Khutbah

Khutbah Jumat: Menjaga Silaturahim Merawat Perdamaian

Kam, 4 Januari 2024 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat: Menjaga Silaturahim Merawat Perdamaian

Bersalaman. (Foto: NU Online/Freepik)

Khutbah Jumat ini menjelaskan bahwa salah satu ajaran Islam yang mesti dijaga pada masa-masa politik saat ini adalah silaturahim. Ajaran ini patut digalakkan terus-menerus demi hubungan persaudaraan dan pertemanan tidak sampai terputus hanya gara-gara perbedaan pilihan politik. 


Teks khutbah Jumat ini berjudul: "Khutbah Jumat: Menjaga Silaturahim Merawat Perdamaian". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!. Cara mencetak, klik tombol download di atas atau bawah naskah khutbah.



Khutbah I


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ.


Hadirin shalat Jumat hafidzakumullah,

Segala puji hanyalah milik Allah swt, Dzat yang telah menganugerahkan kita banyak sekali nikmat, baik materi maupun imateri. Bahkan dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa bila kita hendak menghitung nikmat-Nya, maka pastinya kita tidak akan mampu. Shalawat dan salam harus senantiasa kita haturkan bagi Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya. Atas perjuangan mereka, agama Islam bisa tegak pada hari ini hingga kiamat nanti.


Hadirin shalat Jumat hafidzakumullah,

Salah satu kunci keberhasilan Nabi Muhammad dan para sahabatnya dalam memperkenalkan dan memperjuangkan agama ini adalah dengan cara menjaga hubungan antar sesama umat Islam agar tetap terjalin dan tidak sampai terputus, atau yang biasa disebut dengan silaturrahmi.


Jika hendak meninjau definisinya, Imam Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan bahwa silaturahim merupakan bersikap baik kepada kerabat/ karib yang dapat menghubungkan antara dua pihak. Berbuat baik di sini terkadang berupa materi atau imateri seperti membantu, berkunjung, memberikan salam, dan lain sebagainya.


Adapun yang dimaksud dengan kerabat atau karib di sini bisa berwujud sanak saudara (nasab), tetangga, teman, serta kolega. Dengan kata lain, tidak terbatas pada orang-orang yang hanya mempunyai hubungan darah saja. Bahkan dalam cakupan yang lebih luas, kerabat atau karib di sini bisa saja berwujud yang berbeda agama. Sebab dalam Islam, perbedaan agama bukan menjadi momok yang dapat membatasi interaksi antar sesama manusia.


Dengan demikian, silaturahim dalam ajaran Islam adalah ditujukan untuk menciptakan sebuah masyarakat yang rukun, guyub, dan akur. Interaksi di antara sesama terjalin dengan baik sehingga praktik-praktik sosial yang terjadi sangat tentram dan damai. 


Namun bukan berarti Islam tidak menyadari perbedaan selaku sebuah keniscayaan, termasuk perbedaan pandangan. Dalam Al-Qur'an telah ditegaskan bahwa Allah menciptakan manusia dengan keberagaman. Dalam surat Ar-Rum ayat 22 disebutkan:


وَمِنْ آَيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ


Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, dan berlain-lainan bahasa dan warna kulit kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui". (QS. Ar-Rum: 22).


Ayat ini memang tidak secara gamblang mengatakan mengenai perbedaan pandangan. Namun perbedaan kedua aspek pada ayat tersebut menjadi simbol dari perbedaan banyak aspek, termasuk soal pandangan yang berbeda. Sebab setiap manusia pasti mempunyai wawasan, informasi, dan faktor eksternal lainnya yang berbeda dengan manusia yang lain.


Begitu juga dalam pilihan politik, yang sarat dengan kepentingan yang bisa mengakibatkan jurang perbedaan semakin terlihat jelas. Maka sejatinya, perbedaan dalam hal ini merupakan fenomena alamiah yang tidak perlu dijadikan sebagai sebuah masalah. Justru perbedaan pilihan politik dijadikan sebagai kekhasan sebuah masyarakat yang menganut sistem demokrasi.


Hadirin shalat Jumat hafidzakumullah,

Dengan demikian, mengingat perbedaan pandangan merupakan fitrah manusia, maka tidak ada alasan lagi untuk memaksakan keinginan dan merasa paling benar sehingga menuntut orang lain untuk mengikuti pilihan politiknya. Begitu juga sangat tidak bijak bila akibat keinginannya itu tidak terwujud sampai memutus tali silaturahim, entah dengan saudara, tetangga, maupun teman.


Nabi Muhammad dalam riwayat Bukhari dan Muslim pernah mengultimatum bahwa orang yang memutus silaturahim tidak akan masuk surga. Sabda beliau:


لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ


Artinya: “Orang yang memutus (silaturahim) tidak akan masuk surga.”


Ancaman ini merupakan bentuk keseriusan baginda Nabi bahwa silaturahim merupakan ajaran agama yang harus dijaga. Maka umatnya tidak boleh ada yang memutus silaturahim, terlebih hanya karena perbedaan pilihan politik yang sifatnya agenda lima tahunan. Hubungan yang sudah dirajut bertahun-tahun menjadi tercerai-berai seketika yang diakibatkan oleh keadaan yang bersifat sementara.


Seandainya orang yang memutus silaturahim itu mendapatkan kompensasi berupa jabatan, tapi tetap saja jabatan itu bersifat fana, hanya sebentar dan sementara. Sedangkan hubungan dengan sanak saudara, tetangga, teman, dan kolega mempunyai jangka waktu yang jauh lebih lama. Maka aneh kiranya bila lebih memprioritaskan sesuatu yang sementara daripada yang lebih lama.


Mari kita renungkan bersama: kira-kira lebih intens manakah berinteraksi dengan sanak saudara dan tetangga atau orang-orang yang sama pilihan politik? Dengan kultur dan karakter sosial orang Indonesia yang suka berkumpul dan bersosialisasi, yang didukung oleh berbagai tradisi keagamaan dan kebudayaan, tentu saja berinteraksi lebih intens dengan keluarga dan tetangga. 


Hadirin shalat Jumat hafidzakumullah,

Oleh karena itu, melalui mimbar khutbah ini, khatib hendak menegaskan sekali lagi bahwa silaturahim tidak boleh sampai terputus hanya perbedaan pilihan politik. Konsekuensi memutus silaturahim bukan hanya berdampak pada pelakunya langsung, melainkan bisa juga kepada orang-orang sekitarnya. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad


إِنَّ الرَّحْمَةَ لَا تَنْزِلُ عَلَى قَوْمٍ فِيهِمْ قَاطِعُ الرَّحِمِ


Artinya: “Sesungguhnya rahmat (Allah) tidak akan turun kepada suatu kaum yang di dalamnya terdapat pelaku memutus silaturrahim.”


Imam Ibnu Hajar al-Asqalani mengutip pendapat al-Thibi menjelaskan bahwa maksud hadits tersebut bisa saja berupa suatu kaum yang kompak untuk mendukung seseorang memutus silaturahim dan mereka tidak mengingkari perbuatan orang tersebut. Akibatnya, kehidupan sosial kaum itu tidak tentram dan sejahtera, akan banyak masalah yang dialami kaum tersebut. 


Tentu hal seperti ini tidak diharapkan terjadi di bumi kita, Indonesia. Masa-masa politik saat ini harus disikapi dengan tenang dan bersukaria. Meskipun banyak pandangan yang semakin memperjelas perbedaan itu, namun kehidupan berbangsa dan bernegara harus tetap terpelihara dengan baik. Silaturahim yang senantiasa terjalin di tengah-tengah perbedaan itu menjadi perekat dalam merawat kerukunan dan perdamaian bersama.


بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ  فَيَاعِبَادَ ﷲ... اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا:  ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ .ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ،  اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ  اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ 


M. Syarofuddin Firdaus, Dosen Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences