Ramadhan

Kultum Ramadhan: Puasa, Menahan Diri dari Berkomentar Negatif di Media Sosial

Ahad, 31 Maret 2024 | 03:00 WIB

Kultum Ramadhan: Puasa, Menahan Diri dari Berkomentar Negatif di Media Sosial

Ilustrasi berkomentar negatif di media sosial. (Foto: NU Online)

Puasa menuntut kita untuk menghindari tindak serta tutur kata yang buruk. Perkataan buruk yang dilontarkan kepada orang lain saat berpuasa akan membuat puasa kita berkurang kesempurnaannya. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:

 

 عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ الله ِصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :(قَالَ الله ُعَزَّ وَجَلَّ : وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ.

 

Artinya, “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, Allah berfirman, ‘Apabila seseorang di antara kamu berpuasa, janganlah berkata kotor dan menghina. Apabila ada orang yang mencaci makinya atau mengajak bertengkar, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” (HR Muslim).

 

Hadits di atas secara umum menjelaskan larangan berkata-kata yang tidak baik dan merendahkan seseorang saat berpuasa, meskipun dirinya merupakan korban dari perilaku negatif tersebut (Al-Munawi, Faydhul Qadir, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994], jilid IV, hal. 618). 

 

Di zaman yang serba digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, seringkali kita melihat bahwa media sosial juga menjadi tempat yang penuh dengan komentar negatif dan adu argumen diiringi kata-kata merendahkan. 

 

Dalam kultum ini, kita akan membahas tentang pentingnya menahan diri dari berkomentar negatif di media sosial selama bulan suci Ramadan.

 

Islam mengajarkan kita untuk memperhatikan setiap perkataan dan tindakan yang kita lakukan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menegaskan tanda keimanan seseorang terhadap hari akhir adalah perkataannya yang baik. Andai ia tidak dapat mengucap kata-kata baik, maka sebaiknya diam.

 

Rasulullah saw bersabda:

 

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

 

Artinya, “Siapapun yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam." (HR Al-Bukhari).

 

Puasa Ramadhan memberikan kesempatan bagi kita untuk merenungkan kembali perilaku kita di dunia maya, khususnya dalam hal berkomentar di media sosial. Apakah kata-kata yang kita tulis di sana membawa manfaat atau justru menyebabkan fitnah dan kebencian?

 

Komentar negatif di media sosial tidak hanya merugikan bagi orang yang menjadi sasaran, tetapi juga bagi diri kita sendiri. Makian dan celaan yang kita sebarkan dapat menciptakan ketidakharmonisan di antara sesama. Selain itu, komentar negatif juga dapat merusak reputasi seseorang, bahkan mengganggu stabilitas emosionalnya.

 

Sebagai pengguna media sosial, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga perkataan yang kita tuturkan melalui ketikan-ketikan dalam kolom komentar. Mari gunakan media sosial ini dengan bijak, untuk hal-hal yang bermanfaat dan berbagi pesan-pesan positif.

 

Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan petunjuk kepada kita semua dalam menjalankan puasa dan mengendalikan diri, termasuk dalam beraktivitas di media sosial. Aamiin.

 

Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Darussunnah Jakarta.