Amalan yang Menjadikan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Wali Allah
Ahad, 25 Oktober 2020 | 14:15 WIB

Sayyid Bakri mengutip jalan berbeda yang dijalani Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sehingga ia mencapai maqam makrifatullah yang dicintai Allah.
Alhafiz Kurniawan
Penulis
Setiap orang memiliki jalan spiritual, suluk, dan cara yang berbeda untuk sampai kepada Allah SWT. Tidak setiap orang menempuh ibadah mahdhah untuk sampai ke tingkat makrifatullah. Setiap orang memiliki jalannya sendiri. Demikian halnya dengan suluk Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani terkait amalan, ibadah, suluk yang ditempuhnya dalam mencapai derajat wali Allah. Sayyid Bakri mengutip jalan berbeda yang dijalani Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sehingga ia mencapai maqam makrifatullah yang dicintai Allah.
قال سيدي عبد القادر الجيلاني رضي الله عنه ما وصلت إلى الله تعالى بقيام ليل ولا صيام نهار ولكن وصلت إلى الله تعالى بالكرم والتواضع وسلامة الصدر
Artinya, “Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, ‘Aku tidak sampai kepada Allah ta’ala dengan shalat malam dan puasa sunnah siang hari. Tetapi aku sampai kepada-Nya dengan kemurahan hati, ketawadhuan, dan keselamatan batin,’” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, [Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun], halaman 13).
Sayyid Bakri mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang menempuh jalan yang tidak diduga oleh kebanyakan orang. Ia menempuh jalan kemurahan hati, kerendahan hati, dan kesucian batin dari segala penyakit hati. Sementara kebanyakan orang memiliki anggapan seragam bahwa jalan taqarrub kepada Allah hanyalah ibadah lahiriah mahdhah.
Sayyid Bakri mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani ketika menerangkan nazham karya Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari yang menyebutkan keragaman jalan spiritual dan suluk yang ditempuh masing-masing orang dalam bertaqarrub kepada Allah.
ولكل واحدهم طريق * يختاره فيكون من ذا واصلا
كجلوسه بين الأنام مربيا * وككثرة الأوراد كالصوم الصلا
وكخدمة للناس والحمل الحطب * لتصدق بمحصل متمولا
Artinya, “Setiap orang dari mereka menempuh jalan * yang dia pilih sehingga ia menjadi orang sampai (kepada Allah)//seperti duduk di tengah masyarakat memberi petunjuk * dan kebanyakan wirid seperti puasa dan shalat//seperti khidmah kepada orang (ahli fiqih, orang saleh, ahli agama) dan memikul kayu bakar * untuk disedekahkan hasil yang dikembangkannya,” (Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari, Hidayatul Adzkiya ila Thariqil Ashfiya pada hamisy Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya: 13).
Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari pada nazhamnya dengan jelas menyebutkan bahwa jalan taqarrub masing-masing orang bisa jadi berbeda satu sama lain. Keragaman jalan spiritual (yang menunjukkan keluasan rahmat Allah dan sering tak terduga) itu bermuara pada satu tujuan, yaitu wushul ilallah atau makrifatullah. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Perintah Membaca
2
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Anjuran Memperbanyak Tadarus
3
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Turunnya Kitab Suci
4
PBNU Adakan Mudik Gratis Lebaran 2025, Berangkat 25 Maret dan Ada 39 Bus
5
Khutbah Jumat: Pengaruh Al-Qur’an dalam Kehidupan Manusia
6
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Peduli Lingkungan dan Sosial
Terkini
Lihat Semua