Tafsir

Tafsir Surat Al-'Adiyat Ayat 9-11: Ini yang Menentukan Perbuatan Manusia

Kam, 2 Februari 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-'Adiyat Ayat 9-11: Ini yang Menentukan Perbuatan Manusia

Ilustrasi: hati - cinta (freepik).

Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-'Adiyat ayat 9-11:
 

۞ اَفَلَا يَعْلَمُ اِذَا بُعْثِرَ مَا فِى الْقُبُوْرِۙ (٩) وَحُصِّلَ مَا فِى الصُّدُوْرِۙ (١٠) اِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئذٍ لَّخَبِيْرٌ (١١)
 

(9) Afalā ya‘lamu iżā bu‘ṡira mā fil-qubūr (10) Wa ḥuṣṣila mā fiṣ-ṣudūr. (11) Inna rabbahum bihim yauma'iżil lakhabīr.
 

Artinya, "(9) Maka, tidakkah dia mengetahui (apa yang akan dialaminya) apabila dikeluarkan apa yang ada di dalam kubur, (10) dan ditampakkan apa yang tersimpan di dalam dada? (11) Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu benar-benar Maha Teliti terhadap (keadaan) mereka."
 

 

Ragam Tafsir surat Al-'Adiyat Ayat 9-11

Setelah pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan bahwa secara tabiat, manusia diciptakan untuk mengufuri nikmat, cinta harta secara berlebihan, dan bakhil untuk menyedekahkannya,  kemudian dalam ayat ini Allah mengancam manusia jika ia tetap bersifat dengan sifat-sifat tersebut.
 

Syekh Ali As-Shabuni (wafat 2021 M) dalam tafsirnya, Shafatut Tafasir, menafsirkan 3 ayat di atas sebagai berikut:
 

"Maka tidakkah dia mengetahui apabila dikeluarkan apa yang ada di dalam kubur, yakni apakah manusia bodoh ini tidak mengetahui jika apa yang ada di dalam kubur dikeluarkan, jika orang-orang yang telah meninggal dikeluarkan dari dalam kubur, dan jika ditampakkan apa yang ada di dalam dada, yakni dikumpulkan serta dipisahkan apa yang ada di dalam dada dari rahasia-rahasia tersembunyi yang telah mereka rahasiakan sebelumnya? Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu benar-benar Maha Teliti terhadap keadaan mereka. Yakni sesungguhnya Tuhan mereka mengetahui semua yang telah mereka lakukan dan Dia akan membalas mereka dengan pembalasan yang paling sempurna." (Muhammad Ali As-Shabuni, Shafwatut Tafasir, [Kairo, Darus Shabuni: 1997 M/1417 H], juz III, halaman 567). 
 

Al-Khazin (wafat 741 H) menjelaskan alasan penyebutan secara khusus amalan hati dalam ayat 10 sebagai berikut:
 

وإنما خص أعمال القلوب بالذّكر في قوله، وَحُصِّلَ ما فِي الصُّدُورِ لأن أعمال الجوارح تابعة لأعمال القلوب، فإنه لولا البواعث والإرادات التي في القلوب لما حصلت أعمال الجوارح
 

Artinya, " Adapun Allah menyebutkan secara khusus perbuatan hati dalam firmannya "Wa ḥuṣṣila mā fiṣ-ṣudūr", karena seluruh perbuatan raga mengikuti perbuatan hati. Seandainya tidak ada pendorong dan kemauan di dalam hati, maka tidak akan terwujud perbuatan anggota tubuh. " (Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar Al-Khazin, Lubabut Ta'wil fi Ma'ani Tanzil, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 1415 H], juz IV halaman 461). 
 

Syekh Wahbah Az-Zuhaili (wafat 2015 M) mengatakan bahwa firman Allah pada ayat 11 yakni kata "yauma'iżi" pada hari itu, padahal Allah swt mengetahui seluruh keadaan manusia dalam setiap waktu, ini berfungsi sebagai ta'kid atau penguat bahwa Allah mengetahui hal itu pada hari pembalasan. 
 

Adapun arti pembalasan atau mujazah diungkapkan dengan kata khibrah (pengalaman) dan mengetahui hal ihwal mereka, menurut beliau adalah karena tujuan untuk mengancam. Hal itu sebagaimana dalam firman Allah:
 

سَنَكْتُبُ ما قالُوا
 

Artinya, "Kami akan menulis apa yang mereka katakan." (QS Ali 'lmran: 181). 
 

Padahal penulisan perkataan dan perbuatan mereka sudah terjadi. Akan tetapi Allah ingin mengatakan, “Kami akan membalas mereka, sebab apa yang telah mereka katakan dengan balasan yang setimpal.”
 

Dengan demikian, firman Allah swt “lakhabīr” bermakna bahwa Allah akan senantiasa mengetahui. Kata khabir mengandung makna membalas mereka pada hari pembalasan tersebut.
 

Terakhir, Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa ayat 11 merupakan dalil bahwa Allah adalah Dzat yang mengetahui peristiwa-peristiwa detail yang terjadi dalam berbagai waktu. Berikut ini keteran​​​​​​​gan​​​​​​​ selengkapnya:

وهذه الآية تدل على كونه تعالى عالما بالجزئيات الزمانيات لأنه تعالى نص على كونه عالما بكيفية أحوالهم في ذلك اليوم، فيكون منكر ذلك كافرا
 

Artinya, "Ayat ini menunjukkan bahwa Allah swt adalah Dzat yang mengetahui peristiwa-peristiwa detail yang terjadi dalam berbagai waktu. Karena Allah swt telah menyatakan bahwa diri-Nya adalah Maha Mengetahui segala keadaan manusia pada hari pembalasan tersebut. Dengan demikian, orang yang mengingkari pengetahuan Allah adalah orang kafir." Wallahu a'lam.


 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo