengan menaati ulil amri atau pemimpin.
Hal ini difirmankan Allah subhanahu wata’ala dalam QS An-Nisa: 59
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Dalam ayat ini, taat pada ulil amri atau pemimpin diletakkan di urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Hal ini bisa kita artikan bahwa ketaatan pada pemimpin memiliki arti yang sangat penting, selama apa yang menjadi kebijakannya tidak membawa kemudaratan bagi bangsa. Hal ini sesuai dengan kaidah yang sangat populer yaitu: “La thâ‘t li makhlûqin fi ma’shiyat al-Khaliq“. Tidak dibenarkan adanya ketaatan kepada seorang makhluk dalam kemaksiatan kepada Khaliq (Allah).”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Selain taat pada pemimpin dan peraturan yang ada, warga negara yang baik adalah mereka yang senantiasa hati-hati dalam bermuamalah dan menerima informasi yang beredar. Apalagi di era digital saat ini di mana perkembangan teknologi begitu pesat, informasi mengalir deras tiap detik tanpa kenal batas waktu dan tempat. Informasi yang datang menghampiri kita ini tidak semua benar. Banyak informasi yang beredar merupakan berita bohong atau hoaks yang jika kita konsumsi dengan tidak melakukan tabayun (klarifikasi) maka bisa mengganggu stabilitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam QS Al Hujurat ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
Setiap kita harus mewaspadai gerakan-gerakan yang ingin Indonesia tidak damai. Berbagai cara dilakukan oleh segelintir kelompok melalui berbagai media, khususnya media sosial, untuk menggoyahkan pola pikir masyarakat agar ikut dengan pemahaman mereka. Propaganda dan agitasi dilakukan secara masif dengan menghalalkan hoaks dan ujaran kebencian di media sosial untuk kepentingan mengubah ideologi bangsa.
Menggunakan bumbu agama dalam narasi-narasi yang dibangun di media sosial, kelompok ini mengusung misi mengganti Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi negara yang berlandaskan agama tertentu. Hal ini tentu bertentangan dengan kesepakatan para ulama dan pendiri negara ini yang telah menjadikan Indonesia sebagai darul mitsaq (negara kesepakatan) dengan Pancasila sebagai kalimatun sawa (titik temu) yang mempertemukan kebinekaan yang merupakan anugerah dari Allah untuk negeri ini.
Kita harus terus memupuk kecintaan kita pada bangsa dan tanah air sehingga kita tidak akan mudah goyah terhadap propaganda kelompok yang ingin mengoyak persatuan bangsa. Kita perlu menyadari bahwa “hubbul wathan minal iman” (nasionalisme adalah sebagian dari iman). Agama dan nasionalisme harus saling memperkuat bukan untuk dipertentangkan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Untuk memaksimalkan wujud syukur terhadap anugerah Indonesia yang damai ini, sudah seharusnya setiap elemen masyarakat juga harus terus mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal positif. Hal ini bisa dilakukan dengan semaksimal mungkin menjalankan peran masing-masing individu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang menjadi pemimpin harus amanah dan mampu mengatur yang dipimpin dengan baik. Yang dipimpin juga harus mendukung para pemimpin dan terus berkiprah sesuai dengan profesinya sehingga Indonesia akan lebih kuat.
Semua elemen bangsa harus bahu-membahu saling dan membantu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Setiap individu tidak boleh merugikan orang lain dengan tindakan-tindakan negatif. Sebaliknya, setiap individu harus mampu memberi manfaat bagi orang lain. Rasulullah telah mengingatkan kita dengan haditsnya:
عن جابر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " الْمُؤْمِنُ آلِفٌ مَأْلُوفٌ وَلا خَيْرَ فِيمَنْ لا يَأْلَفُ وَلا يُؤْلَفُ خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: Dari Jabir, Ia berkata: ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR ath-Thabrani dan Daruquthni).
Hadits ini mengingatkan seluruh elemen bangsa khususnya umat Islam untuk berbuat baik kepada sesama manusia karena sesungguhnya tidak ada kebaikan yang bisa diambil jika kita tidak berlaku baik pada sesama manusia. Mari kita mulai dari hal-hal yang kecil seperti membantu orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita seperti tetangga yang sedang kesusahan dan lain sebagainya.
Dengan berbuat baik pada orang lain, mudah-mudahan kita juga menjadi hamba Allah yang disayangi dan juga menjadi umat Nabi yang baik. Sungguh sangat terpuji akhlak seseorang jika ia bisa menjadi sebaik-baiknya manusia di muka bumi ini dengan selalu menebarkan kebaikan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat ini, semoga kita bisa menjadi warga negara yang baik dengan senantiasa berbuat baik untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. Semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kehidupan kita senantiasa dalam kebaikan dan kita mampu menjalankan ibadah dengan khusyuk dan baik. Amin
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
H. Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung
Baca naskah khutbah Jumat lainnya:
- Khutbah Jumat: Dua Tingkatan Tobat
- Khutbah Jumat: Allah Sembunyikan 3 Perkara dalam 3 Perkara
- Khutbah Jumat: Zaman Berubah, Tetaplah Istiqamah!
Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara NU Online dan UNDP
Terpopuler
1
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
2
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
3
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
4
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
5
Cerita Muhammad, Santri Programmer yang Raih Beasiswa Global dari Oracle
6
BWI Kelola Wakaf untuk Bantu Realisasi Program Pemerintah
Terkini
Lihat Semua