Khutbah

Khutbah Jumat: Menyemai Moderasi Beragama dari Masjid

Jum, 25 Agustus 2023 | 07:30 WIB

Khutbah Jumat: Menyemai Moderasi Beragama dari Masjid

Ilustrasi sebuah masjid, tempat ibadah umat Islam. (Foto: NU Online/Freepik)

Khutbah Jumat kali ini mengajak kepada seluruh umat Islam untuk senantiasa memegang teguh prinsip moderat dalam beragama. Sebuah prinsip yang telah diperintahkan dalam Al-Qur’an untuk menjadi umat Islam yang wasathan (tengah-tengah) dengan menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam beragama yang bisa menghantarkan pada sikap radikal dan ekstrem. Sikap ini bisa disemai di tengah-tengah masyarakat dengan memaksimalkan peran masjid.


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Menyemai Moderasi Beragama dari Masjid”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,


Dalam kesempatan yang penuh berkah ini, marilah kita merenungi nikmat-nikmat yang tak terhingga yang telah Allah curahkan kepada kita. Sebagai hamba yang lemah dan penuh dosa, kita tidak mungkin mampu menghitung satu per satu nikmat yang telah Allah anugerahkan, mulai dari nikmat iman, kesehatan, keluarga, rezeki, hingga nikmat Islam yang kita anut sebagai jalan hidup. Semua itu harus kita syukuri biqauli Alhamdulillahirabbil alamin. Dengan syukur yang kita yakini dalam hati, ungkapkan dalam lisan, dan praktikkan dalam kehidupan nyata, yakinlah Allah akan terus menambah nikmat-nikmat ini. Allah berfirman dalam Surat Ibrahim, ayat 7:


لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ


Artinya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”


Selain bersyukur, mari kita tingkatkan pula kecintaan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad saw melalui shalawat. Jangankan kita manusia biasa yang merupakan seorang makhluk, Allah sebagai sang khalik seluruh jagad ini dan para malaikat-Nya pun bershalawat kepada Nabi Muhammad. Shalawat dari Allah merupakan rahmat dan shalawat malaikat adalah memohonkan ampunan, dan shalawat dari orang-orang mukmin merupakan doa agar diberi rahmat.


اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا


Artinya, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS: AL-Ahzab: 56)


Selanjutnya, penting bagi kita untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah swt. Ketakwaan adalah benteng yang akan melindungi kita dari godaan dan kesesatan dunia. Ketakwaan merupakan barometer kualitas diri kita di hadapan Allah swt serta akan menentukan posisi kita di sisi-Nya. Allah berfirman dalam Surat al-Hujurat ayat 13:


اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ


Artinya, "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa”


Hadirin yang dirahmati Allah,


Hari ini, kita berkumpul di dalam rumah Allah yang mulia ini, masjid yang merupakan pusat spiritualitas, pengetahuan, dan peradaban umat Islam. Sebagai negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia, masjid banyak tersebar di berbagai penjuru Nusantara ini. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Masjid (Simas) Kementerian Agama Tahun 2023, saat ini sudah ada 299.644 Masjid yang terdaftar dalam aplikasi tersebut dengan berbagai tipenya mulai Masjid Negara, Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar, Masjid Jami, Masjid Bersejarah, dan Masjid di Tempat Publik. Banyaknya masjid ini menjadi potensi untuk memberikan pencerahan kepada umat Islam dalam memahami dan mengaplikasikan prinsip beragama secara moderat atau moderasi beragama.


Moderasi beragama merupakan prinsip yang diajarkan oleh Islam, yaitu prinsip keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Islam mengajarkan kita untuk menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan, menghindari ekstremisme, serta menjaga keseimbangan antara hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Hal ini sudah diperintahkan Allah swt yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 143:


وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ


Artinya, “Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. 


Dalam Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, yang dimaksud dengan umat pertengahan ini adalah umat pilihan, terbaik, adil, dan seimbang, baik dalam keyakinan, pikiran, sikap, maupun perilaku. Hal ini selaras dengan sikap moderat di mana kita tidak boleh berlebih-lebihan dalam beragama yang menghantarkan pada sikap ekstrem. Prinsip inilah yang saat ini terus disemai di negara kita untuk mewujudkan kehidupan yang damai dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan di tengah kebhinekaan. Dan masjid, sebagai tempat ibadah dan juga pengajaran, memiliki peran penting dalam menyemai dan memperkuat prinsip moderasi ini.


