Sirah Nabawiyah

Bulan Rajab dan Umat Islam Spanyol

Sen, 30 Januari 2023 | 19:00 WIB

Bulan Rajab dan Umat Islam Spanyol

Bulan Rajab di Spanyol. (Ilustrasi: via spcweb.org)

Spanyol adalah sebuah negara yang sangat bersejarah. Ada banyak ulama juga ilmuwan Islam yang lahir di sana. Sebut saja Syekh Ibrahim Asy-Syathibi, Syekh Ibnu Rusydi, juga Ibnu Hazm, mereka adalah segelintir dari sekian banyak tokoh inspiratif dari negara Spanyol.


Kisah ini dimulai dari jatuhnya Kota Toledo, salah satu Kota terbesar di Spanyol ke tangan Raja Alfonso VI pada bulan Syawal tahun 478 H. Pada awalnya, pangeran al-Qadir Billah Yahya meminta bantuan Raja Alfanso VI dari Kastilia untuk merebut kembali tahtanya di Kota Toledo yang telah dikuasai oleh Ibnu Hudaidi. Akan tetapi, justru yang terjadi adalah Raja Alfonso VI berhasil menjarah Kota Toledo hingga menjadikannya sebagai pusat kerajaannya. Sedangkan, pangeran al-Qadir Billah Yahya melarikan diri ke Kota Valencia.


Penjarahan Kota Toledo ini juga berkat restu dan dukungan dari Ibnu ‘Ibad, raja Sevilla serta beberapa kerajaan Islam lainnya yang bermusuhan dengan Kerajaan Toledo. Tercatat, hanya Umar al-Mutawakkil ‘Alallah, raja Badajos yang mengirimkan bantuan ke Kota Toledo untuk melawan pasukan Raja Alfonso VI yang berasal dari daerah Leon, Kastilia, Aragon, dan Gasilia.


Perubahan terjadi sangat signifikan, masjid-masjid diubah menjadi gereja serta salib bertebaran di mana-mana, umat Islam di Kota Toledo dibunuh. Melihat hal ini, ulama Spanyol tidak tinggal diam. Sejak terjadinya tragedi Barbastro tahun 456 H, Syekh Ibnu Abdil Bar (W.463 H) dan Abu Walid al-Baji (W.474) selalu menyerukan persatuan umat Islam yang tengah tercerai-berai. Namun, berjalannya waktu justru Kota Cordoba dan Kota-Kota di sekitarnya jatuh ke tangan raja Alfonso VI. Selain itu, kerajaan-kerajaan Islam yang tersisa dipaksa membayar pajak kepada raja Alfonso VI.


Keadaan ini memaksa para raja muslim di Spanyol untuk menggelar musyawarah besar menyatukan mereka  yang selama ini saling bermusuhan. Al-Mu’tamad Ibnu Ibad, raja Sevilla mencetuskan ide untuk meminta bantuan kepada kerajaan al-Murabbithin di Maroko sebagai kerajaan terdekat yang mampu menolong mereka.


Perjalan Yusuf Bin Tasyfin Menyelamatkan Muslim Spanyol

Di seberang selat Gibraltar, Yusuf bin Tasyfin sedang membangun Kota Marakesh sebagai ibu Kota kerajaan al-Murabbithin. Ia adalah raja yang sukses mempersatukan Maroko pada tahun 474 H. Para raja di Spanyol mengirimkan tokoh-tokoh ulama seperti Ubaidillah bin Adham (mufti Cordoba) dan Abdullah bin Habus (mufti Granada) untuk meyakinkan Yusuf bin Tasyfin di Kota Ceuta agar mau membebaskan umat Islam dari penindasan raja Alfonso IV.


Yusuf bin Tasyfin pun mengumpulkan 7000 ahli berkuda dan ribuan pasukan dari berbagai Kota di Maroko serta menyiapkan 100 kapal untuk menyeberangi selat Gibraltar. Perjalanan penuh rintangan ini terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 479 H. 


Setibanya di Spanyol, pasukan Yusuf bin Tasyfin bergabung dengan pasukan gabungan muslim Spanyol di Sevilla untuk menyusun strategi perang. Kemudian, mereka berangkat menuju Tortosa untuk bergabung dengan pasukan Umar al-Mutawakkil ‘Alallah, raja Badajos. Setelah terjadi perundingan yang cukup sulit, diputuskanlah daerah Sagrajas yang dekat dengan sungai Tajo sebagai kawah pertempuran. 


