Ramadhan

Kultum Ramadhan: Menumbuhkan Sifat Dermawan di Bulan Suci

Jum, 22 Maret 2024 | 03:00 WIB

Kultum Ramadhan: Menumbuhkan Sifat Dermawan di Bulan Suci

Ilustrasi sifat dermawan. (Foto: NU Online)

Bulan Ramadan adalah momentum yang tepat untuk berbenah diri dari segala aspek kehidupan, di antaranya kesenjangan ekonomi. Adanya kesenjangan ekonomi di tengah umat disebabkan ada hak yang belum maksimal ditunaikan kepada fakir miskin. Rasulullah telah mengajarkan kita untuk memperhatikan keberlangsungan hidup sesama kaum muslimin. 

 

Di Madinah, Rasulullah telah memperkuat hubungan persaudaraan Muhajirin dan Anshar. Sahabat yang tinggal di pelataran Masjid Nabawi atau ahlus suffah diperhatikan dengan baik, dengan memberikan makanan.

 

Rasulullah telah mencontohkan sifat kedermawanan yang luar biasa, apalagi di bulan Ramadan. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

 

كان النبي صلى الله عليه وسلم أجود الناس بالخير وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل فيدارسه القرآن وكان جبريل عليه السلام يلقاه كل ليلة في رمضان حتى ينسلخ يعرض عليه النبي ﷺ القرآن فإذا لقيه جبريل عليه السلام كان أجود بالخير من الريح المرسلة

Artinya: “Nabi Muhammad Saw adalah orang yang paling dermawan dalam kebaikan. Sifat dermawannya semakin bertambah pada bulan Ramadhan tatkala malaikat Jibril menemui Beliau untuk mengajarkan Al-Qur'an. Jibril 'alaihissalam biasa mendatangi beliau setiap malam bulan Ramadhan hingga berakhirnya bulan tersebut. Pada setiap malam itu Nabi senantiasa mendengarkan bacaan Al-Qur'annya kepada Jibril. Apabila Jibril ‘alaihissalam menjumpai beliau maka beliau sangat dermawan pada kebaikan melebihi angin yang berembus.” (HR. Al-Bukhari 1769 dan Muslim 4268). 

 

Imam An-Nawawi menjelaskan beberapa pelajaran penting dari kandungan hadits ini, di antaranya adalah tentang besarnya sifat dermawan Rasulullah, terlebih jika di bulan Ramadhan. (Imam Nawawi, Syarah An-Nawawi ala Muslim, [Beirut, Darul Khair:1996] Juz XV, halaman 465). 

 

Selanjutnya, umat Islam juga dianjurkannya untuk meningkatkan sifat dermawan di bulan Ramadhan, ketika bertemu dengan orang saleh, dan beberapa saat setelah berpisah dengan mereka. Hal itu karena pengaruh kebaikan dalam berjumpa dengan orang salih.

 

Kedermawanan ini sudah semestinya dipraktikkan di bulan Ramadan dengan memperbanyak sedekah dan memperhatikan orang orang lemah. Dari sini akan lahir persaudaraan yang kuat sesama umat Islam. Dalam kitab Tabaqat Kubra, Ibn Saad menjelaskan bahwa Abdullah Ibnu Umar memiliki kebiasaan berbuka puasa bersama anak yatim dan orang miskin.

 

Ibrah dari kisah Ibnu Umar ini adalah terciptanya hubungan yang kuat dengan kaum dhuafa. Keteladanan ini menginspirasi Umar bin Abdul Aziz. Begitu dilantik sebagai khalifah, Umar bin Abdul Aziz memberlakukan kebijakan pemberian zakat kepada gharim, yaitu orang yang terbebani hutang. Sehingga persoalan ekonomi umat dapat terselesaikan dengan baik. (Ibn Jauzi, Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz [Beirut, Dar al-Kutub Ilmiyyah: 1984] halaman 191).

 

Selain itu, Ramadan mengajarkan kita untuk peduli dan berbagi termasuk di dalam Masjid. Ruang masjid tidak hanya milik orang kaya, tetapi masjid ramah terhadap kaum dhuafa dengan misalnya pembagian takjil, buka dan sahur bersama. Semangat berbagi dan perhatian kepada kaum fakir miskin ini mesti terus dirawat, baik di bulan Ramadan maupun bulan lainnya.

 

Semangat berbagi ini termasuk dalam hal pemberdayaan ekonomi, misalnya dengan memberikan modal usaha maupun pelatihan keterampilan untuk kalangan dhuafa, ikhtiar ini tentu mempunyai potensi dalam membangun kesejahteraan umat di masa yang akan datang. 

 

Sifat kedermawanan adalah warisan mulia dari Rasulullah Saw, mengantarkan kaum muslimin untuk saling menebarkan kasih sayang. Sifat ini mesti diawali di bulan Ramadan sebagai bulan yang memiliki keberkahan.

 

Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki memiliki buku khusus yang digunakan menulis nama-nama orang yang akan diberikan sedekah, selain itu ada juga catatan sedekah untuk pesantren-pesantren di negara Islam beserta nominalnya. 

 

Para tamu yang berdatangan diberikan jamuan, kitab dan juga sedekah. Apalagi menjelang Ramadan, semangat berbagi terus meningkat, terutama para fakir miskin. Alhasil, harta yang dibagikan Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki tersebut terus bertambah keberkahannya. 
Sedekah yang kita berikan akan menjadi bukti keimanan seseorang. Rasulullah bersabda:  

 

والصدقة برهان 

Artinya: "Sedekah adalah bukti." (HR. Muslim no. 223). 

 

Imam  Nawawi menjelaskan terkait hadis ini, yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu sedekah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari shidqu imanihi (kebenaran imannya). (Imam Nawawi, Syarah An-Nawawi ala Muslim, .... Juz III, halaman 455).

 

Semoga kita mampu memanfaatkan momentum Ramadan ini dengan membangun sifat kedermawanan secara kolektif sebagai bukti iman kita kepada Allah dan bentuk kasih sayang terhadap saudara seiman. Semoga Allah menempatkan kita menjadi bagian daripada golongan yang muttaqin, Amin.

 

Azmi Abubakar, Penyuluh Agama Islam Asal Aceh