Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 183: Manfaat Sebenarnya Puasa Ramadhan

Sab, 25 Februari 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 183: Manfaat Sebenarnya Puasa Ramadhan

Ilustrasi: Puasa (NU Online)

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, sababun nuzul dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Baqarah ayat 183: 
 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ 

 

Yā ayyuhalladzīna āmanū kutiba ‘alaikumush-shiyāmu kamā kutiba ‘alalladzīna ming qablikum la‘allakum tattaqūn. 
 

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.”
 

 

Sabab Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 183

Syekh Muhammad Ali As-Shabuni dalam tafsirnya menyebutkan riwayat sabab nuzul Al-Baqarah ayat 183:
 

روى ابن جرير عن معاذ بن جبل رضي الله عنه أنه قال: إن رسول الله (ص) قدم المدينة فصام يوم عاشوراء وثلاثة أيام من كل شهر. ثم إن الله عز وجل فرض شهر رمضان، فأنزل الله تعالى ذكره يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ، حتى بلغ: وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ. فكان من شاء صام ومن شاء أفطر وأطعم مسكينا. ثم إن الله عز وجل أوجب الصيام على الصحيح المقيم وثبت الإطعام للكبير الذي لا يستطيع الصوم. فأنزل الله عز وجل: فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ


Artinya, “Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muadz bin Jabal ra, ia berkata: “Ketika Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, ia puasa pada hari Asyura dan tiga hari setiap bulannya. Kemudian Allah mewajibkan puasa bulan Ramadhan dan menurunkan ayat: Yā ayyuhalladzīna āmanū kutiba ‘alaikumush-shiyāmu, hingga wa ‘alalladzīna yuthīqūnahū fidyatun tha‘āmu miskīn. Pada saat itu  orang-orang (diperbolehkan untuk memilih) berpuasa atau berbuka dan memberi makan orang miskin. Setelahnya Allah mewajibkan puasa kepada tiap orang yang sehat dan mukim dan tetap (berkewajiban) memberi makan orang miskin bagi orang tua yang tidak mampu berpuasa dengan menurunkan ayat: fa man syahida mingkumusy-syahra falyashum-h. (Muhammad Ali As-Shabuni, Rawai’ul Bayan, [Beirut, Muassasah Manahilul Irfan: 1980 M/ 1400 H], juz I, halaman 193).
 

 

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 183

Ayat 183 surat Al-Baqarah ini merupakan ayat permulaan diwajibkannya puasa bulan Ramadhan. Mulanya umat Islam hanya diberi kewajiban berpuasa tiga hari dalam setiap bulannya. Sebelum kemudian digantikan dengan kewajiban puasa Ramadhan.
 

Kewajiban puasa sudah ada pada umat-umat sebelumnya. Imam Al-Alusi menjelaskan bahwa melihat dari lahiriah ayat, kemungkinan kewajiban puasa sudah ada dari semenjak zaman Nabi Adam. Ia juga menyebutkan riwayat yang menjelaskan kemungkinan maksud dari umat sebelumnya dalam ayat di atas ialah ahli kitab (Yahudi) ataupun umat Nasrani. 
 

Imam Al-Alusi menjelaskan bahwa penyebutan “umat terdahulu” pada ayat di atas merupakan penguat hukum, motivasi, sekaligus penyejuk bagi hati orang-orang yang dititahkan berpuasa. Sebab ketika suatu perintah sulit bersifat menyeluruh maka akan terasa nikmat. 
 

وفيه تأكيد للحكم وترغيب فيه وتطييب لأنفس المخاطبين فيه فإن الأمور الشاقة إذا عمت طابت
 

Artinya, “Ayat di atas mengandung penguat hukum, motivasi, juga penyejuk bagi orang-orang yang diberi perintah sebab hal-hal yang payah jika bersifat menyeluruh maka akan baik (ringan).” (Mahmud Al-Alusi, Ruhul Ma’ani, [Beirut, Daru Ihyaut Turats Al-Arabi], juz II, halaman 56).
 

Selain itu, ibadah puasa Ramadhan dimaksudkan untuk melatih dan menguji umat Islam dalam mengikuti perintah Allah. Hanya orang-orang beriman yang dapat melaksanakannya dengan khidmat dan ikhlas. Di awal ayat perintah Allah menggunakan kata “orang-orang beriman”. Hal ini​​​​​​maksudkan agar mereka yang memiliki iman di dalam hati tersentuh dan tergerak untuk mengerjakannya.
 

Karenanya, Ibnu Katsir dalam tafsirnya juga menjelaskan bahwa perintah puasa yang dimaksud ayat di atas bukan hanya sekedar perintah menahan diri dari makan, minum dan jimak semata. Melainkan harus didasari dengan niat karena Allah, membersihkan jiwa dan raga dari amal-amal buruk dan tercela, selain juga sebagai cara untuk mempersempit gerak setan dalam menggoda manusia. 
 

Karena dalam ayat Allah menyebutkan bahwa kewajiban berpuasa sudah ada pada umat sebelumnya, maka selayaknya umat Islam lebih bersungguh-sungguh menunaikannya dan menyempurnakannya menjadi lebih baik daripada umat sebelumnya. (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Riyadh, Dar Thayyibah lin Nasyri wa Tauzi’: 1999 M/ 1420 H], juz I, halaman 497).
 

Kemudian terkait makna takwa pada ayat di atas, Syekh Nawawi Al-Bantani menjelaskan ada dua kemungkinan. Ia menjelaskan:
 

أي تتقون الله بصومكم وترككم للشهوات. فالرغبة فى المطعوم والمنكوح أشد من الرغبة فى غيرهما والإتقاء عنهما أشق. فإذا سهل عليكم اتقاء الله بتركهما كان اتقاء الله بترك غيرهما أسهل وأخف. أو المعنى لعلكم تتقون ترك المحافظة على الصوم بسبب عظم درجاته
 

Artinya, “(Maksudnya ialah) kalian bertakwa kepada Allah dengan puasa dan meninggalkan syahwat dikarenakan keinginan terhadap makanan dan nikah (jimak) lebih berat daripada keinginan yang lainnya, dan menjaga diri dari keduanya lebih sulit. Jika mudah bagi kalian bertakwa kepada Allah dengan meninggalkan keduanya, maka bertakwa kepada Allah dengan meninggalkan selain keduanya akan lebih mudah dan ringan. Atau maknanya ialah supaya kalian bertakwa dengan tidak meninggalkan menjaga puasa sebab agungnya derajat puasa. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma’alimit Tanzil, [Beirut, Darul Fikr], juz II, halaman 42). Wallahu a'lam.


 


Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.