Tafsir

Tafsir Surat Al-Fil Ayat 1-5: Sejarah Hancurnya Tentara Gajah

Selasa, 3 Desember 2024 | 10:00 WIB

Tafsir Surat Al-Fil Ayat 1-5: Sejarah Hancurnya Tentara Gajah

Ilustrasi gajah. (Foto: NU Online/Freepik)

Surat Al-Fiil adalah surat ke-105 dalam urutan mushaf Al-Qur'an yang terdiri dari lima ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah. Surat ini mengambil nama dari kata "al-fil" yang berarti gajah, merujuk pada peristiwa penting yang terjadi pada tahun ketika Nabi Muhammad dilahirkan, yang dikenal dengan Tahun Gajah. 

 

Surat ini menceritakan tentang sejarah tentara bergajah yang dipimpim oleh Abrahah dan ingin menghancurkan ka’bah. Tetapi dihalangi oleh Allah SWT dengan mengirim burung burung yang membawa batu yang dibakar, sehingga mereka menjadi seperti daun-daun yang dimakan ulat.

 

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Fil Ayat 1-5:

 

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحابِ الْفِيلِ (١) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (٢) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبابِيلَ (٣) تَرْمِيهِمْ بِحِجارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (٤) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (٥

 

a lam tara kaifa fa‘ala rabbuka bi'ash-ḫâbil-fîl [1] a lam yaj‘al kaidahum fî tadllîl [2] wa arsala ‘alaihim thairan abâbîl [3] tarmîhim biḫijâratim min sijjîl [4] fa ja‘alahum ka‘ashfim ma'kûl [5]

 

Artinya: “Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?[1]. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? [2]. Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, [3]. yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, [4]. sehingga Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).[5]

 

Sababun Nuzul, Keutamaan dan Munasabah

Imam Suyuti dalam kitab Ad-Durrul Mantsur memaparkan banyak sekali riwayat terkait sebab turunnya Surat Al-Fiil, di antaranya adalah sebagai berikut:

 

أخرج عبد بن حميد وَابْن الْمُنْذر وَابْن مرْدَوَيْه وَأَبُو نعيم وَالْبَيْهَقِيّ مَعًا فِي الدَّلَائِل عَن ابْن عَبَّاس قَالَ: جَاءَ أَصْحَاب الْفِيل حَتَّى نزلُوا الصفاح فَأَتَاهُم عبد الْمطلب فَقَالَ: إِن هَذَا بَيت الله لم يُسَلط عَلَيْهِ أحد

 

قَالُوا: لَا نرْجِع حَتَّى نهدمه وَكَانُوا لَا يقدمُونَ فيلهم إِلَّا تَأَخّر فَدَعَا الله الطير الأبابيل فَأَعْطَاهَا حِجَارَة سُودًا عَلَيْهِم الطين فَلَمَّا حاذتهم رَمَتْهُمْ فَمَا بَقِي مِنْهُ أحد إِلَّا أَخَذته الحكة فَكَانَ لَا يحك إِنْسَان مِنْهُم جلده إِلَّا تساقط لَحْمه 

 

Artinya: "Abdu bin Hamid, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Mardawaih, Abu Na’im, dan al-Baihaqi meriwayatkan secara bersamaan dalam dalail (bukti) dari Ibnu Abbas. Ia mengatakan: 'Ketika pasukan gajah tiba dan mendirikan kemah di kawasan yang bernama As-Safah, Abdullah bin Abdul Muttalib datang kepada mereka dan berkata: 'Ini adalah rumah Allah yang tidak pernah dikuasai oleh siapapun. Mereka menjawab: 'Kami tidak akan kembali sampai kami menghancurkannya. Mereka saat itu tidak menggerakkan gajah mereka kecuali setelah mundur. Maka Abdullah bin Abdul Muttalib berdoa kepada Allah, dan Allah mengirimkan burung-burung Ababil yang diberi batu-batu hitam yang terbuat dari tanah liat. Ketika burung-burung itu mendekati mereka, mereka melemparkan batu-batu itu kepada mereka, sehingga tidak tersisa seorang pun dari mereka melainkan mereka terkena penyakit gatal. Tiada seorang pun dari mereka yang menggaruk kulitnya kecuali dagingnya terjatuh." (Imam Suyuti, Ad-Durrul Mantsur,[Beirut:Darul Fikr] Jilid VII, Halaman 631)

 

Terkait keutamaan Surat Al-Fil, Imam Az-Zamakhsari menuturkan keutamaan membaca surat ini dari riwayat Ibnu Marduwaih, At-Tsa’labi, dan Al-Wahidi, ia mengungkapkan: 

 

مَـنْ قَرَأَ سُورَةَ الْفِيلِ أَعْفَاهُ اللَّهُ أَيَّامَ حَيَاتِهِ مِنَ الْخَسْفِ وَالْمَسْخِ

 

Artinya: “Barang siapa membaca Surat Al-Fiil maka selama hidupnya Allah akan mengampuninya dari azab bumi dan pemindahan bentuk (menjadi bentuk lain)”.( Imam Az-Zamakhsari, Al-Kasyaf  ‘an Haqaiq Ghawamidhit Tanzil, [Beirut, Darul Kitab Al-‘Arabi: 1407 H], jilid IV,797).

 

Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan, dinamakan Al-Fiil karena permulaan surat ini menyebutkan sejarah tentara gajah. Syekh Wahbah juga menjelaskan munasabah atau korelasi antara Surat Al-Fiil dengan surat sebelumnya (Surat Al-Humazah). Menurutnya, dalam Surat Al-Humazah Allah menyebutkan sifat pengumpat dan pencela yang mengumpulkan harta dan merasa bangga dengan kekayaannya, Allah kemudian menegaskan bahwa harta tidak dapat memberikan manfaat apapun di sisinya. Kemudian, dalam Surat Al-Fil, Allah menyampaikan buktinya dengan menceritakan sejarah pemilik-pemilik gajah yang memiliki kekuatan yang lebih besar, jumlah yang lebih banyak, dan kedurhakaan yang lebih hebat dibanding mereka. Namun, Allah menghancurkan mereka dengan burung-burung kecil dan lemah, sehingga harta, jumlah, maupun kekuatan mereka sama sekali tidak memberi manfaat. (Syekh Wahbah Zuhaili, At-Tafsirul Munir,[Damaskus: Dar Fikr, 1411 H] Jilid XXX, hal. 403).

 

Hancurnya Pasukan Bergajah

Syekh Wahbah Zuhaili menceritakan ringkasan sejarah hancurnya ashabul fil atau pasukan bergajah yang beliau kutip dari Ibnu Hisyam, sebagai berikut:

 

Di Yaman, ada seorang pemimpin yang bernama Abrahah bin Ashram al-Ashram, yang diutus oleh raja Habasyah, Ashamah an-Najasyi. Abrahah membangun gereja besar bernama "Al-Qullais" untuk menarik orang-orang Arab berziarah. Namun, setelah gereja itu dikotori oleh seorang laki-laki dari Bani Kinanah, Abrahah marah dan bersumpah akan menghancurkan Ka'bah sebagai balasan. Ia juga ingin menaklukkan Makkah untuk memperluas wilayah kekristenan.

 

Abrahah mengumpulkan pasukan besar yang mengendarai banyak gajah, dan berangkat menuju Makkah. Ketika tiba di dekat Makkah, ia mengirimkan pesan kepada penduduk Makkah bahwa dia tidak ingin berperang, melainkan hanya menghancurkan Ka'bah. Penduduk Makkah merasa ketakutan, tetapi mereka sadar tidak bisa melawan Abrahah. Saat Abrahah mendekati Makkah, dia merampok harta benda suku Arab, termasuk unta milik Abdul Muttalib (kakek Nabi Muhammad) sebanyak dua ratus ekor. Abdul Muttalib menanggapi dengan bijak bahwa mereka tidak ingin berperang dan percaya bahwa Allah pasti akan melindungi Ka'bah.

 

Abdul Muttalib diundang oleh Abrahah untuk berdialog. Saat bertemu, Abdul Muttalib hanya meminta untuk mengembalikan unta-untanya, bukan membicarakan Ka'bah. Meski Abrahah menganggap dirinya bisa menghancurkan Ka'bah, Abdul Muttalib percaya bahwa rumah Allah akan dilindungi.

 

Setelah pertemuan itu, Abrahah memimpin pasukannya ke Ka'bah dengan gajah besar bernama "Mahmud". Anehnya, saat gajah itu diarahkan ke Ka'bah, ia tidak mau bergerak. Suatu hari, saat Abdul Muttalib berdoa, ia melihat sekawanan burung aneh yang datang membawa batu-batu. Burung-burung tersebut melemparkan batu ke arah Abrahah dan pasukannya, yang menyebabkan banyak dari mereka tewas.

 

Akhirnya, pasukan Abrahah hancur dan mereka melarikan diri ke Yaman. Abrahah sendiri terluka parah dan akhirnya mati dengan cara yang sangat buruk. Kekalahan tersebut membuat orang Arab semakin mengagungkan Ka'bah dan Quraisy. Peristiwa ini terjadi tahun 570 M, yang dikenal sebagai Tahun Gajah, dan menjadi salah satu tanda awal untuk kelahiran Nabi Muhammad. Allah ingin mengagungkan Ka'bah dan mempersiapkan bangsa Arab untuk menerima Islam. (Az-Zuhaili,XXX/404-406).

 

Tafsir Surat Al-Fil

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, frasa alam tara bermakna alam tukhbar (apakah engkau belum diberi kabar). Ada yang mengatkan maknanya yaitu alam ta’lam (apakah engkau tidak mengetahui). Ibnu Abbas berkata: maknanya yaitu alam tasma’ (apakah engkau tidak mendengarkan), lafaz ini berbentuk istifham tetapi bermakna taqrir (menetapkan). Khitab ayat ini untuk Nabi Muhammad tetapi bersifat ‘amm (umum), maka maknanya ialah alam tara wa ma fa'altu bi as-hab al-fil. (Imam Al-Qurthubi, Al-Jami’ Lil Ahkamil Qur’an,[Kairo:Darul Kutub Al-Misriyah,1384 H], Jilid XX, Halaman 187).

 

Pada ayat kedua, yaitu alam yaj‘al kaidahum fī tadhlîl, Imam Al-Baghawi menafsirkan lafaz kaidahum dengan tipu muslihat dan usaha mereka untuk merusak Ka'bah. kemudian untuk lafaz fī tadhlîl, dari apa yang mereka kehendaki, dan Allah membuat tipu daya mereka itu menjadi sia-sia sehingga mereka tidak sampai ke Ka'bah dan tidak mencapai apa yang mereka inginkan dengan tipu daya mereka. (Imam Al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil Fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim,[Darul Thayyibah Lin Nasyri Wa Tauzi’, 1417 H], Jilid VIII, Halaman 540).

 

Kemudian ayat ketiga, Imam Al-Qurthubi memaparkan berbagai riwayat tentang makna dari thairan abâbîl yaitu diantaranya perkataan Said bin Jubair, Burung Ababil  ialah burung yang tidak pernah terlihat sebelumnya, dan tidak ada yang serupa dengannya setelah itu. Ada juga riwayat Juwairun dari Ad-Dhahak dari Ibnu Abbas, yaitu:

 

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: إِنَّهَا طَيْرٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ تُعَشِّشُ وَتُفَرِّخُ

 

Artinya: “Saya mendengar Rasulullah berkata: 'Sesungguhnya (burung) itu adalah burung yang berada di antara langit dan bumi, membuat sarang dan bertelur.”

 

Dari berbagai riwayat dan penjelasan yang dipaparkan Imam Al-Qurthubi dalam kitabnya menunjukan bahwa, Burung Ababil adalah burung yang dianggap belum pernah terlihat sebelumnya. Ciri-cirinya meliputi paruh seperti burung, cakar menyerupai cakar anjing, dan variasi warna seperti hijau, putih, merah, dan hitam. Para sahabat dan ulama memiliki berbagai pendapat mengenai makna Ababil, yang bisa berarti burung yang berkumpul atau bertebaran dari berbagai arah. Burung ini juga terkait dengan mitos dan perumpamaan, serta dipercaya memiliki sifat-sifat unik dan tidak ada lagi setelah kemunculannya.(Al-Qurthubi,XX/197).

 

Pada ayat keempat yaitu tarmiihim bihijaratim, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud menggambarkan kejadian di mana burung-burung melemparkan batu kepada musuh. Allah mengirim angin yang membuat batu-batu itu lebih kuat saat jatuh. Tak satu pun batu yang mengenai orang tanpa keluar dari sisi lain tubuhnya, bahkan jika batu itu jatuh di kepala, maka akan keluar dari belakang. (Al-Baghawi,VII/541)

 

Ayat kelima, faja’alahum ka’asfin, Imam Al-baghawi menjelaskan bahwa Allah menjadikan mereka seperti rumput yang dimakan. Seperti tanaman dan jerami yang dimakan oleh hewan ternak, lalu menjadi kering dan terpecah bahagiannya. Ini menggambarkan hancurnya tubuh mereka seperti terpecahnya bagian-bagian kotoran. (Al-Baghawi,VII/541).

 

Hikmah dan Pesan dalam Surat Al-Fil

Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan banyak sekali hikmah dan pesan yang dapat diambil dari Surat Al-Fil, diantaranya sebagi berikut:

 
  1. Peristiwa ini menunjukkan kekuasaan Allah, ilmu serta hikmah-Nya dan menunjukkan kemuliaan Nabi Muhammad karena mendahulukan mujizat sebelum waktu diutusnya menjadi nabi, sebagai pondasi kenabian dan tanda-tanda awalnya.
  2. Kisah ini menunjukkan bahwa Allah memuliakan  Ka’bah, dan memberi nikmat kaum Quraisy dengan mengusir musuh.
  3. Perumpamaan tentang kehancuran mereka setelah diserang burung yang melempar batu menggambarkan betapa hina dan rendahnya kekufuran mereka di hadapan Allah. Mereka digambarkan seperti daun kering atau jerami yang diterbangkan oleh angin dan menjadi kotoran, yang menunjukkan total kepunahan mereka. Allah ingin menunjukkan bahwa kematian mereka mirip dengan pemisahan bagian-bagian kotoran.(Az-Zuhaili,XXX/409-410).
 

Dengan demikian, sejarah hancurnya tentara bergajah mengandung banyak pelajaran berharga, terutama mengenai konsekuensi keangkuhan dan niat jahat. Peristiwa ini menunjukkan bahwa pertolongan Allah dapat datang dengan cara yang tak terduga untuk melindungi kebenaran. Selain itu, surat ini menekankan pentingnya menjaga iman serta menjalankan hak-hak Allah dan hak-hak sesama manusia. Waallahu a’lam.

 

Achmad Khoirudin, Mahasantri Ma'had Aly Al-iman Bulus Purworejo