Ramadhan

Kultum Ramadhan: 10 Makna Pahala Puasa Hanya Milik Allah

Sab, 1 April 2023 | 06:00 WIB

Kultum Ramadhan: 10 Makna Pahala Puasa Hanya Milik Allah

Ilustrasi: Puasa (NU Online).

Puasa berbeda dengan ibadah selainnya. Pahalanya hanya Allah yang tahu, atau sering diungkapkan, ​​​​​​balasan pahalanya hanya milik Allah. Dalam hal ini Ibnu Hajar Al-Haitami menyingkap 10 makna pahala puasa hanya milik Allah. 
 

Ramadhan datang dengan membawa banyak keberkahan di dalamnya. Hanya di bulan ini umat Islam seluruh dunia serentak melaksanakan ibadah puasa yang memiliki banyak keutamaan. Puasa secara fikih memiliki makna menahan diri dari makan, minum atau perbuatan lain yang dapat membatalkan puasa. 
 

Meski terlihat ibadah yang sederhana, pada hakikatnya puasa merupakan ibadah yang istimewa dibanding ibadah lainnya. Ia menjadi satu-satunya ibadah yang dalam hadits qudsi disebutkan oleh Allah “Milik-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”
 


Imam Al-Ghazali dalam kitabnya menyebutkan betapa istimewanya ibadah puasa:
 

هو متميز بخاصية النسبة إلى الله تعالى من بين سائر الأركان, إذ قال الله تعالى فيما حكاه عنه نبيه صم: (كل حسنة بعشر أمثالها إلى سبع مئة ضعف إلا الصيام, فإنه لي وأنا أجزي به
 

Artinya: “Puasa merupakan ibadah istimewa sebab dinisbatkan kepada Allah dari rukun Islam lainnya. Allah berfirman dalam hadits yang diriwayatkan Nabi-Nya saw: “Setiap kebaikan dibalas 10 kali lipat sampai 700 kali lipat kecuali puasa, ia milik-Ku dan Aku akan membalasnya.” (Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr], juz II, halaman 98).
 

Dalam segi pahalanya yang berlipatganda, hanya puasa yang tidak memiliki batasan. Selain itu, hanya puasa pula yang memiliki keistimewaan dengan dinisbatkan pada Dzat-Nya. Hal inilah yang membedakan puasa dib​​​​​​anding ibadah lainnya. Puasa memiliki banyak keunggulan.
 

Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan 10 kemungkinan makna penisbatan pahala puasa hanya milik Allah:
 

  1. Puasa satu-satunya ibadah yang tidak memiliki kemungkinan untuk disisipi sifat riya`. Puasa tidak dapat dilihat dari perbuatan dan hanya didapati dalam hati dan menjadi rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya. Karenanya, Allah menisbatkan pahala puasa kepada Dzat-Nya yang mulia.

     
  2. Kadar pahala dan lipatan balasan puasa hanya Allah yang mengetahui. Berbeda halnya dengan ibadah lain yang telah dijanjikan oleh Allah memiliki kadar ukuran yang telah dijanjikan berlipat 10 hingga 700 kali.

    قال القرطبي: معناه أن الأعمال قد كشفت مقادير ثوابها للناس وأنها تضاعف من عشرة إلى سبع مئة إلى ما شاء الله، إلا الصيام فإن الله يثيب عليه بغير تقدير

    Artinya: “Al-Qurtubi berkata: maknanya ialah semua amal telah diberi tahu kadar balasannya bagi manusia, bahwa ia akan dilipat gandakan dari 10 hingga 700 kali hingga yang dikehendaki oleh Allah, kecuali puasa karena Allah yang akan membalasnya tanpa ukuran”. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, juz VI, halaman 262).

     
  3. Puasa merupakan ibadah yang paling dicintai oleh Allah. Namun pendapat ini tidak kuat sebab amal ibadah yang paling dicintai oleh Allah sebagaimana dijelaskan hadits shahih riwayat Ahmad:

     واعلموا أن خير أعمالكم الصلاة

    Artinya: “Ketahuilah, amal yang paling baik ialah shalat”. (HR Ahmad).

     
  4. Penisbatan puasa kepada Allah merupakan penisbatan dengan tujuan memuliakan dan mengagungkan. Sebagaimana penisbatan baitullah (rumah Allah) meski seluruh tanah yang ada di muka bumi ini adalah milik Allah.

     
  5. Puasa berarti menjauhi makan, minum dan lainnya dalam artian menjauhkan diri dari syahwat ialah termasuk dari sifat Allah Swt. Hal ini menjadi penyebab puasa istimewa sehingga ia disandarkan pada Allah.

     
  6. Puasa juga berarti menyejajarkan diri dengan sifat malaikat, karena malaikat tidak bersyahwat. 

     
  7. Puasa merupakan ibadah yang dilakukan murni karena Allah dan tidak ada bagian sedikitpun dalam puasa yang diperuntukkan untuk manusia. Dalam artian hanya Allah yang dapat mengetahui hakikat ibadah puasa hamba-Nya.

     
  8. Penyebab dinisbatkannya puasa kepada Allah ialah ibadah puasa hanya diperuntukkan kepada Allah. Berbeda dengan ibadah lain seperti sedekah, shalat yang digunakan oleh umat lain untuk beribadah. Namun, pendapat ini ditentang sebab banyak juga dari umat lain seperti para penyembah bintang yang beribadah dengan berpuasa.

     
  9. Seluruh ibadah akan dialokasikan untuk menambal kezaliman yang dilakukan pada hari kiamat nanti kecuali pahala puasa. Sehingga seseorang yang melakukan puasa akan dari perhitungan amalnya dengan sebab puasa.

     
  10. Puasa tidak tampak pada diri yang melakukannya sehingga tidak ditulis oleh malaikat pencatat sama seperti amal hati lainnya. Karenanya, puasa dan balasannya dinisbatkan kepada Allah. (Al-Asqalani, VI/266).



Dari 10 makna pahala puasa hanya milik Allah atas dapat disimpulkan, pada intinya puasa memiliki banyak keistimewaan di dalamnya, sehingga dengannya puasa dinisbatkan kepada Allah swt. Wallahu a’lam.

 


Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.