Syariah

6 Adab Masuk Makkah hingga Melakukan Tawaf menurut Imam Ghazali 

Rab, 29 Mei 2024 | 20:30 WIB

6 Adab Masuk Makkah hingga Melakukan Tawaf menurut Imam Ghazali 

Ilustrasi Kabah. (Foto: NU Online/Faizin)

Makkah bukan sekadar kota biasa sebagaimana kota yang lainnya karena . Di dalamnya terdapat keutamaan dan keberkahan serta menjadi kota yang dimuliakan oleh Allah swt. Memasuki kota ini merupakan impian dan cita-cita semua umat Islam seantero negeri karena di kota inilah dilaksanakannya rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji. 

 

Memasuki kota Makkah tentu tidak hanya sekadar perjalanan fisik saja, namun juga perjalanan spiritual yang bisa membawa umat Islam lebih dekat kepada Allah swt. Orang-orang yang berada di dalamnya akan memiliki semangat lebih untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya. Semua itu tidak lain selain karena keberkahan yang Allah letakkan pada tanah dilahirkannya manusia termulia, yaitu Nabi Muhammad saw.

 

Sebagai tempat yang mulia dan suci, tentu orang-orang yang hendak memasukinya juga harus menjaga adab dan etika-etika yang benar. Nah, dalam kesempatan ini penulis akan menjelaskan beberapa adab yang harus dijaga oleh orang yang hendak memasuki kota Makkah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam al-Ghazali (wafat 505 H) dalam kitab Ihya Ulumiddin, [Bairut, Darul Ma’rifah: tt] juz I, halaman 249. 

 

Menurut Imam Ghazali, terdapat 6 adab yang harus dilakukan oleh orang-orang yang hendak memasuki kota Makkah. Berikut perinciannya:

 

1. Mandi ketika Sampai di Dzi Thuwa

Adab pertama bagi orang yang hendak memasuki kota  Makkah adalah mandi sunnah ketika sudah sampai pada Dzi Thuwa. Dzi thuwa sendiri merupakan sebuah lembah yang ada di sebelah utara Masjidil Haram. Mandi di tempat ini dianjurkan bagi orang yang hendak memasuki kota Makkah, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Dalam riwayat Muslim dari Ibnu Umar disebutkan:

 

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ لاَ يَقْدَمُ مَكَّةَ إِلاَّ بَاتَ بِذِى طُوًى حَتَّى يُصْبِحَ وَيَغْتَسِلَ ثُمَّ يَدْخُلُ مَكَّةَ نَهَارًا وَيَذْكُرُ عَنِ النَّبِىِّ أَنَّهُ فَعَلَهُ

 

Artinya, “Sungguh Ibnu Umar tidak memasuki kota Makkah kecuali bermalam di Dzi Thuwa sampai pagi, kemudian ia mandi, lalu masuk kota Makkah pada siang hari. Ia berkata bahwa Nabi juga melakukan seperti itu.” (HR Muslim dalam Sunan al-Baihaqi).

 

2. Berdoa ketika Masuk Kota Makkah

Adab kedua bagi orang yang hendak memasuki kota Makkah adalah berdoa kepada Allah swt. Adapun teks doanya adalah sebagai berikut:

 

اَللهم هَذَا حَرَمُكَ وَأَمْنُكَ فَحَرِّمْ لَحْمِيْ وَدَمِيْ وَشَعْرِيْ وَبَشَرِيْ عَلىَ النَّارِ وَآمِّنِّيْ مِنْ عَذَابِكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْلِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ

 

Artinya, “Ya Allah, ini adalah tanah suci-Mu dan keamanan-Mu, maka haramkanlah dagingku, darahku, rambutku, dan kulitku dari neraka. Selamatkanlah diriku dari siksaan-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali hamba-hamba-Mu. Jadikanlah aku termasuk kekasihmu dan orang yang taat kepada-Mu.”

 

3. Masuk dari arah dataran tinggi

Adab ketiga yang sunnah untuk dilakukan oleh orang yang hendak memasuki kota Makkah adalah masuk dari sisi Abtah atau Batha’ (janibul abtah), tepatnya dari dataran tinggi atau Tsaniyah Kada. Sedangkan ketika pulang adalah melalui dataran rendah. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah ketika memasuki Makkah. Dalam riwayatnya disebutkan:

 

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ إِذَا دَخَلَ مَكَّةَ دَخَلَ مِنْ الثَّنِيَّةِ الْعُلْيَا الَّتِي بِالْبطْحَاءِ

 

Artinya, “Rasulullah ketika masuk Makkah, ia masuk dari dataran tinggi yang ada di Batha’.” (Muttafaq Alaih).

