Sirah Nabawiyah

Nasibah, Sahabat Perempuan yang Terlibat dalam Perang Uhud

Rab, 17 April 2019 | 01:00 WIB

Nasibah, Sahabat Perempuan yang Terlibat dalam Perang Uhud

Ilustrasi Nasibah binti Ka'ab.

Tidak sedikit sahabat perempuan Nabi Muhammad saw. yang ikut terlibat langsung dalam perang Uhud. Tugas mereka tidak hanya melulu menyediakan suplai air dan mengobati tentara umat Islam yang terluka, tetapi ada dari mereka yang juga ikut memanggul senjata melawan tentara musyrik Makkah. Salah satu sahabat perempuan Nabi Muhammad saw. yang terlibat langsung dalam perang Uhud adalah Nasibah binti Ka’ab. Ada juga yang menyebutnya Nusaibah.

Nasibah merupakan sahabat Nabi Muhammad saw. dari kalangan Anshar. Dia dari Bani Mazim an-Najar. Wanita bergelar Ummu Imarah ini menyatakan diri masuk Islam sebelum Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah. Pada saat Baiat Aqabah kedua, Nasibah termasuk satu dari dua perempuan dan 70 laki-laki dari Yatsrib yang berbaiat kepada Nabi Muhammad saw. ketika itu, dia berbaiat bersama dengan suaminya, Zaid bin Ashim, dan dua orang putranya, Habib dan Abdullah.

Nasibah dikenal sebagai sahabat perempuan yang pemberani. Tercatat, dia beberapa kali ikut dalam peperangan bersama dengan pasukan umat Islam lainnya. Diantara kiprahnya yang heroik adalah ketika terjadi perang Uhud. Sama seperti sahabat perempuan lainnya, semula Nasibah bertugas untuk menyuplai logistik dan merawat pasukan Muslim yang terluka. Namun ketika melihat Nabi Muhammad saw. dan pasukan umat Islam mulai terpojok, Nasibah ikut angkat senjata.

Dikutip dari buku  Membaca Sirah Nabi Muhammad saw. dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hdis-hadis Shahih (M. Quraish Shihab, 2018), Nasibah berhasil melukai 12 orang musuh dengan pedang dan tombaknya. Pada saat yang sama, dia melindungi Nabi Muhammad saw. dari serangan musuh hingga dirinya terluka. Akibat dari aksinya itu, Nasibah menderita luka-luka di sekujur tubuhnya.

"Wahai Abdullah (putra Nasibah), balutlah luka ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai sahabatku di dalam surga," kata Nabi Muhammad saw. kepada Abdullah, putra Nasibah. Mendengar doaseperti itu, Nasibah malah semakin semangat untuk memberikan perlindungan kepada Nabi Muhammad saw.

Kiprah dan peran Nasibah dalam perang Uhud juga diakui Sayyidina Umar bin Khattab. Dalam sebuah riwayat, Sayyidina Umar bin Khattab mengatakan bahwa pada saat perang Uhud ‘Nasibah ada dimana-mana.’ Ke manapun Sayyidna Umar menoleh, di situ pasti ada Nasibah yang sedang bertempur. 

Nasibah juga terlibat dalam perang Yamamah pada zaman Khalifah Abu Bakar as-Ssiddiq. Sebuah pertempuran melawan kaum murtad di bawah komandi nabi palsu Musailamah al-Kadzab. Dalam perang ini, Nasibah menderita 12 luka. Meski demikian, dia sangat bersyukur karena anaknya, Abdullah, berhasil membunuh Musailamah. Nasibah juga terlibat dalam perang Khaibar dan perang Hunain. 

Di samping pemberani, Nasibah adalah sahabat Nabi Muhammad saw. yang penyabar dan mendahulukan kepentingan orang lain dan Islam. Hal itu terbukti ketika salah seorang anaknya, Habib, meninggal dalam sebuah peperangan. Dia tidak bersedih dan malah bangga karena dia yakin bahwa anaknya mati syahid dan akan dimuliakan Allah di akhirat nanti.

Nasibah wafat pada tahun ke-13 H atau pada masa kekhalifahan Sayyidina Umar bin Khattab. Nasibah menjadi teladan bagi umat Islam bahwa tugas wanita tidak melulu ‘di belakang’. Dia memberikan teladan bahwa wanita juga bisa tampil ke depan dan bahkan ikut memanggul senjata bersama dengan pasukan Muslim memerangi musuh-musuh Islam. (A Muchlishon Rochmat)