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,


Untuk menyemai dan memperkuat moderasi beragama, masjid sebagai pusat pendidikan agama harus dimaksimalkan perannya untuk mengajarkan ajaran Islam serta nilai-nilai rahmatan lil alamin secara komprehensif. Bukan hanya tentang aspek ritual semata, tetapi juga tentang etika, moralitas, dan akhlak jamaah. Pesan-pesan ini harus disampaikan dengan cara yang bijaksana dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga umat tidak terjebak dalam pemahaman sempit atau ekstrem.


Ketakmiran masjid dalam hal ini, harus benar-benar mampu mengambil kebijakan yang membawa kemaslahatan bagi jamaah dengan selektif memilih nara sumber, khatib, penceramah, ustadz, dan pengisi materi kajian di masjid yang berwawasan moderat untuk merawat pemahaman jamaah. Pihak-pihak yang memberi ceramah di masjid harus berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua lapisan jamaah, menghindari retorika yang memprovokasi konflik atau memperkuat pemahaman sempit. 


Pihak-pihak yang mengisi kajian di masjid harus memberi pemahaman pada jamaah bahwa beragama itu mudah dan penuh riang gembira dan tidak menjadikan beragama yang memberatkan dan penuh dengan ketakutan. Rasulullah bersabda:  

 
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
 

Artinya, “Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira! (HR. al-Bukhari [39] dan Muslim [2816]).  


Pesan yang disampaikan oleh mereka yang memiliki peran pendidikan jamaah juga sebaiknya mengedepankan kebaikan, kedamaian, dan kasih sayang, sejalan dengan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.


وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ


Artinya, “Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya: 107)


Kemudian wujud nyata dari moderasi beragama di masjid adalah dengan memaksimalkan masjid dalam menyediakan program-program sosial yang bermanfaat bagi masyarakat. Dari program kesehatan, pendidikan, hingga bantuan sosial, masjid dapat menjadi wadah bagi umat untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang harmonis dan adil. Ini adalah bentuk nyata dari moderasi dalam tindakan.


Hadirin yang dirahmati Allah,


Masjid, sebagai tempat ibadah dan pusat spiritualitas, seharusnya tetap menjadi tempat untuk menebar cahaya rahmat dan harmoni, bukan tempat pertentangan terlebih terkait politik praktis dan juga politik identitas. Agitasi politik praktis dan politik identitas adalah dua hal yang dapat dengan mudah mengganggu stabilitas sosial dan menyebabkan perpecahan pada jamaah masjid dan masyarakat. Ketika masjid digunakan sebagai wadah untuk mempromosikan agenda politik tertentu atau untuk memperkuat perpecahan berdasarkan faktor identitas, maka spirit moderasi dan persatuan yang diajarkan oleh agama Islam akan terancam.


Islam mengajarkan kepada kita untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat, tanpa memandang perbedaan latar belakang, ras, atau suku. Islam mendorong kita untuk berpolitik dengan cara yang adil dan bertanggung jawab, demi kemaslahatan bersama dan keadilan melalui politik kebangsaan. Masjid harus tetap menjadi tempat yang netral, yang mengutamakan nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan oleh agama.


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,


Marilah kita berkomitmen untuk menjaga masjid sebagai tempat yang mendidik umat dalam semangat persatuan, moderasi, dan kebangsaan. Mari kita berpolitik dengan bijak, demi kemaslahatan bersama, dan tetap menjaga nilai-nilai ajaran Islam sebagai panduan utama dalam setiap tindakan kita. Semoga kita senantiasa diberikan petunjuk oleh Allah swt untuk senantiasa mampu beribadah dengan baik dan terus menebarkan sikap moderasi dalam beragama. Amin


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ


اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


*H Muhammad Faizin, Ketua Bidang Humas Data dan Informasi Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Provinsi Lampung.