Tafsir

Tafsir Surat al-Qadr Ayat 2 dan 3: Keagungan Lailatul Qadar yang Disembunyikan

Sen, 19 Desember 2022 | 05:00 WIB

Tafsir Surat al-Qadr Ayat 2 dan 3: Keagungan Lailatul Qadar yang Disembunyikan

Keagungan Lailatul Qadar yang disembunyikan

Tafsir Surat al-Qadr Ayat 2 dan 3: Keagungan Lailatul Qadar yang Disembunyikan


Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat al-Qadr ayat 2 dan 3:


وَمَآ أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ(2) لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3)


(2) Wa mā adrāka mā lailatul-qadr (3) lailatul-qadri khairum min alfi syahr.


Artinya: "(2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (3) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."

 


Ragam Tafsir Surat Al-Qadr Ayat 2 dan 3

Imam Abu Hayan al-Andalusi (wafat 745) mengatakan dalam tafsirnya bahwa ayat "wa mā adrāka mā lailatul-qadr" sebagai bentuk pengagungan malam Lailatul Qadar. Yakni, pengetahuanmu tidak akan sampai pada batas maksimal keutamaan Lailatul Qadar. Kemudian Allah menjelaskannya kepada Nabi Muhammad saw.

 


Sufyan bin Uyainah mengatakan terkait kalimat "wa mā adrāka", dimana sesungguhnya Allah telah memberi pengetahuan kepada nabinya:
 

 

قَالَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ: مَا كَانَ فِي الْقُرْآنِ وَما أَدْراكَ، فَقَدْ أَعْلَمَهُ، وَمَا قَالَ: وَمَا يُدْرِيكَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَعْلَمْهُ
 

 

Artinya, "Sufyan bin Uyainah berkata: "Huruf "ma" dalam Al-Qur'an yaitu "wa mā adrāka" yang berarti "Dan tahukah kamu?", sesungguhnya Allah telah memberitahukannya kepada Nabi Muhammad saw. Sedangkan huruf "ma" dalam ayat "wa mā yudrika" yang berarti, "Dan tahukah kamu?", sesungguhnya Allah tidak memberitahukannya kepada Nabi Muhammad saw."
 

 

Dijelaskan tentang alasan Allah menyembunyikan malam Lailatul Qadar dari hamba-hamba-Nya supaya mereka bersungguh-sungguh dalam beramal dan tidak bergantung atas keutamaannya saja, lalu melalaikan atau bermalas-malasan untuk beramal di waktu selainnya. (Abu Hayyan Muhammad al-Andalusi, al-Bahrul Muhit fit Tafsir, [Beirut, Darul Fikr: 1420 H], juz X, halaman 514). 

 


Ayat ini memberikan isyarat bahwa keagungan malam Lailatul Qadar merupakan sesuatu yang pengetahuan ulama tidak akan sampai padanya.

 


Kemudian pada ayat berikutnya, yaitu "lailatul-qadri khairum min alfi syahr", Allah menjelaskan keagungan dan kemulian Lailatul Qadar. Yakni sesungguhnya beribadah di malam itu lebih baik dibandingkan beribadah 1.000 bulan atau 83 tahun lebih 4 bulan tanpa Lailatul Qadr. (Muhammad Nawawi al-Jawi, at-Tafsîrul Munîr li Ma’âlimit Tanzîl, [Surabaya, al-Hidayah], juz II, halaman 650).

 


Imam al-Qurthubi (wafat 671 H) menafsirkan ayat ke-3 ini sebagai berikut:

 


بَيَّنَ فَضْلَهَا وَعِظَمَهَا. وَفَضِيلَةُ الزَّمَانِ إِنَّمَا تَكُونُ بِكَثْرَةٍ مَا يَقَعُ فِيهِ مِنَ الْفَضَائِلِ. وَفِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ يُقَسَّمُ الْخَيْرُ الْكَثِيرُ الَّذِي لَا يُوجَدُ مِثْلُهُ فِي أَلْفِ شَهْرٍ

 


Artinya, "Yakni, Allah menjelaskan keutamaan dan keagungan malam Lailatul Qadar. Adapun keutamaan waktu ini sesungguhnya karena banyaknya keutamaan yang diberikan di waktu ini. Di malam Lailatul Qadar dibagikan banyak kebaikan yang tidak ditemukan semisalnya dalam 1.000 bulan." 

 


Kemudian Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa mayoritas mufasir menafsirkan ayat ini dengan makna: "Yakni beramal atau beribadah di malam Lailatul Qadar lebih baik dibandingkan beramal dalam 1.000 bulan yang tidak ada Lailatul Qadarnya."

 


Abu Aliyah berpendapat: "Lailatul Qadar lebih baik dibandingkan 1.000 bulan yang tidak ada Lailatul Qadarnya." (Syamsudin al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 131).

 


Syekh Mustafa al-Maraghi (wafat 1371 H) dalam menafsirkan ayat ini mempuyai sudut pandang berbeda dengan para mufasir pada umumnya, yakni terkait alasan Lailatul Qadar lebih baik daripada 1.000 bulan. Berikut selengkapnya: 

 


لأن ليلة يسطع فيها نور الهدى وتكون فاتحة التشريع الجديد الذي أنزل لخير البشر، ويكون فيها وضع الحجر الأساسى لهذا الدين الذي هو آخر الأديان الصالح لهم فى كل زمان ومكان، هى خير من ألف شهر من شهورهم التي كانوا يتخبطون فيها فى ظلام الشرك وضلال الوثنية، حيارى لا يهتدون إلى غاية، ولا يقفون عند حد

 


Artinya: "Karena sesungguhnya malam yang cahaya petunjuk bersinar di malam itu, diturunkannya permulaan syariat baru kepada manusia terbaik dan malam tersebut merupakan peletakan batu pondasi agama terakhir yang akan selalu sesuai dengan setiap masa dan tempat, adalah malam yang lebih utama dibanding 1.000 bulan dimana mereka membabi buta dalam kegelapan syirik, kesesatan menyembah berhala, kebingungan yang tidak ada ujungnya dan tidak mengenali batasan." (Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi: 1365H/1946M], juz XXX, halaman 208).

 


Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo.