M Ryan Romadhon
Kolomnis
Surat Adh-Dhuha adalah surat Makiyyah yang terdiri dari sebelas ayat. Dinamai "adh-Dhuha" karena diawali dengan kata tersebut, surat ini mencerminkan sumpah Allah SWT dengan waktu dhuha, saat permulaan siang ketika matahari mulai naik, dan diturunkan berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW. Konsep ini mirip dengan Surat Al-Lail, yang menjelaskan tentang orang bakhil dan diawali dengan sumpah pada waktu malam.
Berikut ini disajikan teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan beberapa tafsir ulama mengenai Surat Adh-Dhuha:
وَالضُّحٰىۙ ١ وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ ٢ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ ٣ وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ ٤ وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ ٥ اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ ٦ وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ ٧ وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ ٨ فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ ٩ وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ ١٠ وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْࣖ ١١
wadl-dluḫâ, wal-laili idzâ sajâ, mâ wadda‘aka rabbuka wa mâ qalâ, wa lal-âkhiratu khairul laka minal-ûlâ, wa lasaufa yu‘thîka rabbuka fa tardlâ, a lam yajidka yatîman fa âwâ, wa wajadaka dlâllan fa hadâ, wa wajadaka ‘â'ilan fa aghnâ, fa ammal-yatîma fa lâ taq-har, wa ammas-sâ'ila fa lâ tan-har, wa ammâ bini‘mati rabbika fa ḫaddits.
Artinya: “(1) Demi waktu duha, (2) dan demi waktu malam apabila telah sunyi, (3) Tuhanmu (Nabi Muhammad) tidak meninggalkan dan tidak (pula) membencimu, (4) Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia). (5) Sungguh, kelak (di akhirat nanti) Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau rida. (6) Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(-mu); (7) mendapatimu sebagai seorang yang tidak tahu (tentang syariat), lalu Dia memberimu petunjuk (wahyu); (8) dan mendapatimu sebagai seorang yang fakir, lalu Dia memberimu kecukupan? (9) Terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. (10) Terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik. (11) Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur).” (QS. Adh-Dhuha: 1-11)
Keutamaan Surat Adh-Dhuha
Terdapat riwayat dari Imam Syafi'i, bahwa beliau menganjurkan bertakbir dengan mengucapkan ‘Allahu Akbar’ atau ‘Allahu akbar la ilaha illallahu, wallahu akbar’ setelah membaca surat Adh-Dhuhaa dan surat-surat setelahnya.
Mengenai munasabah takbir tersebut, para Qurra' (ahli qiraat) menyebutkan bahwa wahyu dalam beberapa waktu tidak lagi turun. Kemudian, Jibril datang dan menyampaikan wahyu kepada Nabi dengan surat Adh-Dhuha secara lengkap.
Ketika mendapat waktu tersebut, Rasulullah pun bertakbir karena bahagia dan gembira. Ibnu Katsir berkata, “Munasabah itu tidak diriwayatkan dengan sanad yang dapat dihukumi dengan shahih, ataupun dha'if.” (Syekh Wahbah Zuhaili, at-Tafsirul Munir, [Damaskus; Darul Fikr, 1991 M], Jilid XXX, hlm. 280).
Korelasi Surat Adh-Dhuha dengan Surat Sebelumnya
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir-nya jilid XXX, halaman 279, mengatakan bahwa surat ini berkaitan erat dengan surah sebelumnya (surat Al-Lail) dari dua segi, yakni:
1. Surat al-Lail diakhiri dengan janji mulia dari Allah SWT, yaitu dengan meridhai orang yang bertakwa di akhirat kelak. Sedangkan di surah Adh-Dhuhaa ini, Allah SWT menguatkan lagi janji-Nya kepada Nabi saw. dengan firman-Nya:
وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ ٥
Artinya, “Sungguh, kelak (di akhirat nanti) Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau rida.” (QS. Adh-Dhuha: 5)
2. Dalam surah sebelumnya, Allah SWT menyebutkan,
وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى
Artinya, “Akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Lail: 17)
Kemudian Allah menghitung nikmat-Nya yang diberikan kepada Nabi di dalam surah ini.
Kandungan Pokok Surat Adh-Dhuha
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir Jilid XXX, halaman 279-280 menjelaskan bahwa tema utama Surat Adh-Dhuha adalah kepribadian Nabi Muhammad SAW. Surat ini mengandung empat tujuan pokok sebagai berikut:
1. Sumpah Allah: Surat ini dimulai dengan qasam (sumpah) Allah yang menegaskan bahwa Dia tidak membenci atau meninggalkan Rasul-Nya. Allah sangat memperhatikan Nabi dan mengangkat kedudukan beliau. Dalam firman-Nya:
وَالضُّحٰىۙ ١ وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ ٢ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ ٣ وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ ٤
Artinya: “(1) Demi waktu duha, (2) dan demi waktu malam apabila telah sunyi, (3) Tuhanmu (Nabi Muhammad) tidak meninggalkan dan tidak (pula) membencimu, (4) Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia).” (QS. Adh-Dhuha: 1-4)
2. Kabar Gembira: Allah SWT memberikan kabar gembira kepada Nabi dengan banyak karunia di akhirat, termasuk syafaat yang agung. Allah berfirman:
وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ ٥
Artinya: “Sungguh, kelak (di akhirat nanti) Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau rida.” (QS. Adh-Dhuha: 5)
3. Kenikmatan Sejak Kecil: Surat ini menghitung berbagai nikmat yang Allah berikan kepada Nabi sejak kecil. Allah berfirman:
اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ ٦ وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ ٧ وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ ٨
Artinya: “(6) Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(-mu); (7) mendapatimu sebagai seorang yang tidak tahu (tentang syariat), lalu Dia memberimu petunjuk (wahyu); (8) dan mendapatimu sebagai seorang yang fakir, lalu Dia memberimu kecukupan?” (QS. Adh-Dhuha: 6-8)
4. Pesan Moral: Surat ini diakhiri dengan tiga pesan penting: bersikap lembut kepada anak yatim, menyambung silaturahim kepada orang miskin, dan mensyukuri nikmat kenabian serta nikmat lainnya. Allah berfirman:
فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ ٩ وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ ١٠ وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْࣖ ١١
Artinya: “(9) Terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. (10) Terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik. (11) Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur).” (QS. Adh-Dhuha: 9-11).
Pesan dan Hukum yang Terkandung dalam Surat Adh-Dhuha
Merujuk Syekh Wahbah, ada beberapa pesan dan hukum yang terkandung dalam surat Adh-Dhuha ini. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Perlindungan: Setelah kehilangan orang tua, Nabi Muhammad SAW dirawat oleh kakeknya, Abdul Muththalib, dan kemudian oleh pamannya, Abu Thalib, yang membela dan melindunginya.
2. Petunjuk: Allah SWT memberikan hidayah melalui penjelasan Al-Qur'an dan syariat, yang membantu Nabi memahami hukum-hukum yang sebelumnya tidak beliau ketahui.
3. Pemberian Harta: Rezeki Nabi Muhammad SAW berasal dari perniagaan Khadijah RA. Setelah diangkat menjadi rasul, beliau juga menerima dukungan finansial dari Abu Bakar ash-Shiddiq dan harta orang-orang Anshar saat hijrah, serta harta ghanimah.
Menjadi yatim memberikan Nabi Muhammad SAW pemahaman mendalam tentang kondisi anak yatim, sehingga beliau dapat memenuhi kebutuhan dan memperbaiki keadaan mereka. Meskipun anak yatim sering dipandang kurang, status beliau sebagai Nabi dan rasul mengubah pandangan tersebut, yang merupakan salah satu mukjizat.
4. Allah SWT mendidik Nabi Muhammad saw. agar bermuamalah dengan manusia sebagaimana Allah SWT bermuamalah dengan beliau. Allah juga memerintahkan beliau agar tidak berbuat zalim kepada anak yatim dan memberikan haknya, serta mengingatkan bahwasanya beliau dulunya adalah seorang anak yatim seperti itu.
Ayat tersebut memerintahkan untuk berbuat lemah lembut dengan anak yatim dan berbuat baik kepadanya. Allah juga melarang Nabi untuk menolak orang yang meminta-minta, atau berkata kasar kepadanya, dan memerintahkan kepada beliau untuk memberinya, atau menolaknya dengan baik, serta mengingat masa kefakiran beliau.
Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk bersyukur atas segala nikmat yang diberikan, termasuk kenabian, kerasulan, dan Al-Qur'an. Rasa syukur ini diwujudkan melalui penyebaran, pembicaraan, dan pengakuan terhadap nikmat-nikmat tersebut sebagai karunia dari Allah SWT (hlm. 287-290).
Dari penjelasan ini, kita dapat memahami bahwa surat Adh-Dhuha berfokus pada kepribadian Nabi Muhammad SAW. Surat ini memberikan kabar gembira tentang banyaknya pemberian di akhirat, termasuk syafaat yang agung, serta menyoroti nikmat yang telah Allah berikan kepada Nabi sejak kecil.
Selain itu, surat ini juga menyampaikan pesan penting mengenai sikap lembut terhadap anak yatim, menjaga silaturahim dengan orang miskin, dan mensyukuri nikmat yang agung, terutama kenabian dan berbagai karunia lainnya. Wallahu a’lam.
Ustadz Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Perintah Membaca
2
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Anjuran Memperbanyak Tadarus
3
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Turunnya Kitab Suci
4
PBNU Adakan Mudik Gratis Lebaran 2025, Berangkat 25 Maret dan Ada 39 Bus
5
Khutbah Jumat: Pengaruh Al-Qur’an dalam Kehidupan Manusia
6
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Peduli Lingkungan dan Sosial
Terkini
Lihat Semua