Tafsir

Menghadapi Kegelisahan Hidup sesuai Anjuran Surat At-Thalaq Ayat 2-3

NU Online  ·  Jumat, 13 Juni 2025 | 08:00 WIB

Menghadapi Kegelisahan Hidup sesuai Anjuran Surat At-Thalaq Ayat 2-3

Ilustrasi takwa. (Foto: NU Online)

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, banyak hal yang terjadi dan tidak sesuai dengan ekspektasi kita sebagai manusia yang kemudian ekspektasi tersebut sering menjadi penyebab kekecewaan. Akibatnya, muncul rasa kekhawatiran berlebih tentang segala hal yang akan kita Jalani di hari kemudian.

 

Bagi umat Islam, Al-Quran sebagai pedoman hidup telah memberi anjuran untuk menjalani kehidupan dunia ini dengan dua sikap, yaitu takwa dan tawakal sebagaimana firman Allah swt dalam surat At-Thalaq ayat 2-3:

 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ ‌يَجْعَلْ ‌لَهُ ‌مَخْرَجاً (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً (3

 

Artinya : “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya [2]. dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.[3]

 

Meskipun ayat ini turun dalam konteks hukum perceraian (talak), para ulama menegaskan bahwa pesan dalam ayat ini bersifat umum dan mencakup semua golongan, baik laki-laki maupun perempuan, serta berlaku untuk seluruh aspek kehidupan.

 

Imam Ash-Shawi menjelaskan, ayat ini muncul di tengah-tengah pembahasan hukum yang berkaitan dengan perempuan, namun maksudnya adalah bahwa tidak ada yang bisa bersabar dan menjalankan hukum-hukum tersebut kecuali orang-orang bertakwa. Bahkan, makna yang lebih baik adalah ayat ini bersifat umum dan tidak hanya terbatas pada urusan perempuan.

 

هذه الجملة إعتراضية في أثناء الأحكام المتعلقة بالنساء إشارة الى أنه لا يصبر على تلك الأحكام و لا يعمل بها إلا أهل التقوى والأحسن أن يراد من هذه العموم لا خصوص التقوى في أمر النساء

 

Artinya: “Ayat ini merupakan kata yang muncul ditengah hukum yang berkaitan dengan Perempuan,Itu menunjukan bahwa tidak akan bisa sabar dan tidak akan bisa menghadapi masalah kecuali orang yang bertakwa.dan ayat ini diperuntukan secara umum tidak terkhusus tentang ketakwaan Perempuan.” (Hasyiyatush Shawi, [Beirut: Darul Jih], Juz IV, hlm. 204–205)

 

Dari ayat ini, umat Islam bisa belajar bahwa takwa, yakni menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, adalah kunci pertama dalam menghadapi segala masalah yang terjadi di dunia ini. Allah menjanjikan bahwa siapa pun yang bertakwa akan diberikan jalan keluar dari kesulitannya.

 

Takwa bukan hanya jalan menuju ketenangan, tetapi juga pembuka pintu-pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Hal ini ditegaskan pula dalam kisah sahabat Nabi, Auf bin Malik, yang menjadi sebab turunnya ayat ini (asbabun nuzul). Ketika ia mengadukan masalahnya kepada Rasulullah, beliau menyuruhnya untuk bertakwa, bersabar, dan memperbanyak membaca hauqalah:

 

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ

 

Sahabat Auf pun mengikuti nasihat tersebut bersama istrinya. Akhirnya, mereka mendapatkan jalan keluar serta rezeki yang tidak terduga.

 

قال أكثر المفسرين نزلت هذه الأية في عوف بن مالك الأشجعي أسر المشركون إبنا له يسمى سالما فأتى عوف إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم يشتكي إليه الفاقة -إلخ- فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم إتق الله واصبر و أمرك إياها أن تسكتثر ا من قول لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم 

 

Artinya: "Mayoritas ulama tafsir berkata : ayat ini diturunkan ketika sahabat Auf bin Malik memiliki anak yang ditawan oleh orang Musyrik. Auf pun mendatangi Nabi untuk mengadukan kesulitannya kemudian nabi berkata : Bertakwalah kepada allah dan bersabarlah dan aku memerintahkanmu dan istrimu untuk memperbanyak membaca : Lâ haula wa lâ quwwata illa billah." (Hasyiyatush Shawi, Juz IV, hlm. 204–205)

 

Selain takwa, ayat ini juga menekankan pentingnya tawakal, yakni berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah melakukan ikhtiar. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha. Justru, dalam Islam kita diajarkan untuk bekerja, belajar, dan berusaha maksimal sambil meyakini bahwa hasilnya sepenuhnya di tangan Allah. Imam As-Showi menyatakan:

 

و الأخذ في الأسباب لا ينافي التوكل لأنه مأمور به لكن لايعتمد على تلك الأسباب

 

Artinya: “Melakukan suatu sebab tidak bertentangan dengan sifat tawakal karena hal itu diperintahkan tetapi jangan sampai bergantung hati terhadap sebab.” (Hasyiyatush Shawi, Juz IV, hlm. 204–205)

 

Artinya, kita tetap harus bekerja untuk mencari nafkah, belajar untuk menambah ilmu, dan berikhtiar dalam hidup, serta dibarengi dengan keyakinan hati bahwa Allah-lah yang akan menuntaskan segalanya. Syekh Sya’rowi menegaskan akan hal ini dalam kitab tafsirnya bahwa seseorang yang mempercayai adanya tuhan justru ia akan bersungguh sungguh mengerahkan segala upayanya dengan maksimal.

 

ومَنْ له رَبٌّ، يبذل الجَهْد في الأخذ بالأسباب؛ سيجد الحل والفرج من أيِّ كرب مِمَّا هو فوق الأسباب

 

Artinya: “Seseorang yang mempercayai tuhan akan mengerahkan segala Upaya dalam menjalani sebab ataupun usaha sehingga ia akan menemukan jalan keluar dan kemudahan dari segala kesulitan diluar batas kemampuannya”.(Tafsir Asy Sya’Rowi [Muthobi’ Akhbarilyaum] Juz 11,halaman 7056).

 

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup memberikan bimbingan yang sangat jelas bahwa takwa dan tawakal adalah dua kunci utama menghadapi lika-liku kehidupan. Dengan bertakwa, Allah akan memberi jalan keluar dan rezeki yang tidak disangka. Dengan bertawakal, hati menjadi tenang karena tahu bahwa segala urusan telah diserahkan kepada Zat Yang Maha Mengatur.

 

Kekhawatiran yang berlebihan biasanya muncul karena kurangnya takwa dan minimnya tawakal dalam hati. Maka, mari kita hadapi kehidupan ini dengan menjalankan segala perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, serta memasrahkan hasilnya hanya kepada-Nya, tanpa meninggalkan ikhtiar. Wallahu a‘lam.

 

Tian Apriliana, Pengajar di Ponpes Daarul Haliim Kabupaten Bandung Barat dan Peserta Kelas Menulis Keislaman NU Online 2025