Khutbah

Khutbah Jumat: Puasa dan Semangat Antikekerasan

Jum, 15 April 2022 | 04:52 WIB

Khutbah Jumat: Puasa dan Semangat Antikekerasan

Khutbah Jumat: Puasa dan Semangat Antikekerasan

Materi khutbah Jumat ini mengingatkan kepada umat Islam tentang esensi puasa, yakni menahan diri, termasuk dari tindakan kekerasan, baik fisik maupun verbal. Inti puasa tidak hanya sanggup menahan lapar dan dahaga semata tapi juga kuat dan sabar menghindar dari perilaku menzalimi orang lain.

 


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Khutbah Jumat: Puasa dan Semangat Antikekerasan". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)



Khutbah I


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ الصَّوْمَ حِصْنًا لِأَوْلِيَائِهِ وَ جُنَّةً، وَفَتَحَ لَهُمْ بِهِ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُلَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَائِدِ الْخَلْقِ وَمُمَهِّدِ السُّنَّةِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِيْ الْأَبْصَارِ الثَّاقِبَةِ وَالْعُقُوْلِ الْمُرَجِّحَةِ


أَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْاِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَاَنْ تُشْرِكُوْا بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطٰنًا وَّاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ


Alhamdulillah, pada kesempatan yang penuh berkah ini kita semua masih dikaruniai sehat jasmani dan rohani sehingga sanggup menunaikan kewajiban, baik shalat Jumat maupun puasa Ramadhan. Khatib mengajak utamanya kepada diri sendiri dan umumnya kepada jamaah sekalian untuk senantiasa mengevaluasi dan memperbaiki kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Semoga kepatuhan kita dalam melaksanakan perintah dan menghindari larangan-Nya kian hari semakin menunjukkan peningkatan.


Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Puasa yang kita jalani saat ini mengandung pesan pokok yang mungkin kadang kita lupakan, yakni menahan. Hal ini sesuai makna ash-shaum atau ash-shiyam yang secara bahasa berarti al-imsak: menahan. Seperti kita tahu, secara fisik orang yang berpuasa diwajibkan menahan makan dan minum serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.


Lebih jauh lagi, makna menahan di sini berarti pula menahan seluruh anggota badan dari perbuatan maksiat dan menahan hati dari berpaling kepada selain Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah pernah mengisyaratkan dalam sabdanya bahwa banyak orang yang berpuasa hanya berhenti pada level menahan secara fisik belaka, sehingga mereka tidak memiliki nilai apa pun kecuali sebatas lapar dan dahaga.


Hadirin yang semoga dirahmati Allah,
Ramadhan adalah bulan mulia. Namun, sering kita temui perbuatan-perbuatan tercela masih berseliweran di sekitar kita. Mengapa? Karena kemuliaan Ramadhan adalah satu hal, sedangkan perilaku manusia adalah hal lain. Sebab itu tidak heran, di bulan yang disucikan ini, berita tentang kekerasan masih kita dengar di media. Penganiayaan, perampasan hak, dan tindakan zalim lain yang merugikan orang tidak otomatis berhenti dengan kehadiran bulan Ramadhan.


Islam yang menjunjung tinggi kemanusiaan menentang keras berbagai bentuk kezaliman, termasuk kekerasan fisik dan kekerasan verbal. Manusia adalah makhluk mulia di mata Islam. Karena itu, Islam menganjurkan perlakuan terhormat kepada manusia, tidak hanya saat hidup tetapi bahkan ketika sudah menjadi jenazah sekalipun. Segala macam perbuatan yang merendahkan kemuliaan ini otomatis berarti melawan ajaran Islam itu sendiri.


Kekerasan fisik biasanya muncul dengan jalan memukul, mencekik, melempar, dan tindakan menyakiti lainnya. Pada tingkat yang lebih parah, kekerasan jenis ini bisa disertai dengan penggunaan alat atau senjata. Mayoritas dari kita barangkali tidak atau jarang melakukannya, tetapi hati-hatilah dengan kebiasaan-kebiasaan buruk yang sekilas tampak “remeh”, seperti gemar mencubit anak, suka melempar barang ketika marah, dan hobi memberi ancaman. Kegemaran macam itu lambat laun bisa membesar jadi aksi kekerasan fisik yang lebih parah karena benih keburukan yang dipelihara dan dipupuk akan tumbuh dan memberi dampak mudarat yang semakin luas.


Seolah tanpa henti, kasus-kasus kekerasan fisik mampir di telinga dan mata kita hampir setiap hari di berbagai media baik televisi, koran, portal daring, media sosial, atau lainnya. Pemukulan kepada orang lain, penganiayaan orang tua kepada anak, perampokan, pembegalan, pemerkosaan, pelecehan, dan sejenisnya adalah berita kekerasan yang kerap melintas di hadapan kita.


Padahal, Al-Qur’an mengingatkan,


قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْاِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ


Artinya, “Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar...” (QS al-A’raf: 33).


Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Selain kekerasan fisik, bentuk lainnya adalah kekerasan verbal. Jenis kedua ini memang tidak lebih populer tetapi justru yang paling sering terjadi dalam praktik sehari-hari. Kekerasan verbal umumnya dilakukan dengan cara menghina, menuduh tanpa bukti, memfitnah, memberi julukan negatif, menyinggung atas dasar SARA, dan lain-lain. Kekerasan melalui perkataan, tulisan, atau gambar seperti ini kadang dianggap lumrah karena tidak diketahui secara langsung kerugian fisiknya. Yang diserang ada perasaan atau psikologinya.


Sebagaimana kekerasan fisik, kekerasan verbal masuk kategori kezaliman terhadap orang lain. Konsekuensi dari mezalimi pihak lain adalah dosa si pelaku tidak diampuni selama korban tidak dimintai maaf atau tidak memberi maaf. Setiap dosa sosial adalah kasus haq adami, yang akan dianggap selesai ketika kedua belah pihak terjadi saling ridha dan menghalalkan. Bila di dunia ini kasus tersebut belum tuntas maka akan menjadi “utang” yang bakal ditagih dan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Na‘udzubillah min dzalik.


Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,
Mari kita jadikan bulan suci Ramadhan ini sebagai madrasah untuk menempa diri agar sanggup menahan berbagai godaan yang dapat menjerumuskan kita ke dalam kesia-siaan. Menahan makan dan minum adalah perkara yang ringan, terlebih di Indonesia yang mayoritas penduduknya melaksanakan ibadah puasa dan menghormati orang berpuasa. Yang sangat berat adalah menahan ego sendiri, mengontrol emosi, mengelola jiwa, dan mencegah diri dari melampiaskan perbuatan tidak baik, termasuk kekerasan, baik verbal maupun nonverbal.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


 أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا


Maknanya: “Seorang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR at-Tirmidzi).

 

Memang tidak mudah mengelola hati dan seluruh anggota tubuh ini, mulai dari mulut, mata, telinga, kemaluan, otak, tangan, hingga kaki. Namun justru di situlah letak ujian puasa. Manusia digembleng untuk tidak hanya melawan perihnya perut dan keringnya tenggorokan tapi juga melawan diri sendiri yang dikuasai nafsu angkara.


Sudahkah hati dan seluruh anggota tubuh kita sabar dan kuat menapaki jalan puasa yang hakiki? Sudah bersihkah akun media sosial kita dari perbuatan menyakiti atau merugikan orang lain? Sejauh mana kita kita sabar menahan diri untuk berkomentar atas apa yang tidak kita kuasai?


Pertanyaan-pertanyaan ini bisa menjadi bahan evaluasi diri khatib pribadi dan jamaah sekalian tentang kualitas puasa kita hingga detik ini. Masih ada kesempatan untuk melakukan pembenahan, meningkatkan mutu ibadah, dan memperkuat persaudaraan antarsesama. Semoga kita semua dikaruniai kekuatan untuk menyelesaikan ujian Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إلىَ رِضْوَانِهِ.  اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا


أَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلَآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.  اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


  اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.  اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي الْقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Mahbib Khoiron


Artikel ini terbit atas kerja sama antara NU Online dan UNDP