Tafsir

Tafsir Ar-Rum Ayat 22: Mengungkap Hikmah di Balik Keberagaman Manusia

Jumat, 17 Mei 2024 | 21:00 WIB

Tafsir Ar-Rum Ayat 22: Mengungkap Hikmah di Balik Keberagaman Manusia

Keberagaman manusia. (Foto: NU Online/Freepik)

Surah Ar-Rum ayat 22 menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai ras dan bahasa. Keanekaragaman ini merupakan bukti kebesaran dan kekuasaan Allah. Di mata Allah, semua manusia memiliki kedudukan yang sama, tanpa memandang ras atau bahasanya.


وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ ۝٢٢


Wa min âyâtihî khalqus-samâwâti wal-ardli wakhtilâfu alsinatikum wa alwânikum, inna fî dzâlika la'âyâtil lil-‘âlimîn


Artinya: "Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berilmu."


Profesor Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah, Jilid XI, halaman 37 menjelaskan bahwa surah Ar-Rum ayat 22 merupakan kelanjutan dari pembahasan tentang bukti-bukti keesaan dan kebesaran Allah swt. Ayat ini menyebutkan beberapa fenomena alam dan perbedaan antar manusia sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah.


Lebih lanjut, perbedaan lidah dan warna kulit manusia adalah bukti lain dari kekuasaan Allah. Setiap manusia memiliki bahasa, dialek, dan intonasi yang berbeda-beda. Perbedaan bahasa dijelaskan melalui lidah, yang memiliki dua makna. Pertama, lidah secara fisik yang berperan dalam mengeluarkan bunyi dan menjadi dasar bahasa untuk berkomunikasi. Kedua, lidah sebagai bahasa itu sendiri. Lidah memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dan berbagi pengetahuan dengan sesama.


Lidah memiliki peran penting dalam komunikasi manusia. Organ ini membantu mengatur bunyi untuk berbicara, menelan makanan, dan merasakan berbagai rasa. Lidah juga dikaitkan dengan hati dalam agama, dan digunakan untuk mengukur baik-buruknya perilaku seseorang.


Berbicara merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan berbagai organ tubuh, seperti bibir, lidah, rahang, dan alat bantu ucap lainnya. Proses ini menghasilkan bunyi yang dipahami oleh mitra bicara. Bahasa diduga sudah digunakan manusia sejak 45.000 tahun sebelum Masehi, dan saat ini terdapat sekitar 6.000 bahasa di dunia.


Warna kulit pun beragam, dari hitam, kuning, sawo matang, hingga putih. Perbedaan ini terjadi meskipun semua manusia berasal dari asal yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah paparan sinar matahari dan kondisi geografis. Perbedaan warna kulit ini menunjukkan kebesaran Allah dalam menciptakan manusia dengan berbagai keunikan.


Perbedaan yang ada di antara manusia, termasuk warna kulit, tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan. Justru, perbedaan ini harus disyukuri sebagai bukti kebesaran Allah dan menjadi sarana untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain.


Rahasia penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulit, serta sifat-sifat kejiwaan manusia hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang berilmu pengetahuan. Ayat ini mendorong manusia untuk selalu mencari ilmu pengetahuan agar dapat memahami kebesaran Allah swt dan memahami rahasia-rahasia alam semesta.


Ayat ini diakhiri dengan [لِّلْعٰلِمِيْنَ] lil-‘ālimīn, sejatinya mengajak manusia untuk terus belajar dan mencari pengetahuan, agar dapat memahami kebesaran Allah swt dengan lebih baik. Kita harus membuka diri terhadap berbagai ilmu dan wawasan baru, dan tidak mudah puas dengan apa yang telah kita ketahui. Dengan begitu, kita dapat menjadi bagian dari "orang-orang yang berpengetahuan" dan semakin dekat dengan Allah swt.


Tafsir Marah Labib

Sementara itu, Syekh Nawawi Banten dalam kitab Tafsir Marah Labib, Jilid II, halaman 228 menjelaskan bahwa tentang tanda-tanda kebesaran Allah swt. Salah satunya adalah penciptaan langit dan bumi beserta segala isinya, termasuk keragaman bahasa dan warna kulit manusia.


Lebih lanjut, menurut Syekh Nawawi Banten, makna "perbedaan bahasa" yang dimaksud dalam ayat ini adalah perbedaan bahasa yang digunakan manusia, seperti bahasa Arab, Persia, dan bahasa lainnya. Namun, ia berpendapat bahwa makna yang lebih tepat adalah "perbedaan cara berkomunikasi manusia". Hal ini dikarenakan dua orang saudara yang berbicara dengan bahasa yang sama, meskipun berbeda dialek, tetap dapat saling memahami.


Selain perbedaan bahasa, ayat ini juga menyebutkan tentang perbedaan warna kulit manusia. Ada manusia yang berkulit putih, berkulit hitam, dan ada pula yang berkulit di antara keduanya. Perbedaan warna kulit ini merupakan bukti kekuasaan Allah swt dalam menciptakan manusia dengan berbagai ciri khas.


Dengan demikian, penciptaan langit dan bumi, serta perbedaan bahasa dan warna kulit manusia, merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang memiliki pengetahuan dan mau merenungi kebesaran Allah swt. Perbedaan-perbedaan ini bukan untuk saling dipertentangkan, melainkan untuk saling mengenal dan menghargai satu sama lain.


وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ أي لغاتكم العربية، والفارسية، وغير ذلك. والأصح أنه اختلاف كلامكم، فإن الأخوين إذا تكلما بلغة واحدة يعرف أحدهما من الآخر وَأَلْوانِكُمْ ببياض الجلد وسواده، وتوسطه. إِنَّ فِي ذلِكَ أي في خلق السموات والأرض، واختلاف الألسنة والألوان لَآياتٍ لِلْعالِمِينَ 


Artinya: "[perbedaan bahasa] maksudnya bahasa Arab, Persia, dan lainnya. Dan yang lebih tepat adalah perbedaan bahasa kalian. Karena dua orang saudara, jika mereka berbicara dengan bahasa yang sama, mereka akan saling memahami. Dan [perbedaan warna kulit kalian], ada yang putih, hitam, dan di antara keduanya. [Sesungguhnya demikian], dalam penciptaan langit dan bumi, dan perbedaan bahasa dan warna kulit, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang [berpengetahuan]." [Syekh Nawawi Banten, Tafsir Marah Labib, Jilid II, halaman 228].


Tafsir Munir Syekh Wahbah Zuhaili

Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsir Munir, Jilid XXI, halaman 64, menjelaskan bahwa alam ini tidaklah kosong dari makhluk, tetapi sebaliknya. Allah swt menciptakan di dalamnya suasana ramai dan semarak oleh bangsa manusia yang memiliki banyak ras yang beragam, bahasa yang berbeda-beda, warna yang bervariasi, suara yang berbeda-beda, postur. Allah juga menciptakan penampilan dan ciri-ciri fisik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya seperti perbedaan sidik jari, perawakan, bentuk wajah, ketampanan, keelokan, keburukan dan lain sebagainya, meskipun mereka berasal dari keturunan yang sama, dari bapak yang sama dan ibu yang sama. Allah swt berfirman:


بَلٰى قٰدِرِيْنَ عَلٰٓى اَنْ نُّسَوِّيَ بَنَانَهٗ


Artinya: "Tentu, (bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna,"


Lebih lanjut, Al-Qur'an lewat surah Rum ayat 22 menjelaskan bahwa Allah swt menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan, termasuk bahasa, warna kulit, dan bentuk fisik. Perbedaan ini tidak dimaksudkan untuk memecah belah, tetapi untuk menunjukkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah.


Pertama, Allah menciptakan manusia dengan berbagai bahasa. Ada bahasa Arab, bahasa non-Arab, dan berbagai bahasa lainnya. Perbedaan bahasa ini merupakan bukti kekayaan budaya dan tradisi manusia. Masing-masing bahasa memiliki keindahan dan keunikannya sendiri.


Kedua, Allah menciptakan manusia dengan berbagai warna kulit. Ada yang berkulit putih, berkulit hitam, dan berbagai warna lainnya. Perbedaan warna kulit ini merupakan bukti keragaman ras dan etnis manusia. Masing-masing ras dan etnis memiliki sejarah dan budayanya sendiri.


Ketiga, Allah menciptakan manusia dengan berbagai bentuk fisik. Ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang gemuk, ada yang kurus, dan berbagai bentuk lainnya. Perbedaan bentuk fisik ini merupakan bukti keragaman individu manusia. Masing-masing individu memiliki ciri khasnya sendiri.


Perbedaan-perbedaan ini bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling dihormati dan dihargai. Keanekaragaman manusia merupakan salah satu tanda kebesaran Allah swt. Kita harus bersyukur atas perbedaan ini dan hidup bersama dengan damai dan harmonis. 


Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Ciputat