Tasawuf/Akhlak

Empat Pesan Imam Al-Ghazali untuk Para Salik

Sabtu, 18 Agustus 2018 | 04:00 WIB

Abu Hamid Imam Al-Ghazali memberikan tips untuk para salik yang sedang meniti jalan menuju ilahi. Imam Al-Ghazali berpesan empat hal kepada mereka agar mudah dan selamat selama perjalanan sampai di tujuan, yaitu Allah. Pesan ini dipandang penting mengingat banyaknya godaan dan rintangan di sepanjang perjalanan.

Empat hal yang dipesan Imam Al-Ghazali adalah
1. Akidah yang benar.
2. Tobat.
3. Bebas sangkutan dari hak anak Adam.
4. Ilmu syariat sesuai kebutuhan kewajiban.

Pesan ini disampaikan oleh Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ayyuhal Walad. Menurutnya, banyak hal yang perlu diperhatikan oleh para salik. Semua itu sudah ditulis secara rinci di karya lainnya, Ihya Ulumiddin. Tetapi empat hal ini, kata Imam Al-Ghazali, sudah memadai sebagai pegangan praktis bagi para salik.

قد وجب على السالك أربعة أمور: الأمر الأول اعتقاد صحيح لا يكون بدعة، والثاني توبة نصوح لا يرجع بعدها إلى الزلة، والثالث استرضاء الخصوم حتى لا يبقى لأحد عليك حق، والرابع تحصيل علم الشريعة قدر ما تؤدى به أوامر الله تعالى ثم من العلوم الاخرى ما تكون به النجاة

Artinya, “Seorang salik wajib memiliki empat hal. Pertama, akidah yang benar, tidak mengandung akidah bid’ah. Kedua, tobat nasuha yang tidak kembali pada kekhilafan sesudah itu. Ketiga, menyelesaikan pertikaian dengan pihak lain sehingga tidak ada hak orang lain lagi terhadap dirimu. Keempat, memahami ilmu syariat sebatas menunjang pelaksanaan perintah-perintah Allah, kemudian sejumlah ilmu lain yang menunjang keselamatan,” (Lihat Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Ayyuhal Walad, [Indonesia, Al-Haramain: tanpa catatan tahun], halaman 10).

Pada buku kecil tersebut, Imam Al-Ghazali membawa riwayat As-Syibli RA yang telah berguru kepada 400 orang guru. As-Syibli RA berkata, “Aku telah mempelajari 4000 hadits. Dari semua itu, aku memilih dan mengamalkan satu hadits, serta mengabaikan hadits lainnya. Setelah kurenungkan, aku menemukan keselamatanku pada satu hadits tersebut. Hadits itu mengandung ilmu orang-orang terdahulu dan orang yang terkemudian. Aku merasa cukup dengan satu hadits itu.”

As-Syibli RA, tulis Imam Al-Ghazali, membaca hadits Rasulullah SAW berikut ini:

وذلك أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لبعض أصحابه اعمل لدنياك بقدر مقامك فيها واعمل لآخرتك بقدر بقائك فيها واعمل لله بقدر حاجتك إليه واعمل للنار بقدر صبرك عليها

Artinya, “Dan hadits itu Rasulullah SAW berkata kepada sebagian sahabatnya, ‘Beramallah untuk duniamu sekadar lama mukimmu di dalamnya. Beramallah untuk akhiratmu sedakar lama kekalmu di dalamnya. Beramallah karena Allah sekadar banyak hajatmu kepada-Nya, dan beramallah untuk nerakamu sekadar kesabaranmu padanya,’” (Lihat Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Ayyuhal Walad, [Indonesia, Al-Haramain: tanpa catatan tahun], halaman 10-11).

Uraian Imam Al-Ghazali ini bukan anjuran untuk meninggalkan dunia ilmu pengetahuan, termasuk pelbagai macam cabang ilmu pengetahuan agama yang begitu banyak, sebagaimana tuduhan sekelompok akademisi selama ini terhadap Imam Al-Ghazali sebagai actor pemicu kemunduran peradaban Islam.

Uraian Imam Al-Ghazali ini justru memberikan tips ringan atau semacam jalan pintas yang juga tidak dapat dibilang ringan untuk diamalkan bagi para salik. Imam Al-Ghazali menyeleksi banyak hal agar aktivitas para salik menjadi fokus dan efektif.

Adapun ilmu pengetahuan dengan pelbagai macam cabangnya, Imam Al-Ghazali tidak menutup pintu sebagaimana ia pun mempelajari banyak disiplin pengetahuan. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)