Kultum Ramadhan: Ramadhan Sebagai Ajang Muhasabah Diri
NU Online · Ahad, 23 Maret 2025 | 15:00 WIB
Abdul Karim Malik
Kolomnis
Meningkatkan kualitas ketakwaan adalah sebuah keharusan bagi setiap umat Muslim, khususnya di bulan Ramadhan, bulan yang agung derajatnya, di mana pintu kebaikan dan pengampunan dibuka seluas-luasnya. Namun, sebagai manusia, kita harus sadar bahwa kita adalah makhluk yang tidak luput dari lupa dan alpa.
Intropeksi diri merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas ketakwaan dan memantaskan diri untuk mendapat pengampunan Allah Ta'ala. Jangan sampai di bulan yang luar biasa istimewa ini, seseorang tidak mendapat pengampunan dari Allah Ta'ala. Sebagaimana perkataan malaikat Jibril kepada Baginda nabi:
وَمَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ; فَأَبْعَدَهُ اللّٰهُ، قُلْ: آمِينَ، فَقُلْتُ: آمِينَ. رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ
Artinya: "Siapa pun yang bertemu dengan bulan Ramadhan, lalu ia tidak mendapat pengampunan, semoga Allah menjauhkannya dari Rahmat-Nya. Katakanlah wahai nabi: "Aamiin" lalu nabi mengucap: "Aamiin". (HR Thabrani)
Makna yang terkandung dalam hadits ini merupakan sebuah kabar gembira bahwa di bulan Ramadhan, pintu pengampunan Allah sangatlah terbuka luas, dan di dalamnya terdapat peringatan keras betapa merugi seseorang yang tidak memanfaatkan bulan yang penuh akan pengampunan ini.
Introspeksi di beberapa hari yang tersisa hari bulan Ramadhan ini penting, karena ini merupakan proses refleksi atau analisis diri untuk mengukur seberapa maksimal kita menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.
Seyogyanya bagi umat Muslim, muhasabah nafs (introspeksi diri) dilakukan dengan serius dan istiqamah. Pasalnya, muhasabah merupakan amalan yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۚ إِنَّ اللّٰهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan," (QS Al-Hasyr 18).
Jika kita membaca ayat tersebut, kita seolah-olah sedang ditanya, "Apa yang telah engkau capai hari ini dibandingkan dengan hari sebelumnya? Dan apa yang akan engkau lakukan saat ini untuk kebaikan di masa yang akan datang? Terlebih lagi, bekal apa yang telah dipersiapkan untuk kehidupan kelak di akhirat?"
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang seharusnya senantiasa menghantui hati setiap orang beriman. Dengan merenungkannya, kita akan menyadari di mana posisi kita saat ini, untuk apa kehidupan ini diberikan, dan ke mana arah perjalanan kita setelahnya.
Orang yang cerdas adalah mereka yang selalu memperhatikan bekal kehidupannya. Sedangkan orang yang bijak adalah mereka yang dengan serius mempersiapkan bekal yang akan dibawa setelah kehidupan ini berakhir.
Sayyidina Umar bin Khattab ra pernah berwasiat agar senantiasa melakukan introspeksi diri:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا
Artinya, "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia."
Hisab adalah rangkaian peristiwa yang akan dialami oleh setiap makhluk kelak di hari kiamat. Pada hari itu, semua amal perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meringankan hisab adalah keharusan bagi orang-orang mukmin. Sebab, dalam perhitungan amal nanti, setiap orang akan menghadapi hisabnya sendiri tanpa bantuan siapa pun.
Bayangkan bagaimana takutnya kita ketika diinterogasi oleh seseorang yang kita segani di dunia. Hisab di hari kiamat jauh lebih dahsyat dari itu, Allah SWT sendiri yang akan mengadili, meminta pertanggungjawaban atas setiap amal perbuatan kita, serta menanyakan bagaimana nikmat-nikmat yang telah diberikan digunakan: apakah dalam ketaatan atau malah kemaksiatan? Perlu diketahui, pada hari kiamat nanti, Allah SWT akan menampakkan salah satu Asma-Nya, Al-Muntaqim, Dzat Yang Maha Membalas.
Salah satu cara terbaik untuk melakukan muhasabah adalah dengan shalat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Abul Hasan As-Syadzili, yang dinukil oleh Imam Ibnu Atha'illah As-Sakandari dalam kitab Tajul ‘Arus, halaman 13:
كِلْ نَفْسَكَ وَزِنْهَا بِالصَّلَاةِ
Artinya, "Ukurlah dirimu dan timbanglah dengan shalat."
Yakni, apabila nafsumu terkendali dan berhenti dari sifat liarnya karena shalat, maka engkau termasuk orang yang beruntung. Namun, jika sebaliknya (nafsumu tetap liar), maka menangislah atas dirimu, terutama ketika kakimu terasa berat untuk melangkah menuju shalat. Sebab, pernahkah engkau melihat seorang kekasih yang enggan bertemu dengan yang dirindukannya?
Maka, siapa pun yang ingin mengetahui derajat dan keadaannya di sisi Allah, hendaklah ia melihat bagaimana kualitas shalatnya.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang mukmin memperhatikan shalatnya, bukan hanya sebagai kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, tetapi juga sebagai sarana untuk bermuhasabah. Terlebih di bulan Ramadhan, sebagaimana yang dikatakan oleh Sayyid Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab An-Nasha'ih Ad-Diniyyah halaman 83:
"Bahwa ibadah-ibadah sunnah di bulan Ramadhan pahalanya sebanding dengan ibadah wajib di bulan lain, dan ibadah wajib di bulan Ramadhan pahalanya sebanding dengan tujuh puluh ibadah wajib di bulan lain." Wallahu a’lam.
Ustadz Abdul Karim Malik, Alumni Al Falah Ploso kediri, Pengurus LBM PCNU Kabupaten Bekasi, dan Tenaga Pengajar Pondok Pesantren YAPINK Tambun-Bekasi.
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
6
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua