Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 28

Sab, 17 Oktober 2020 | 13:45 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 28

Surat Al-Baqarah ayat 28, kata Tafsir Jalalain, mengandung pertanyaan ketakjukan atas keingkaran mereka di tengah kejelasan bukti kuasa Allah yang terang benderang.

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 28:


كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ


Kayfa takfurūna billāhi wa kuntum amwātan fa ahyākum tsumma yumītukum tsumma yuhyīkum tsumma ilaihi turja‘ūna.


Artinya, “Bagaimana kalian dapat mengingkari Allah. Sedangkan kalian sebelumnya tidak ada, kemudian Allah menghidupkan kalian, lalu Dia mematikan kalian, selanjutnya Dia menghidupkan kalian kembali, kemudian kepada-Nya kalian dikembalikan.” (Surat Al-Baqarah ayat 28).


Ragam Tafsir

Tafsir Jalalain menyebutkan, Surat Al-Baqarah ayat 28 ditujukan kepada penduduk musyrik Makkah. “Sedangkan kalian sebelumnya tidak ada), yaitu masih dalam bentuk nuthfah di tulang sulbi. “Kemudian Allah menghidupkan kalian) di dalam rahim dan dunia dengan peniupan roh di dalam dirimu.


“(Lalu Dia mematikan kalian) saat ajal tiba. (Selanjutnya Dia menghidupkan kalian kembali) dalam kebangkitan. (Kemudian kepada-Nya kalian dikembalikan) setelah dibangkitkan untuk dibalas semua amal masing-masing orang."


Surat Al-Baqarah ayat 28, kata Tafsir Jalalain, mengandung pertanyaan ketakjukan atas keingkaran mereka di tengah kejelasan bukti kuasa Allah yang terang benderang. Tetapi pertanyaan ini dapat bermakna celaan. Surat Al-Baqarah ayat 28 sekaligus dalil atas kebangkitan yang mereka ingkari.


Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang terkenal menyebutkan, Surat Al-Baqarah ayat 28 menunjukkan eksistensi dan kuasa Allah. Dialah Allah yang menciptakan dan mengatur makhluk-Nya.


Pertanyaannya kemudian, bagaimana orang-orang kafir dapat mengingkari eksistensi Allah atau menyekutukan-Nya dalam penyembahan? Padahal awalnya mereka tidak ada, lalu Allah mengeluarkan mereka ke alam wujud sebagaimana keterangan Surat At-Thur ayat 35-36, Surat Al-Insan ayat 1, dan banyak ayat serupa.


Imam Sufyan Ats-Tsauri dari sahabat Ibnu Mas’ud RA mengatakan bahwa kandungan Surat Ghafir ayat 11 terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 28.  Ibnu Juraij dari sahabat Ibnu Abbas RA mengatakan, “Kalian awalnya belum hidup di sulbi bapak kalian. Kalian bukan apa-apa sampai Allah menciptakan kalian. Kemudian Dia mematikan kamu dalam arti meninggal dunia. Lalu Dia menghidupkan kalian kembali saat kalian dibangkitkan. Surat Al-Baqarah ayat 28 mengandung amanah serupa Surat Ghafir ayat 11, ‘Rabbanā, amattanats nataini, wa ahyaitanats nataini.’”


Dari Ad-Dhahhak, Ibnu Abbas menafsirkan Surat Ghafir ayat 11, “Kalian dulunya tanah sebelum diciptakan oleh Allah. Itu artinya kematian. Kemudian Allah menghidupkan kalian, yaitu menciptakan kalian. Itu artinya kehidupan. Lalu Allah matikan kalian. Kalian dikembalikan ke alam kubur. Ini berarti kematian berbeda. Selanjutnya Allah membangkitkan kalian pada hari kiamat. Ini berarti kehidupan yang berbeda lagi. Ini yang dimaksud dengan dua kematian dan dua kehidupan sebagaimana Surat Al-Baqarah ayat 28.”


At-Tsauri dari Abu Shalih, kata Ibnu Katsir, mengatakan, Allah menghidupkan kalian di kubur, lalu mematikan kalian.


Ibnu Jarir dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan, Allah menciptakan manusia di punggung Nabi Adam AS, kemudian membuat perjanjian keimanan dengan mereka. Allah selanjutnya mematikan mereka, lalu menghidupkan mereka kembali di dalam rahim. Berikutnya Dia mematikan mereka, lalu kembali menghidupkan mereka pada hari kiamat. Surat Al-Baqarah ayat 28 ini memiliki kandungan serupa dengan Surat Ghafir ayat 11.


Semua pendapat itu, kata Ibnu Katsir, adalah pandangan yang gharib kecuali pendapat Ibnu Abbas RA, Ibnu Mas’ud RA, dan sekelompok ulama dari kalangan tabi’in. Surat Al-Baqarah ayat 28 ini memiliki kandungan serupa dengan Surat Al-Jatsiyah ayat 26. Adapun kondisi sebelum penciptaan disebut kematian karena keduanya memiliki kesamaan dalam hal disfungsi pancaindra sebagaimana keterangan Surat An-Nahl ayat 21 dan Yasin ayat 33.


Imam Al-Baghowi dalam Tafsir Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil menerangkan ketakjuban pada keingkaran mereka setelah bukti dan argumentasi demikian jelas. Imam Al-Baidhawi dalam Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil juga menyebutkan keanehan atas kekufuran mereka, keburukan perkataan, dan kerusakan perilaku mereka di tengah kesadaran mereka atas kondisi mereka sebagai manusia.


Surat Al-Baqarah ayat 28 seolah mengatakan, “Kabarkan kepada-Ku dalam kondisi apa kalian bisa menjadi ingkar begitu? Betapa ajaibnya kekufuran kalian di tengah keinsafan atas fase-fase perjalanan hidup kalian?” ayat ini mengingatkan bahwa Allah yang kuasa menciptakan manusia pada awalnya juga berkuasa untuk menghidupkan kembali kalian sebagaimana mulanya. Wallahu a‘lam. (Alhafiz Kurniawan)