Khutbah

Khutbah Jumat: Nabi Penyayang, Bukan Penyuka Perang

Sel, 2 Januari 2024 | 18:00 WIB

Khutbah Jumat: Nabi Penyayang, Bukan Penyuka Perang

Cinta pada Nabi MUhammad. (Foto ilustrasi: NU Online/Freepik)

Materi khutbah Jumat ini mengajak kepada seluruh umat Islam untuk mencontoh akhlak Rasulullah yang cinta pada perdamaian. Beliau adalah sosok yang pengasih dan penyayang kepada sesama dan senantiasa mengedepankan perdamaian dalam menyelesaikan berbagai macam konflik. Beliau adalah sosok yang tidak suka peperangan.


Teks khutbah Jumat ini berjudul: "Khutbah Jumat: Nabi Penyayang, Bukan Penyuka Perang". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! Cara mencetak, klik tombol download di atas atau bawah naskah khutbah.



Khutbah I


الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنَا هَذَا الطَّعَامَ وَرَزَقَنَا إِيَّاهُ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلَا قُوَّةٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ . أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَٰتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا۟ ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kita sekalian, khususnya bangsa Indonesia yang penuh damai ini. Shalawat beserta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, Nabi yang mengutamakan kedamaian di atas segalanya. Kami berwasiat untuk diri kami pribadi khususnya dan para jamaah pada umumnya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt.


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Salah satu narasi miring yang sering dialamatkan kepada Rasulullah, khususnya oleh para pembenci Islam ialah fitnah bahwasanya Nabi Muhammad suka perang. Islam disebarluaskan dengan pedang. Kehidupan Nabi Muhammad selalu diisi dengan perang dan tidak ada damainya. Fitnah-fitnah tersebut dialamatkan kepada Rasulullah berdasarkan fakta bahwa memang ada beberapa peperangan yang pernah diikuti di zaman kehidupan Rasulullah saw.


Ahli sejarah mencatat bahwa ada 27 peperangan yang diikuti oleh Rasulullah saw. Jika kita perhatikan, kebanyakan peperangan tersebut adalah sifatnya mempertahankan diri atau sekadar membalas setimpal atas apa yang dilakukan oleh musuh. Peperangan tersebut juga ekspansi pembebasan pada mereka yang melakukan kezaliman seperti ekspansi pasukan Rasulullah kepada kekaisaran Romawi yang menjerat kehidupan rakyatnya. Hal ini ditegaskan pada ayat yang telah kami bacakan sebelumnya:


أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَٰتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا۟ ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ


Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”. (QS Al-Hajj: 39)


Jika kita melihat sejarah Rasulullah, maka akan kita pahami bahwa selama beliau berdakwah di Makkah, beliau mendapatkan penentangan yang begitu besar dari kelompok orang-orang kafir. Nabi dan para Sahabat sama sekali tidak membalas. Hanya menahan diri. Bahkan mereka mengalah dan memilih hijrah ke Madinah.

Ketika di Madinah, ternyata gangguan dari orang-orang kafir tidak juga berhenti. Mereka memblokade pasokan makanan yang seharusnya bisa masuk ke pasar Madinah. Selama bertahun-tahun Nabi dan para Sahabat senantiasa kekurangan makanan. Nabi masih menahan diri. Pada saat hendak melaksanakan ibadah haji, Nabi dan Sahabat dicegat di Hudaibiyah, tidak diperbolehkan masuk Makkah dan dengan lapang dada menandatangani perjanjian Hudaibiyah yang sebetulnya jika kita pahami betul isi perjanjian itu sangat merugikan umat Islam. Namun karena ada kesepakatan damai, Nabi menyetujuinya.


Perjanjian itu pun lantas dilanggar sendiri oleh orang-orang kafir. Mereka mengepung Madinah. Nabi bersama para Sahabat mengikuti saran dari Salman al-Farisi, kemudian membuat parit di sekeliling Madinah untuk menahan ekspansi orang-orang Makkah. Nabi hanya bertahan dan menyusun kekuatan. Hingga kemudian kekuatan itu dirasa sudah cukup, Nabi melakukan kampanye yang disebut sebagai Fathu Makkah atau pembebasan Makkah. Makkah takluk tanpa ada setetes pun darah penduduk Makkah yang tumpah karena Nabi telah mengampuni semua kekejian mereka sebelumnya.     


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Fakta-fakta yang telah kami sebutkan ini, semestinya cukup sebagai bukti bahwa Nabi bukanlah diutus sebagai malapetaka. Nabi Muhammad diutus sebagai rahmat bagi semesta yang senantiasa mengedepankan kasih sayang. Allah berfirman dalam Alquran surat al-Anbiya, ayat 107:


وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ


Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Secara garis besar, kita bisa menyimpulkan bahwasanya peperangan yang dilakoni oleh Rasulullah saw sifatnya ada tiga macam, yaitu: mempertahankan diri, membalas setimpal, dan membebaskan dari belenggu penjajahan.

Inilah model-model perang yang juga dilakukan oleh para ulama di Indonesia selama ini. Mereka bahu-membahu melakukan serangkaian perlawanan penjajahan Belanda maupun Jepang hingga merebut kemerdekaan, dan saat kemerdekaan telah kita rebut, ketika ada pihak lain yang ingin merampas kembali kemerdekaan kita, maka harus kita lawan.


Ini tercermin dari resolusi jihad yang digelorakan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta sebagai perwakilan bangsa Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan. Tak lama kemudian pasukan sekutu Inggris dan Belanda hendak merebut kembali kemerdekaan Indonesia. Bangsa Indonesia pun melawan hingga titik darah penghabisan melalui spirit Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. 


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Demikianlah ajaran Rasulullah dan perintah agama ISlam yang harus kita lakukan. Maka bila kita mengaca pada peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, apa yang terjadi di Palestina sesungguhnya adalah sebuah tindakan keji yang dilakukan oleh Israel kepada bangsa Arab yang ada di Palestina. Pemilik sah negeri tersebut.


Bumi Palestina adalah bernama Palestina hingga tahun 1922 wilayah tersebut dikuasai oleh Inggris yang memasukkan orang-orang Zionis, salah satu kelompok ekstrem bangsa Yahudi, ke tanah Palestina. Awalnya mereka adalah tamu yang diterima dengan hangat oleh tuan rumah. Hingga lambat laun tamu itu malah melakukan penguasaan dan ekspansi daerah dengan bantuan Inggris serta Amerika Serikat. Mereka malah menguasai sebagian besar wilayah tersebut.


Apa yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Palestina adalah perjuangan kemerdekaan. Bukan terorisme. Sama sekali bukan. Mereka melakukan upaya untuk membebaskan diri mereka dari belenggu penjajahan sebagaimana Rasulullah melepaskan diri dari kekejaman orang-orang kafir Makkah, sebagaimana bangsa kita berjuang untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankannya.

Sebagaimana KH Hasyim Asy'ari yang memfatwakan kewajiban jihad di Surabaya meski berakibat Surabaya menjadi bumi hangus. Sebagaimana Para pejuang yang membakar kota Bandung ketimbang dikuasai Belanda meskipun berdampak Bandung menjadi lautan api.


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Akhirnya, semoga semua perang yang ada di dunia ini bisa berakhir karena pada prinsipnya, kita adalah umat Nabi dan Nabi adalah sosok pecinta damai.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ 


Khutbah II


 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Dr Muhammad Ibnu Sahroji atau Ustadz Gaes