Khutbah

Khutbah Jumat: Perdamaian Jadi Landasan Penting Kehidupan

Jum, 10 November 2023 | 07:00 WIB

Khutbah Jumat: Perdamaian Jadi Landasan Penting Kehidupan

Ilustrasi. (Foto: NU Online/Freepik)

Dalam Islam, perdamaian merupakan landasan penting kehidupan. Perdamaian jalan terbaik untuk menyelesaikan segala macam konflik. Bahkan, Nabi Muhammad mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga perdamaian.

 

Naskah Khutbah Jumat ini berjudul “Khutbah Jumat: Perdamaian Jadi Landasan Penting Kehidupan”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

 

  الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى; يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Puji dan syukur pada Allah SWT, yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan sehingga bisa melaksanakan shalat Jumat berjamaah. Shalawat dan salam pada Rasulullah SAW, yang akan mengantarkan kita pada syafaatnya kelak.

 

Selanjutnya, khatib berwasiat khususnya pada diri sendiri dan jamaah sekalian untuk bertakwa kepada Allah. Pasalnya, hanya takwa dan iman yang menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat kelak. 

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kemanusiaan dan keberagaman adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Kemanusiaan adalah sifat dasar manusia yang mencakup nilai-nilai universal seperti martabat, hak asasi, dan keadilan. Keberagaman adalah perbedaan yang ada di antara manusia, baik dalam hal suku, budaya,  bangsa, agama, ras, dan gender manusia.

 

Keduanya saling berkaitan, karena kemanusiaan dan keragaman merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Manusia diciptakan dalam berbagai macam rupa dan bentuk, dan perbedaan tersebut merupakan kekayaan yang harus disyukuri. Keberagaman juga merupakan cerminan dari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Q.S an-Nahl ayat 90:

 

وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ يُّضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَلَتُسْـَٔلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Artinya: "Seandainya Allah berkehendak, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk)."

 

Mengutip Ibnu Abbas dalam tafsir Al-Basith, Jilid XIII, halaman 184 bahwa seandainya Allah menginginkan manusia berada di atas satu agama dan satu keyakinan, niscaya Allah mampu melakukannya. Namun, faktanya Allah tidak menjadikan manusia dalam satu agama dan kepercayaan.

 

Sejatinya pernyataan Ibnu Abbas ini menarik untuk dikaji, karena mengandung beberapa hal yang penting untuk dipahami. Pertama, pernyataan ini menunjukkan bahwa Allah menghendaki adanya keragaman agama dan keyakinan di dunia ini. 

 

Kedua, pernyataan ini juga menunjukkan bahwa Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih agama dan keyakinannya masing-masing. Meskipun kelak akan diminta pertanggungjawaban di hari akhir. Setidaknya Allah memberikan akal, pada manusia memilih pilihan yang terbaik. 

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Lantas, mengapa Allah menghendaki adanya keragaman agama dan keyakinan di dunia ini? Salah satu jawabannya adalah keragaman agama dan keyakinan dapat menjadi sumber rahmat bagi manusia.  Dengan adanya keragaman, manusia dapat saling belajar dan bertukar pengalaman, sehingga dapat menjadi lebih baik.

 

Selanjutnya, keragaman agama dan keyakinan dapat menjadi sumber motivasi bagi manusia untuk mencari kebenaran. Ketika manusia melihat bahwa ada banyak agama dan keyakinan yang berbeda-beda, maka mereka akan terdorong untuk mencari agama dan keyakinan yang paling benar. Hal ini dapat membuat manusia menjadi lebih kritis dan tidak mudah terbujuk oleh dogma-dogma agama yang keliru.

 

Terakhir, tentu yang tak kalah penting keragaman agama dan keyakinan dapat menjadi sumber perdamaian dan toleransi di dunia ini. Ketika manusia memahami bahwa setiap agama dan keyakinan memiliki nilai-nilai yang luhur, maka mereka akan lebih mudah untuk saling menghormati dan menghargai. 

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Agama bertujuan menghadirkan kedamaian lahir dan batin, individu dan masyarakat. Agama dibutuhkan manusia untuk tujuan tersebut. Kedamaian adalah landasan terkuat dalam kehidupan manusia. Sementara perang dan kekerasan adalah petaka dan pengecualian. 

 

Agama dan kedamaian sangat erat kaitannya. Itu terdeteksi dengan jelas dalam semua agama. Misalnya, manusia diperintahkan untuk shalat oleh Allah. Pada dasarnya, dengan shalat yang tulus, manusia merasakan kedamaian. Manusia merasakan optimisme menyangkut terpenuhinya kebutuhan dan tersingkirnya kecemasan. Dengan demikian, agama antara lain melalui shalat, berfungsi menanamkan kedamaian di hati manusia. 

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Karena pentingnya kedamaian dalam agama, maka Allah melarang mencaci-maki, keyakinan dan Tuhan orang yang berbeda dengan kita. Larangan memaki dan menghina agama dan kepercayaan orang lain, akan berdampak buruk bagi tatanan sosial kehidupan. Sikap yang tidak saling menghormati agama dan kepercayaan, akan menimbulkan intoleransi dan konflik yang berkepanjangan. Tentu itu jauh dari esensi agama sebagai jalan untuk mewujudkan perdamaian.  

 

Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-An'am ayat 108 :

 

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Artinya: "Janganlah kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa (dasar) pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan."

 

Imam Al-Baidhawi, Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, ayat ini menjadi dalil larangan umat Islam untuk mencaci maki kekurangan tuhan yang diyakini umat agama lain. Tindakan menghina dan mencaci maki agama dan kepercayaan orang lain dapat memicu permusuhan dan konflik antar umat beragama.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Sebagai penutup, agama pada dasarnya mengajarkan tentang perdamaian, baik kedamaian lahiriah maupun batiniah. Untuk itu, penting bagi manusia untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kedamaian. Manusia harus berusaha untuk menciptakan dan menjaga perdamaian di dalam diri sendiri, masyarakat dan dunia.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

 

Khutbah II

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ

 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: (وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر(ِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

 

Zainuddin Lubis, Pegiat kajian keislaman, tinggal di Ciputat