Ramadhan

Kultum Ramadhan: Jangan Remehkan Contoh Sepele sebagai Perumpamaan Al-Quran

Ahad, 2 April 2023 | 11:00 WIB

Kultum Ramadhan: Jangan Remehkan Contoh Sepele sebagai Perumpamaan Al-Quran

Al-Qur'an. (Ilustrasi: NU Online/freepik)

Ramadhan menjadi bulan yang sangat istimewa karena dapat menjadi momentum terbaik manusia untuk melakukan perbaikan diri. Termasuk pula tidak meremehkan hal-hal yang sekilas terlihat kecil dan remeh, tapi sebenarnya justru bisa jadi batu sandungan dalam hidup. 


Hal ini berlaku dalam seluruh aspek kehidupan, baik dari sisi ekonomi, keluarga, karir, bisnis maupun sisi lainnya. Hal-hal kecil atau detail kecil yang tidak diperhatikan dalam ekonomi bisa membawa pada kebangkrutan. Urusan remeh terkait relasi suami istri bisa jadi membawa retaknya kemesraan dan keintiman dalam keluarga. Demikian pula dalam sisi kehidupan lainnya.


Semakin kita perhatikan detail kecil suatu urusan, semakin hati-hati, di situ pula titik kesuksesan mulai berawal. 


Kita ingat nasib Yahudi Madinah yang bernasib tragis, semakin jauh dari ajaran Tuhan gegara menganggap firman-Nya yang sekilas terlihat sepele, yaitu ketika Allah merespons kaum musyrikin Makkah yang menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan.


Dulu, ketika Rasulullah saw masih tinggal di kota Makkah dan masih banyak masyarakat yang bertahan pada paganisme, menyembah berhala-berhala sebagai Tuhan, Allah memberi peringatan kepada mereka agar mengakhiri kekonyolan menyembah berhala, yaitu mengibaratkannya seperti laba-laba. 


Allah berfirman:


مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ العنكبوت: ٤١


Artinya, "Sifat orang-orang musyrik yang menjadikan berhala sebagai sesembahan selain Allah, seperti sifatnya laba-laba yang membuat sarangnya. Sungguh sarang paling rapuh adalah sarang laba-laba, Andaikan mereka mengetahui." (QS Al-'Ankabut: 41). 


Mengetahui Allah mengibaratkan musyrikin penyembah berhala seperti laba-laba yang membuat sarangnya-sarang laba-laba sangat rapuh, demikian pula berhala-berhala yang disembah juga sangat lemah karena sana sekali tidak mampu melindungi para penyembahnya sama sekali—, Yahudi Madinah meremehkan Allah.


Buat apa sih Allah membuat perumpamaan yang seperti itu? Sangat remeh dan tidak pantes dengan keagungan-nya.


Maa araadallahu bidzikri hadzihil asy-yaa-il khasyiisyah?"


Artinya, "Apa sih maunya Allah kok menyebutkan hal remeh seperti ini?"


Tanpa disadari, justru hal itu menjadi batu sandungan yang sangat besar bagi Yahudi Madinah, mendatangkan kegagalan dan kesengsaraan yang sangat besar bagi mereka. Yaitu membuat mereka semakin sesat dan jauh dari ajaran Tuhan.


Tak tahunya, Allah membantah pandangan miring Yahudi Madinah itu secara telak. Allh berfirman:


إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ (البقرة: ٢٦)


Artinya, "Sungguh Allah tidak 'malu' (maksudnya tetap memberi penjelasan) untuk membuat perumpamaan dengan nyamuk atau sesuatu yang lebih besar darinya. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka maka mereka mengetahui bahwa perumpamaan yang Allah buat itu sungguh merupakan kebenaran dari Tuhan mereka. Sementara orang-orang yang kufur, maka mereka berkata: "Apa yang Allah kehendaki dengan perumpamaan ini?" Dengan perumpamaan itu Allah menyesatkan banyak orang dan memberi petunjuk kepada banyak orang, dan dengan perumpamaan itu tidaklah Allah menyesatkan kecuali kepada orang-orang yang fasik yang keluar dari ketaatan kepada-Nya." (QS Al-Baqarah: 26).


Dalam ayat ini Allah menegaskan, Ia tidak akan berhenti membuat perumpamaan dengan hal-hal remeh semisal dengan nyamuk, umpamanya, gegara dianggap remeh oleh Yahudi Madinah. Sebab perumpamaan yang dibuat oleh Allah itu mengandung banyak hikmah, bahkan secara telak membantah asumsi miring Yahudi Madinah. 


Dengan perumpamaan yang sekilas terkesan remeh, seperti mengumpamakan penyembah berhala seperti laba-laba yang membuat sarang yang sangat lemah dan tidak mampu memberikan perlindungan padanya, atau dengan membuat perumpamaan dengan nyamuk seperti dalam ayat ini, justru akan menjadi ujian bagi manusia.


Orang yang beriman akan semakin iman dan meyakini perumpamaan yang Allah buat itu adalah kebenaran; sementara orang yang kufur akan meremehkannya dan hal itu justru membuat mereka semakin tersesat jauh dari ajaran Tuhan yang disembahnya. Juga sekaligus menjadi bukti kuat bahwa mereka sebenarnya adalah orang-orang yang keluar dari ketaatan terhadap Allah subhanahu wa ta'ala. 


Dari perilaku Yahudi Madinah tempo dulu semasa hidup Nabi Muhammad saw ini kita dapat mengambil pelajaran, bahwa sudah semestinya kita tidak meremehkan hal-hal yang sekilas terlihat sepele. Bisa jadi sesuatu yang kita sepelekan dan kita remehkan itu justru menjadi batu sandungan dalam kehidupan kita. Baik dalam bidang ekonomi, relasi suami istri, perkembangan karir, bisnis, lebih-lebih dalam urusan agama. Wallahu a'lam.


Ustadz Ahmad Muntaha AM, Redaktur Keislaman NU Online dan Founder Aswaja Muda