Tafsir

Tafsir Surat Al-Qadr Ayat 4: Malaikat pun Perlu Izin Dahulu untuk Bertemu Manusia di Bumi

Rab, 21 Desember 2022 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Qadr Ayat 4: Malaikat pun Perlu Izin Dahulu untuk Bertemu Manusia di Bumi

Tafsir Surat Al-Qadr ayat 4.

Tafsir Al-Qadr Ayat 4: Malaikat pun Perlu Izin untuk Bertemu Manusia di Bumi



Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Qadr Ayat 4:



تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ

 


Tanazzalul-malā`ikatu war-rụḥu fīhā bi`iżni rabbihim, ming kulli amr.



Artinya: "(4) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.”


 

Ragam Tafsir Surat Al-Qadr Ayat 4

Ayat 4 surat al-Qadr menjelaskan aspek kedua keutamaan dan keagungan malam Lailatul Qadr yang dijelaskan Allah dalam surat Al-Qadr.

 



Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H) menjelaskan ayat keempat ini: "Banyaknya malaikat yang turun pada malam Lailatul Qadr, karena banyak barakahnya. Turunnya malaikat bersamaan dengan turunnya barakah dan rahmat, seperti turunnya malaikat saat pembacaan Al-Qur'an. Mereka mengepung halaqah orang-orang yang sedang berdzikir. Mereka meletakkan sayap-sayapnya kepada para pencari ilmu dengan bersungguh-sungguh sebagai penghormatan kepadanya." 


 


Adapun kata "ar-ruh" maksudnya ialah malaikat Jibril. Kata ini dalam istilah ilmu nahwu dikenal dengan athaf khos ala am, yakni peng'athafan kata khas (Malaikat Jibril) pada kata 'amm (para malaikat). Ada pendapat yang menyatakan bahwa "ar-ruh" adalah macam malaikat. (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, [Beirut, Darul Kitab Al-'Ilmiyah: 1419 H], juz XIII halaman 427).


 


Imam Al-Qurthubi (wafat 671 H) menafsirkan ayat "tanazzalul-malā`ikatu": yakni Malaikat dari seluruh langit dan Sidratil Muntaha turun. Mereka semua turun ke bumi dan mengaminkan doa-doa manusia yang sedang dipanjatkan sampai terbitnya fajar. (Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsirul Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 133).


 


Imam Fakhruddin Ar-Razi (wafat 606 H) mengatakan dalam tafsirnya:


 


وَأَمَّا هَذِهِ الْآيَةُ وَهُوَ قَوْلُهُ: بِإِذْنِ رَبِّهِمْ فَإِنَّهَا تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُمُ اسْتَأْذَنُوا أَوَّلًا فَأُذِنُوا، وَذَلِكَ يَدُلُّ عَلَى غَايَةِ الْمَحَبَّةِ، لِأَنَّهُمْ كَانُوا يَرْغَبُونَ إِلَيْنَا وَيَتَمَنَّوْنَ لِقَاءَنَا لَكِنْ كَانُوا يَنْتَظِرُونَ الْإِذْنَ

 



Artinya, "Ayat "bi`iżni rabbihim", menunjukan bahwa para malaikat meminta izin terlebih dahulu, kemudian mereka diizinkan. Hal ini menujukan Malaikat sangat mencintai kita, karena mereka berkeinginan dan mengharapkan untuk berjumpa dengan kita namun mereka menunggu diberi izin oleh Allah dahulu." (Fahruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Ihya’: 1420 H], juz XXXII, halaman 233).


 


Syekh Wahbab Az-Zuhaili (wafat 2015) mengatakan, faidah turunnya Malaikat pada malam Lailatul Qadr sebagai berikut:


 


ومن فوائد نزول الملائكة: أنهم يرون في الأرض من أنواع الطاعات ما لم يروه في سكان السموات، ويسمعون أنين العصاة الذي هو أحب إلى اللَّه من زجل المسبّحين، فيقولون: تعالوا نسمع صوتا هو أحب إلى ربنا من تسبيحنا. ولعل للطاعة في الأرض خاصية في هذه الليلة، فالملائكة أيضا يطلبونها طمعا في مزيد الثواب، كما أن الرجل يذهب إلى مكة لتصير طاعاته هناك أكثر ثوابا


 


Artinya, "Di antara faidah turunnya malaikat adalah meraka melihat macam-macam ketaatan di bumi yang belum pernah mereka lihat dilakukan oleh para penduduk langit. Mereka mendengar rintihan para pendosa, yang itu lebih disukai oleh Allah ketimbang suara orang-orang bertasbih. Bisa jadi, malam Lailatul Qadr ini adalah ketaatan bagi malaikat secara khusus di bumi. Para Malaikat juga mencari ketaatan itu dengan harapan bertambahnya pahala, seperti halnya seseorang pergi ke Makah supaya ketaatan di sana mendapatkan pahala lebih besar." (Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, At-Tafsir Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 335).


 

Syekh Ali As-Shabuni (wafat 2021) menafsirkan ayat 4 ini: para Malaikat dan Jibril turun ke bumi di malam tersebut dengan membawa urusan Tuhan yang telah dipastikan dan ditetapkan untuk manusia dari malam tersebut sampai tahun berikutnya." (Muhammad Ali As-Shabuni, Shafwatut Tafasir, [Kairo, Darus Shabuni: 1997 M/1417 H], juz III, halaman 558).


 


Walhasil, terkait malam Lailatul Qadr, turunnya Malaikat dan sebagainya wajib diimani tanpa perlu untuk membahas terlalu detail dan rinci, sebagaimana dikatakan oleh Syekh Mustafa al-Maraghi:
 

 

ونزول الملائكة إلى الأرض شأن من شئونه تعالى، لا نبحث عن كيفيته، فنحن نؤمن به دون أن نحاول معرفة تفاصيله وأسراره، فما عرف العالم بعد علمه المادي بشتى وسائله إلا النذر اليسير من الأكوان كما قال تعالى: وَما أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا. (الإسراء: 85)


 


Artinya, "Turunnya malaikat ke bumi adalah satu perihal dari urusan Allah. Tidak perlu kita menyelidiki bagaimana caranya, mengetahuinya secara perinci dan apa rahasianya. Kita cukup beriman saja dengannya. Adapun yang dapat diketahui manusia tentang rahasia alam ini hanya sedikit sekali, sebagaimana diterangkan Allah dalam surat Al-Isrā’ ayat 85: "Tidaklah kalian diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit." (Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi: 1365H/1946M], jus XXX, halaman 209).


 

 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo.