Muhammad Faiz Nasir
Kolomnis
Selain menjalankan ibadah puasa, umat Islam juga diwajibkan menunaikan zakat fitrah selama bulan Ramadhan. Zakat ini dapat dibayarkan sejak awal Ramadhan hingga batas waktu sebelum pelaksanaan Shalat Idul Fitri. Namun, sering muncul pertanyaan: bagaimana dengan para perantau yang berencana pulang ke kampung halaman? Lebih baik membayar zakat fitrah di tempat rantau atau di kampung halaman?
Menurut pendapat ulama, tempat pembayaran zakat fitrah ditentukan berdasarkan lokasi seseorang saat matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan, yaitu malam Hari Raya Idul Fitri. Jika seorang perantau masih berada di tempat rantau pada waktu tersebut, maka ia wajib membayar zakat fitrah di sana. Ketentuan ini merujuk pada penjelasan dalam kitab Al-Majmu' Syarhul Muhadzab:
قال أصحابنا إذا كان في وقت وجوب زكاة الفطر في بلد وماله فيه وجب صرفها فيه فإن تقلها عله كان كنفل باقي الزكوات ففيه الخلاف والتفصيل السابق
Artinya, "Para ulama mazhab kami (mazhab Syafi'i) berkata: Jika pada waktu wajibnya zakat fitrah seseorang berada di suatu negeri dan hartanya juga berada di sana, maka wajib menyalurkan zakat fitrah tersebut di negeri itu. Namun, jika ia memindahkannya ke tempat lain, maka hukumnya seperti memindahkan zakat lainnya, yang dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat dan rincian hukum sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya," (An-Nawawi, Al-Majmu' Syarhul Muhaddzab, [Beirut, Darul Fikr, t.t.], jilid VI, hlm. 225).
Hal serupa juga dijelaskan dalam kitab Taqriratus Sadidah:
لا يجوزُ نقل الزكاة مِن بلد المُزكّي إلى بلدٍ آخَر عَلى المشْهور
Artinya, "Tidak diperbolehkan memindahkan zakat dari negeri muzakki ke negeri lain menurut pendapat yang masyhur dalam Mazhab Syafi'i," (Hasan bin Ahmad bin Muhammad al-Kaf, Taqriratus Sadidah, [Darul Mirats al-Nabawi, cet. pertama, 2003], hlm. 426).
Jadi, menurut pendapat Ashab (ulama Syafi’iyah), serta pendapat yang masyhur dan dianggap unggul (rajih) dalam mazhab Syafi’i, memindahkan zakat fitrah dari satu daerah ke daerah lain tidak diperbolehkan. Namun, sekelompok ulama lain, seperti Ibnu Ujail dan Ibnu Shalah, membolehkan naqluz zakat (pemindahan zakat). Berikut keterangannya:
الراجح في المذهب عدم جواز نقل الزكاة، واختار جمع الجواز كابن عجيل وابن الصلاح وغيرهما
Artinya : "Pendapat yang diunggulkan (rajih) dalam mazhab Syafi’i adalah tidak diperbolehkannya pemindahan zakat. Namun, sekelompok ulama, seperti Ibnu Ujail, Ibnu Shalah, dan lainnya, memilih pendapat yang memperbolehkan pemindahan zakat tersebut," (Syekh Abdurrahman bin Husain Ba'alawi, Bughyatul Musytarsyidin, [Beirut, Darul Fikr, t.t.], juz I, hlm. 217).
Namun, apabila di tempat di mana pembayar zakat berada tidak ditemukan mustahiq zakat (orang yang berhak menerima zakat), seperti jika daerah tersebut telah menjadi makmur dan sejahtera, maka pemindahan alokasi harta zakat (naqluz zakat) diperbolehkan. Hal ini dijelaskan dalam kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu:
وقال الشافعية الأظهر منع نقل الزكاة، ويجب صرفها إلى الأصناف في البلد الذي فيه المال الحديث معاذ المتقدم، فإن لم توجد الأصناف في البلد الذي وجبت فيه الزكاة، أو لم يوجد بعضهم، أو فضل شيء عن بعض وجد منهم، نقلت إلى أقرب البلاد لبلد الوجوب
Baca Juga
Zakat Perdagangan dan Cara Menghitungnya
Artinya, "Para ulama Syafi'iyah berpendapat bahwa pendapat yang lebih kuat adalah melarang pemindahan zakat, dan zakat wajib disalurkan kepada golongan yang berhak (ashnaf) di negeri tempat harta itu berada, sebagaimana disebutkan dalam hadits Mu'adz yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, jika di negeri tempat zakat itu diwajibkan tidak ditemukan golongan yang berhak menerima zakat, atau hanya sebagian dari mereka yang ada, atau terdapat kelebihan setelah diberikan kepada mereka yang ada, maka zakat dapat dipindahkan ke negeri terdekat dari tempat kewajiban zakat tersebut," (Dr. Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, [Damaskus, Dar al-Fikri: 1985), juz 2, hal 892-893).
Beberapa referensi menjelaskan bahwa pemindahan zakat (naqluz zakat) diperbolehkan dengan berbagai alasan, sebagaimana ditegaskan dalam kitab Hasyiyatul Jamal:
مِنْ مُرَاجَعَةِ الثِّقَاتِ مِنْهُمْ أَنَّ النَّقْلَ يَجُوزُ لِدُونِ مَسَافَةِ الْقَصْرِ مُطْلَقًا أَيْ سَوَاءٌ كَانَ الْمَنْقُولُ إلَيْهِ أَحْوَجَ مِنْ أَهْلِ بَلَدِ الزَّكَاةِ أَوْ لَا وَسَوَاءٌ زَكَاةُ الْفِطْرِ وَالنَّقْدِ وَالْمَاشِيَةِ وَالنَّابِتِ، وَأَمَّا نَقْلُهَا إلَى مَا فَوْقَ مَسَافَةِ الْقَصْرِ فَلَا يَجُوزُ إلَّا إذَا كَانَ الْمَنْقُولُ إلَيْهِ أَحْوَجَ مِنْ أَهْلِ بَلَدِ الزَّكَاةِ وَإِلَّا فَلَا يَجُوزُ
Artinya : "Berdasarkan pendapat para ulama terpercaya, pemindahan zakat diperbolehkan jika jaraknya kurang dari masāfatul qashr (jarak yang membolehkan qasar dalam salat), baik tempat tujuan lebih membutuhkan dibanding penduduk negeri asal zakat maupun tidak, serta berlaku untuk semua jenis zakat, termasuk zakat fitrah, zakat uang, hewan ternak, dan hasil pertanian. Namun, jika pemindahan zakat melebihi masāfatul qashr, maka tidak diperbolehkan kecuali jika tempat tujuan lebih membutuhkan dibanding penduduk negeri asal zakat. Jika tidak demikian, maka pemindahan zakat tidak diperbolehkan," (Sulaiman bin Umar al-Ajiili, Hasyiyatul Jamal, [Beirut, Dar al-Fikr, t.t.], juz IV, hlm. 108).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa zakat fitrah bagi perantau harus dibayarkan di tempat ia berada pada malam Hari Raya, kecuali dalam beberapa kondisi berikut:
- Jika di tempat tersebut tidak ditemukan mustahiq zakat (orang yang berhak menerima zakat).
- Jika pemindahan zakat masih dalam jarak yang kurang dari masāfat al-qasr (jarak yang membolehkan qashar dalam salat).
- Jika di daerah yang lebih jauh terdapat mustahiq zakat yang lebih berhak menerimanya, meskipun jaraknya melebihi jarak minimal dibolehkannya qashr.
Jika perantau memilih naqluz zakat (pemindahan zakat), zakat fitrah dapat dibayarkan secara langsung atau melalui lembaga resmi. Untuk opsi kedua, perantau bisa memanfaatkan layanan konter zakat yang kini didukung teknologi digital, memudahkan dan mempercepat proses pembayaran.
Salah satu layanan digital tersebut tersedia di NU Online Super App, yang menerima pembayaran zakat fitrah. Dana yang terkumpul akan disalurkan ke NU Care-LAZISNU, lembaga amil zakat milik Nahdlatul Ulama, yang memiliki pertimbangan matang dan keahlian dalam menentukan siapa serta di mana mustahiq zakat yang paling berhak menerimanya. Wallahu a'lam.
Ustadz Muhammad Faiz Nasir, Pengasuh PP. Al Majidi Jember
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
6
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
Terkini
Lihat Semua