Ramadhan

Kisah Perempuan Tunanetra yang Berdoa di Bulan Ramadhan

Sel, 19 Maret 2024 | 19:00 WIB

Kisah Perempuan Tunanetra yang Berdoa di Bulan Ramadhan

Ilustrasi perempuan. (Foto: NU Online)

Bulan Ramadan, bulan suci dalam agama Islam, merupakan momen yang penuh keberkahan dan kesempurnaan spiritual bagi umat muslim di seluruh dunia. Pada bulan ini umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak berdoa kepada Allah ta’ala.

 

Allah ta’ala berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat ke-186:

 

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ ۝١٨٦

Artinya, “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah [2]: 186).

 

Ibnu ‘Asyur dalam tafsirnya at-Tahrir wat Tanwir bahwa ayat di atas dapat disebut juga sebagai ayat yang menegaskan kemuliaan Ramadhan sebagai bulan dikabulkannya doa-doa. Alasannya, ayat ini didahului oleh ayat tentang bulan Ramadhan (ayat ke-185 surah Al-Baqarah). Ia berkata:

 

وفي هذه الآية إيماء إلى أن الصائم مرجو الإجابة، وإلى أن شهر رمضان مرجوة دعواته، وإلى مشروعية الدعاء عند انتهاء كل يوم من رمضان.

 

Artinya, “Ayat ini mengandung pesan bahwa orang yang berpuasa lebih berpotensi dikabulkan doanya, dan Ramadan adalah bulan anjuran memperbanyak doa, serta menunjukkan anjuran berdoa di akhir setiap hari bulan Ramadan.” (Ibnu ‘Asyur, at-Tahrir wat Tanwir, [Beirut: Muassasah at-Tarikhul ‘Arabi, 2000], jilid II, hal. 177).

 

Mengenai doa yang berpotensi dikabulkan di bulan Ramadhan, Syu’aib bin Muhriz pernah menceritakan, bahwa pada masa Muhammad bin Sulaiman, seorang tokoh penting dalam Dinasti ‘Abbasiyyah, terdapat seorang perempuan yang buta.

 

Suatu hari pada malam ke-24 bulan Ramadhan tiba-tiba saja matanya sembuh. Syu’aib bin Muhriz yang kaget mendengar kabar seorang yang buta dan tiba-tiba sembuh mencoba untuk mendatanginya untuk memastikan kebenaran kabar tersebut. 

 

Syu’aib pun mendatangi perempuan tersebut di rumah Musa al-Muhtasib di Bashrah. Ketika mengetahui ada yang mengunjunginya, perempuan tersebut meminta untuk duduk menunggu di depan rumah.

 

Tatkala keluar rumah tersebut, Syu’aib melihat bahwa mata perempuan tersebut normal layaknya tidak pernah terjadi kebutaan sebelumnya. Syu’aib pun bertanya kepadanya, “Wahai hamba Allah, doa apa yang engkau panjatkan kepada Tuhanmu?”

 

“Aku melaksanakan shalat pada malam pertama bulan Ramadhan di masjid Al-Hay. Kemudian di waktu sahur, aku pun melaksanakan shalat di tempat shalat di rumahku, aku berdoa:

 

 يَا كَاشِفَ ضُرِّ أَيُّوبَ، يَا مَنْ رَحِمَ شَيْبَةَ يَعْقُوبَ، يَا مَنْ رَدَّ يُوسُفَ عَلَى يَعْقُوبَ، رُدَّ عَلَيَّ بَصَرِي 

Yâ kâsyifad dhurri Ayyûba, yâ man rahima syaibata ya'qûba, yâ man radda yûsufa 'alâ ya'qûba, rudda 'alayya basharî.

 

Artinya, “Wahai Yang Menyingkap kesulitan Nabi Ayub, wahai Yang Maha Penyayang kepada Nabi Ya’qub yang telah beruban, wahai Yang mengembalikan Nabi Yusuf kepada Nabi Ya’qub, mohon kembalikanlah penglihatanku kepadaku.” 

 

“Seketika saja, setelah aku berdoa demikian seolah ada yang melepaskan sesuatu yang selama ini menutupi mataku, sehingga aku pun bisa melihat.” (Ibnu Abi Dunya, Mujabud Da’wah, [Beirut: Muassasah al-Kutub ats-Tsaqafiyyah, 1993], jilid I, hal. 79).

 

Cerita di atas diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunya, seorang ulama yang konsen dalam bidang hadits dan periwayatan dalam salah satu karyanya yang berjudul Mujabud Da’wah. Tidak dapat dipastikan siapa nama perempuan dalam kisah tersebut, akan tetapi ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari kisah di atas.

 

Di antara hikmah kisah di atas adalah hendaknya kita memaksimalkan Ramadhan untuk beribadah kepada Allah, misalnya dengan mengisi malam-malam Ramadhan dengan ibadah sunnah seperti shalat tarawih, tahajud, witir dan zikir serta doa kepada Allah. Nabi saw pernah bersabda:

 

إِنَّ للصَائِم عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ

 

Artinya: “Sungguh ketika berbuka, orang yang berpuasa mempunyai doa yang tidak tertolak (baca:dikabulkan).” (HR Ibnu Majah)

 

Selain itu, kita juga dianjurkan untuk tidak berputus asa terhadap pertolongan Allah dengan menyelipkan kebutuhan pada setiap doa yang kita panjatkan kepada-Nya. Sebab kita tidak tahu pada doa yang keberapa kalinya kebutuhan kita akan dikabulkan. Wallahu a’lam

 

Amien Nurhakim, Musyrif Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences.