Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 26

Jum, 16 Oktober 2020 | 11:45 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 26

Kitab Tafsir Ma‘alimut Tanzil karya Imam Al-Baghowi menyebutkan bahwa Surat Al-Baqarah ayat 26 turun ketika Allah mengangkat lalat dan laba-laba sebagai perumpamaan sebagaimana tertera pada Surat Al-Hajj ayat 73 dan Surat Al-Ankabut ayat 41.

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 26:


إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ


Innallāha lā yastahyī an yadhriba matsalan mā ba‘ūdhatan fa mā fawqahā. Fa ammal ladzīna āmanū fa ya‘lamūna annahul haqqu min rabbihim. Wa ammal ladzīna kafarū fa yaqūlūna mādzā arādallāhu bi hādzā matsalan. Yudhillu bihī katsīran wa yahdī bihī katsīran. Wa mā yudhillu bihī illal fāsiqīn.


Artinya, "Sungguh Allah tidak enggan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka. Sedangkan mereka yang kafir mengatakan, ‘Apakah maksud Allah menjadikan ini sebagai perumpamaan?’ Dengan perumpamaan itu banyak orang disesatkan Allah. Dengan itu pula banyak orang diberi petunjuk oleh-Nya. Tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik." (Surat Al-Baqarah ayat 26).


Ragam Tafsir

Tafsir Jalalain menyebutkan bahwa Allah tidak segan mengangkat nyamuk sebagai perumpamaan, atau bahkan yang lebih kecil dari nyamuk. Allah tidak malu mengangkat nyamuk sebagai perumpamaan karena di dalamnya terdapat hikmah. Kalau orang yang beriman meyakini kebenaran perumpamaan itu dari Allah, orang-orang yang kafir mempertanyakan dengan ingkar manfaat dan urgensi perumpamaan tersebut. Sedangkan orang fasik yang disesatkan oleh perumpamaan Allah itu adalah orang yang keluar dari ketaatan terhadap Allah.


Kitab Tafsir Ma‘alimut Tanzil karya Imam Al-Baghowi menyebutkan bahwa Surat Al-Baqarah ayat 26 turun ketika Allah mengangkat lalat dan laba-laba sebagai perumpamaan sebagaimana tertera pada Surat Al-Hajj ayat 73 dan Surat Al-Ankabut ayat 41. Merespons dua hewan tersebut, umat Yahudi di Madinah meremehkannya, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan hina seperti ini?”


Sebagian ahli tafsir mengatakan, mereka yang merespons hewan yang dicontohkan Allah adalah kaum musyrikin Makkah. Mereka mengatakan, “Kami tidak adakan menyembah tuhan yang menyebut hewan-hewan itu sebagai perumpamaan.” Allah kemudian menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 26. Ia tidak enggan membuat contoh demikian. Ia juga tidak malu atas contoh tersebut.


Kata “yudhillu, al-idhlāl” atau penyesatan adalah pengalihan dari yang hak kepada kebatilan. Ada ulama tafsir yang mengartikannya sebagai kebinasaan dengan contoh “dhallal mā’u fil laban” atau air itu binasa di dalam susu. Sedangkan orang fasik di sini adalah orang yang kafir. Asal kata fasik adalah keluar.


Tafsir Ibnu Katsir mengutip tafsir As-Suddi dari sahabat Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas’ud, dan sejumlah sahabat lainnya bahwa ketika Allah membuat dua perumpamaan orang munafik pada Surat Al-Baqarah ayat 17 dan ayat 19, orang-orang munafik menjawab, “Allah lebih tinggi dan lebih mulia dari sekadar membuat contoh seperti itu.” Allah kemudian menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 26 dan ayat 27.


Tafsir Ibnu Katsir juga mengutip Qatadah bahwa ketika Allah menyebut laba-laba dan lalat, orang-orang musyrik mengatakan, “Mengapa keduanya disebut-sebut?” Allah kemudian menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 26.


Dari Qatadah juga Ibnu Katsir menyebutkan, Allah tidak malu terhadap kebenaran meski harus menyebutkan apapun sebagai perumpamaan, kecil atau besar. Ketika Allah menyebut lalat dan laba-laba dalam kitab-Nya, orang-orang yang sesat mengatakan, “Apa maksud Allah menyebutkan hewan-hewan demikian?” Allah kemudian menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 26.


Ibnu Katsir juga mengutip Qatadah bahwa orang yang beriman meyakini bahwa perumpamaan itu adalah kalam ilahi yang bersifat rahman dan ia datang dari sisi-Nya.


Sebagian ulama tafsir, kata Ibnu Katsir, mengatakan bahwa orang-orang yang fasik pada Surat Al-Baqarah ayat 26 ini adalah kelompok Khawarij yang membangkang terhadap Sayyidina Ali RA. Meskipun tidak ada ketika ayat ini diturunkan, kelompok Khawarij termasuk ke dalam kelompok yang memiliki sifat orang-orang fasik karena kelompok Khawarij juga keluar dari ketaatan terhadap pemerintah yang sah dan pelaksanaan syariat Islam.


Orang-orang yang fasik, kata Ibnu Katsir, mencakup orang kafir dan ahli maksiat. Tetapi kefasikan orang kafir lebih tinggi dan lebih keji. Adapun orang-orang fasik yang dimaksud dalam Surat Al-Baqarah ayat 26 ini adalah orang kafir. Wallahu a‘lam. (Alhafiz Kurniawan)