 

4. Berdoa ketika Melihat Baitullah

Adab keempat adalah ketika orang yang hendak memasuki Makkah sudah tiba di Makkah dan sampai pada Ra’s ar-Radm, atau dataran tinggi di mana seseorang akan melihat Baitullah. Maka dianjurkan baginya untuk berhenti dan membaca doa sebagai berikut:

 

لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهم أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَدَارُكَ دَارُ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ اَللهم إِنَّ هَذَا بَيْتُكَ عَظَّمْتَهُ وَكَرَّمْتَهُ وَشَرَّفْتَهُ اَللهم فَزِدْهُ تَعْظِيْمًا وَزِدْهُ تَشْرِيْفًا وَتَكْرِيْمًا وَزِدْهُ مَهَابَةً وَزِدْ مَنْ حَجَّهُ بِرًّا وَكَرَامَةً اَللهم افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ وَأَدْخِلْنِيْ جَنَّتَكَ وَأَعِذْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

 

Artinya, “Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar. Ya Allah, Engkau adalah Zat Yang Maha memberi keselamatan, dari-Mu lah datangnya keselamatan, dan rumah-Mu adalah rumah kedamaian. Maha Suci Engkau Zat pemilik keagungan dan kemuliaan. Ya Allah ini adalah rumah-Mu, Engkau mengagungkannya, Engkau memuliakannya, dan Engkau meluhurkannya. Ya Allah, tambahkanlah oleh-Mu keagungan, kemuliaan dan keluhurannya. Ya Allah, bukakanlah kepadaku pintu-pintu rahmat-Mu, masukanlah aku pada surga-Mu, dan lindungilah aku dari setan yang terkutuk.”

 

5. Masuk Masjidil Haram melalui pintu Bani Syaibah

Adab yang kelima adalah orang yang hendak memasuki Masjidil Haram hendaknya masuk melalui pintu Bani Syaibah. Kemudian membaca doa berikut:

 

بِسْمِ اللهِ وَبِاللهِ وَمِنَ اللهِ وَاِلَى اللهِ وَفِي سَبِيْلِ اللهِ وَعَلىَ مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

 

Artinya, “Dengan menyebut nama Allah, dengan Allah, dari Allah, kepada Allah, di jalan Allah dan atas agama Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam.” 

 

Kemudian ketika sudah dekat dengan Baitullah, maka dianjurkan membaca doa berikut:

 

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَسَلاَمٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى، اَللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ وَعَلَى إِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلِكَ وَعَلَى جَمِيْعِ أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ

 

Artinya, “Segala puji hanya milik Allah dan semoga keselamatan tercurahkan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia pilih. Ya Allah anugerahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad, hamba-Mu dan utusan-Mu, dan kepada Nabi Ibrahim kekasih-Mu, serta kepada semua para Nabi dan Rasul.”

 

Selanjutnya mengangkat kedua tangan seraya berdoa sebagai berikut:

 

اَللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ فِي مَقَامِي هَذَا فِي أَوَّلِ مَنَاسِكِيْ أَنْ تَتَقَبَّلَ تَوْبَتِيْ وَأَنْ تَتَجَاوَزَ عَنْ خَطِيْئَتِيْ وَتَضَعَ عَنِّيْ وَزْرِيْ، اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي بَلَّغَنِيْ بَيْتَهُ الْحَرَامَ الَّذِي جَعَلَهُ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَجَعَلَهُ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِيْنَ اَللهم إِنِّي عَبْدُكَ وَالْبَلَدُ بَلَدُكَ وَالْحَرَمُ حَرَمُكَ وَالْبَيْتُ بَيْتُكَ جِئْتُكَ أَطْلُبُ رَحْمَتَكَ وَأَسْأَلُكَ مَسْأَلَةَ الْمُضْطَرِّ الْخَائِفِ مِنْ عُقُوْبَتِكَ الرَّاجِي لِرَحْمَتِكَ الطَّالِبِ مَرْضَاتِكَ

 

Artinya, “Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu, di tempat aku berdiri ini dan di awal ibadah hajiku, agar Engkau menerima tobat dan mengampuni kesalahanku serta menghilangkan dosa-dosaku. Segala puji hanya milik Allah yang telah mengantarku sampai ke Masjidil Haram, yang Dia jadikan sebagai tempat berkumpul dan tempat aman bagi manusia, menjadikannya berkah dan sebagai petunjuk bagi alam semesta. Ya Allah, sungguh aku adalah hamba-Mu, negeri ini adalah negeri-Mu, tanah haram ini adalah tanah haram-Mu dan rumah ini adalah rumah-Mu, aku datang mencari rahmat-Mu dan memohon kepada-Mu, seperti permohonan orang yang sangat membutuhkan, lagi takut akan siksaan-Mu, yang mengharap rahmat-Mu dan mencari keridhaan-Mu.”

 

6. Menyentuh dan mencium Hajar Aswad

Adab keenam atau yang terakhir ketika sudah berada di Baitullah, maka dianjurkan baginya untuk pergi menuju hajar aswad sebelum melakukan tawaf. Sesampainya di tempat Hajar Aswad, dianjurkan baginya untuk menyentuh dengan tangan kanannya, kemudian menciumnya, seraya membaca doa sebagai berikut:

 

اَللهم أَمَانَتِيْ أَدَّيْتُهَا وَمِيْثَاقِيْ وَفَّيْتُهُ اشْهِدْ لِيْ بِالْمُوَافَاةِ

 

Artinya, “Ya Allah, amanahku telah aku laksanakan, dan janjiku telah aku tepati, maka saksikanlah bahwa aku telah memenuhinya.”

 

Lebih lanjut, Imam al-Ghazali juga menegaskan bahwa andaikan ia tidak bisa menyentuh dan mencium hajar aswad, maka hendaknya ia berjalan dengan menghadap ke arahnya sambil membaca doa tersebut. Kemudian setelah itu barulah ia mengerjakan tawaf. Wallahu a’lam.

 

Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.