Sirah Nabawiyah

Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan Bansos untuk Bayi saat Pandemi

Sab, 12 Maret 2022 | 11:00 WIB

Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan Bansos untuk Bayi saat Pandemi

Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah contoh terbaik pemimpin yang menjamin kesehatan bayi pada masa pandemi.

Jumlah kasus Covid-19 akhir-akhir ini cenderung menurun. Namun, masih ada kekhawatiran masyarakat terhadap varian virus Omicron yang mengintai bayi, balita dan anak-anak. Masih ada bayi, balita, dan anak-anak yang meninggal dunia karena Covid-19, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain seperti Amerika Serikat. Oleh karena itu, orang tua yang masih memiliki anak kecil perlu waspada terhadap situasi saat ini.


Selain kewaspadaan masyarakat, kesadaran untuk mengantisipasi penyakit dengan menguatkan imunitas juga perlu dibangun. Apalagi, bagi kaum muslimin anak adalah investasi di dunia dan akhirat. Dengan adanya pandemi, keselamatan jiwa bayi, balita dan anak-anak juga dapat terpengaruh oleh paparan penyakit. Oleh karena itu, kesehatan generasi penerus ini menjadi penting untuk diperhatikan semua pihak.


Pemerintah perlu mendukung upaya kesehatan untuk menjamin keselamatan kelompok yang rentan. Salah satu kelompok rentan terdampak pandemi adalah bayi yang baru lahir hingga usia menyusui. Dalam sejarah Islam, ada khalifah dan amirul mukminin yang memberikan perhatian besar terhadap kesehatan bayi. Terlebih, pada era Beliau memimpin bersamaan dengan masa pandemi.


Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah contoh terbaik pemimpin yang menjamin kesehatan bayi pada masa pandemi. Beliau memimpin pada saat wabah thaun Adi bin Arthah merebak. Namun, berkat kepeduliannya terhadap kesehatan masyarakat, masa-masa pandemi dapat dilalui oleh rakyatnya tanpa berdampak serius pada bayi, balita, dan anak-anak.


Dalam kitab Ma Rawahu al-Waun fi Akhbar ath-Tha’un, Imam as-Suyuthi mencatat:


وقال الحا فظ ابن حجر: وقع با لشا م طا عو ن عديّ بن أرطا ة سنة ما ية،
قلتُ: وذلك في خلا فة عمر بن عبد العز يز


Artinya, “Al-Hafiz Imam Ibnu Hajar berkata, Thaun Adi bin Arthah melanda Syam pada tahun 100 Hijriah. Saya (as-Suyuthi katakan, tepatnya pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz.” (as-Suyuthi, Ma Rawahu al-Waun fi Akhbar ath-Tha’un, [Damaskus, Darul Qalam: tanpa tahun], halaman 188).


Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintah pada sekitar tahun 99-101 Hijriah. Sekitar tahun 100 Hijriah atau 718 Masehi itulah Thaun Adi bin Arthah melanda Syam. Uniknya, masyarakat muslim waktu itu dapat melalui masa-masa pandemi dengan kesejahteraan di bawah pimpinan Amirul Mukminin yang sangat adil. 


Salah satu bentuk kepedulian Umar bin Abdul Aziz untuk menjaga kesehatan masyarakat tampak pada perhatiannya yang besar terhadap bayi. Pada masa pemerintahannya, bayi yang baru lahir hingga menyusui diberi tunjangan dari baitul mal negara.


Sejarawan Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya, Khulafaur Rasul menyebutkan:


و كما فعل جدّ ه العظيم – عمر بن الخطا ب – من قبل، فعل هو أيضاً، فأ مر أن يُفر ض لكل مولو د را تبه و عطا ؤ ه بمجرد ولاد ته، وليس بعد فطا مه، حتى لا تتعجل ا لأ مها ت فطا م الر ضَعا ء فيتعثر نمو هم، وتضمحل قوا هم 


Artinya, “Sebagaimana dilakukan oleh kakeknya yang agung, Umar Ibnul Khattab, ia pun menetapkan tunjangan bagi setiap anak yang lahir dengan sekadar kelahirannya dan yang bukan sesudah penyapihannya, sehingga ibu tidak tergesa-gesa menghentikan penyusuan anak-anaknya yang bisa berakibat lambatnya pertumbuhan mereka dan melemahnya kekuatan mereka.” (Khalid Muhammad Khalid, Khulafaur Rasul, [Kairo, Darul Muqattam: 2003 M], halaman 393).


Pada masa sahabat Umar radiyallahu ‘anh, pemberian tunjangan sempat dialihkan kepada ibu menyusui setelah menyapih bayinya. Oleh karena itu, para ibu justru mempercepat masa penyapihan agar segera memperoleh tunjangan dari negara. Namun, ketika sahabat Umar mengetahui hal tersebut, maka peraturan pemberian tunjangan diubah menjadi semasa menyusui agar bayi tetap mendapatkan ASI secara optimal.


Sungguh tepat kebijakan yang diterapkan oleh Umar bin Abdul Aziz untuk menjaga kesehatan bayi dan ibunya yang menyusui. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh ibu yang sehat sangat penting untuk menunjang imunitas bayi. Alasan utama Beliau memberikan tunjangan bagi setiap anak yang lahir sampai dengan masa menyusui adalah agar generasi muslim tumbuh dengan sehat dan kuat. Oleh karena itu, meskipun menjumpai masa pandemi, kesehatan bayi akan tetap terjaga. 


Keistimewaan ASI yang banyak dibuktikan oleh ahli kesehatan ternyata juga telah dibahas oleh ahli hadits. Al Hafiz adz-Dzahabi menyebutkan keutamaan ASI dalam kitabnya, Thibbun Nabawi;


“Susu segar bersifat panas dan basah. Jenis susu segar yang paling baik adalah ASI” (Al-Hafidz Adz-Dzahabi, Thibbun-Nabawi, [Beirut, Dar Ihya’il Ulum: 1990 M], halaman 175).


Ketika pandemi belum berakhir seperti wabah Covid-19 saat ini, ASI juga semakin terbukti manfaatnya untuk bayi. Manfaat ASI untuk menjaga kesehatan bayi saat pandemi Covid-19 telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah yang dimuat di Jurnal Nutrients. 


Riset tersebut dilakukan oleh Thanh-Huyen T.Vu dan timnya dari Universitas Northwestern, Chicago, Amerika Serikat berjudul Dietary Behaviours and Incident Covid-19 in the UK Biobank. Hasilnya pemberian ASI oleh ibu menyusui merupakan salah satu pola hidup yang dapat meminimalkan resiko terpapar COVID-19 pada bayi karena dapat meningkatkan kekebalan/imunitas.


Berdasarkan sejarah dan hasil penelitian tentang ASI, baik yang dilakukan oleh para ulama maupun ilmuwan  lainnya, maka selayaknya para ibu yang menyusui bayinya mengoptimalkan pemberian ASI di masa pandemi. Pemerintah yang mampu memberikan tunjangan juga hendaknya memperhatikan masalah ini agar kesehatan generasi mendatang semakin baik.


Ustadz Yuhansyah Nurfauzi, apoteker dan peneliti di bidang farmasi.