Strategi umat Islam dalam peperangan ini cukup unik yaitu mereka membagi beberapa kloter pasukan perang agar musuh mengira bala bantuan umat Islam datang tanpa henti. Selain itu, Yusuf bin Tasyfin menunjuk pasukan al-Mu’tamad bin ‘Ibad di garis depan, pasukan al-Mutawakkil bin al-Afthusy di sayap kanan, pasukan Spanyol lainnya di sayap kiri dan garis belakang. 


Sedangkan disisi lain, raja Alfonso VI menyiapkan pasukannya dalam keadaan kelelahan setelah menaklukkan perlawanan Ibnu Hud, Raja Zaragoza. Raja Alfonso pun mengumpulkan pasukannya dari daerah Gasilia, Leon, Basque, Astoria, Aragon dan Castilia. Selain itu, ia juga meminta tambahan pasukan dari Perancis, Jerman, Inggris, dan Italia untuk ikut bergabung dengannya. Para pendeta serta kardinal dari berbagai daerah pun datang untuk memberkati pasukan Alfonso VI. 


Mimpi Rasulullah Sebagai Pertanda Kemenangan

Suatu malam sebelum terjadinya peperangan, Syekh Ahmad bin Rumailah dari Kota Cordoba bermimpi bertemu Rasulullah. Dalam mimpinya, Rasulullah memberikan kabar gembira atas kemenangan umat Islam esok hari. Mimpi ini pun diceritakan kepada Yusuf bin Tasyfin dan menambah semangatnya dalam menyiapkan pasukan perang.


Peperangan Sagrajas dan Kemenangan Umat Islam

Awalnya, Raja Alfonso meminta peperangan diadakan pada Hari Senin tanggal 15 Rajab. Akan tetapi, ini hanyalah tipu muslihat. Ia justru menyerang pasukan umat Islam pada pagi hari Jumat tanggal 12 Rajab di Sagrajas. Beruntungnya, Dawud Ibnu ‘Aisyah sebagai panglima perang umat Islam cukup tangguh menahan gempuran musuh yang datang dari berbagai arah.


“Wahai umat Islam, bersabarlah dalam melawan musuh-musuh Allah, sesiapa yang mati syahid maka ia mendapatkan surga, dan sesiapa yang masih hidup maka ia mendapatkan harta jarahan,” ucap Yusuf bin Tasyfin di medan perang.


Peperangan ini dapat diselesaikan hanya dalam tempo satu hari. Kemenangan pun diraih oleh umat Islam. Padahal jumlah pasukan umat Islam sangat sedikit melawan pasukan Raja Alfonso VI yang sangat banyak. Pada akhirnya, Yusuf bin Tasyfin pun kembali ke Maroko setelah mendengar kematian salah satu putranya. Sedangkan, Raja Alfonso VI dapat dipukul mundur kembali ke Kota Toledo. Umat Islam pada perang Sagrajas berjumlah tiga puluh ribu prajurit, sedangkan pasukan Alfonso VI berjumlah seratus ribu prajurit.


Sayangnya, para pemimpin umat Islam di Spanyol terpecah-pecah lagi setelah kemenangan di perang Sagrajas. Hal ini memaksa Yusuf bin Tasyfin untuk menaklukkan para raja muslim di Spanyol pada tahun 483 H agar tidak terjadi lagi peperangan di antara mereka. (Dr. Jamil Abdullah al-Mishri, az-Zalaqah Ma’rakah al-Hasimah fil Andalus [KSA: Maktabah al-Islamiyah, 2003] hal.196)


Pelajaran Penting:

1. Terpecah-pecahnya umat Islam dalam berbagai kubu adalah sebab kemunduran umat Islam. Umat Islam akan mudah dihancurkan ketika mereka tercerai-berai.  


2. Para ulama hadir untuk menumbuhkan cinta tanah air adalah fakta sejarah yang tidak bisa dinafikan. Sejak dahulu, ulama bersama para pemimpin bangsa saling bahu-membahu menjaga keutuhan tanah air di manapun mereka berada. 


Ustadz Muhammad Tholchah Al Fayyadl, Mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.