Kultum Ramadhan: Jangan Lewatkan Keberkahan Sahur dan Buka Puasa
NU Online · Sabtu, 1 Maret 2025 | 15:00 WIB
Ajie Najmuddin
Kolomnis
Selain kewajiban menjalankan ibadah puasa, banyak amalan yang dapat kita lakukan untuk mendulang berkah dan pahala di bulan Ramadhan. Yang paling masyhur adalah amalan menyegerakan dalam berbuka dan mengakhirkan makan sahur.
Dalam kitab Fathul Qarib, di samping menjaga lisan, kedua amalan tersebut termasuk dalam kesunnahan puasa. Dalam konteks berpuasa, dua amalan ini tidak hanya sekadar menjadi penguat bagi tubuh kita. Tetapi, juga terdapat banyak keutamaan dan keberkahan di dalamnya.
Keutamaan untuk menyegerakan dalam berbuka puasa diterangkan dalam sebuah hadits:
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوااْلفِطْرَ
Artinya, "Manusia selamanya dalam kebaikan, selama ia menyegerakan berbuka puasa” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Maka, bila sudah datang waktu Maghrib segeralah untuk berbuka puasa. Dengan melaksanakan berbuka puasa sebagai penanda berakhirnya ibadah puasa di hari tersebut, kita akan mendapatkan kenikmatan atau kebahagiaan yang hakiki.
Bukan hanya kenikmatan, dengan hilang rasa lapar dan dahaga setelah seharian berpuasa, melainkan juga kenikmatan atau kebahagiaan ketika kita bertemu dengan Allah swt kelak. Sabda Rasulullah SAW:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ
Artinya, “Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya.” (HR Muttafaq ‘Alaihi)
Sudah menjadi respons yang alami, bila kita merasa lapar dan haus saat berpuasa. Maka, sungguh nikmat rasanya ketika kita kemudian diperbolehkan untuk berbuka puasa. Ibarat kata, dengan lauk seadanya pun, makan akan terasa nikmat.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad saw telah memberikan teladan, bagaimana ketika ia berbuka puasa, yakni dengan kurma biasa, dan kalau tidak ditemukannya, Beliau berbuka dengan beberapa teguk dari air putih. Sebagaimana yang telah diriwayatkan Sahabat Anas RA:
يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ اَنْ يُصَلِّيَ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمْرَاتٍ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Artinya, “Nabi SAW berbuka puasa dengan beberapa buah kurma sebelum shalat. Jika tidak ada kurma, maka dengan beberapa butir kurma kering. Jika tidak ada, maka dengan seteguk air.” ( HR Abu Daud dan al-Tirmidzi)
Laku berbuka puasa dengan cara sederhana ini, dapat menjadikan kita ikut merasakan bagaimana orang yang hidup menderita karena kelaparan. Betapa banyak di antara saudara-saudara kita, yang setiap harinya telah banyak menahan lapar, bukan karena perintah untuk berpuasa, namun memang sekadar untuk makan saja mereka sulit, karena masalah ekonomi, kemiskinan, dan sebagainya.
Kemudian, selain berbuka puasa, kesunnahan puasa yang telah disebutkan yakni mengakhirkan makan sahur. Makan sahur ini, selain sebagai persiapan menjalankan puasa, juga agar mendapatkan keberkahan. Sebagaimana diterangkan dalam sabda Nabi saw:
تَسَحَّرُوا فَاِنَّ فِى السُّحُوْرِ بَرَكَةٌ
Artinya, “Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terkandung berkah.”. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Menurut Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Itḥāfu Ahlil Islām bi Khushūshiyyatiṣ Shiyām, keberkahan yang dimaksud pada hadits ini, selain keberkahan berupa kekuatan badan dan semangat dalam menjalankan puasa setelah makan sahur, juga keberkahan, dengan kita meneladani laku hidup Rasulullah SAW.
Disebutkan dalam Al-Qur'an, keberuntungan atau kemenangan akan diberikan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasulullah SAW.
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Artinya, “Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 71)
Selain makan dan minum, dalam waktu menjelang fajar tersebut terdapat banyak keberkahan yang diberikan Allah. Maka, jangan lupakan pula untuk kita mengingat Allah, memohon ampun, serta memanjatkan doa.
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
Artinya, “Allah turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Maka, jangan sia-siakan kedua waktu ini, yakni waktu ketika awal berbuka dan saat sahur. Berbukalah di awal waktu dan bersahurlah di akhir meski hanya dengan seteguk air. Kita raih keutamaan dan keberkahan di dalam kedua waktu tersebut, agar puasa kita menjadi sempurna serta kita mendapatkan banyak pahala dan keberkahan dari Allah. Amin Ya Rabbal Alamin.
Ustadz Ajie Najmuddin, Pengurus MWCNU Banyudono Boyolali
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua