Tasawuf/Akhlak

Jenis-jenis Keramat Para Wali Allah dalam Kajian Tasawuf

Sab, 25 Juli 2020 | 05:00 WIB

Jenis-jenis Keramat Para Wali Allah dalam Kajian Tasawuf

Allah hingga kini masih menganugerahkan derajat kewalian kepada orang-orang yang Dia kehendaki sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Dia mengangkat mereka sebagai wali-Nya sebagai bukti bagi orang hari ini atas kebenaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya.

Allah SWT menutup pangkat kerasulan (risalah) dan kenabian (nubuwwah) pada Nabi Muhammad SAW. Allah tidak lagi menganugerahkan risalah dan kenabian kepada manusia sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Tetapi Allah tidak menutup derajat kewalian (wilayah).


Setelah kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, tidak ada lagi nabi dan rasul utusan Allah. Hal ini perlu disebutkan mengingat adanya klaim-klaim orang-orang yang mendakwakan diri sebagai nabi atau rasul-Nya.


Allah SWT membekali nabi dan rasul-Nya dengan mukjizat, yaitu sebuah kejadian di luar kebiasaan yang dapat menunjukkan kebenaran nabi dan rasul tersebut; dan tentu saja menunjukkan kekuasaan dan keesaan-Nya.


Tetapi Allah hingga kini masih menganugerahkan derajat kewalian kepada orang-orang yang Dia kehendaki sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Dia mengangkat mereka sebagai wali-Nya sebagai bukti bagi orang hari ini atas kebenaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya.


Allah membekali para wali-Nya dengan karamatul auliya atau keramat para wali. Keramat merupakan kejadian di luar kebiasaan seseorang tanpa mendakwakan diri sebagai nabi dan rasul.


Karamatul auliya yang Allah berikan dapat berbentuk ijabah doa, kemunculan makanan tanpa sebab yang jelas di waktu kesulitan, kemunculan air di waktu kehausan, kemudahan menempuh jarak tertentu dalam tempo singkat, keselamatan dari intaian musuh, mendengar suara petunjuk dari hatif (suara tanpa kehadiran orang yang mengatakannya), dan banyak lagi peristiwa di luar kebiasaan sehari-hari yang tidak lazim. (Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalatul Qusyairiyyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 191).


Keramat para wali Allah yang diangkat oleh Al-Qur’an antara lain adalah keramat yang diberikan kepada Maryam yang memiliki makanan di luar musimnya, keramat ashabul kahfi, keramat Khidhir (yang dianggap sebagai wali, bukan nabi, oleh sebagian ulama).


Adapun keramat para wali Allah yang diangkat oleh hadits Nabi Muhammad SAW antara lain adalah kisah Juraij, rahib di tengah Bani Israil, anak bayi yang dapat berbicara kepada ibunya terkait cita-citanya kelak, hadits tiga orang Bani Israil yang terperangkap dalam gua, sapi yang dapat berbicara kepada manusia, dan hadits Uwais Al-Qarni.


Semua ini adalah keramat para wali yang masyhur di masyarakat. Adapun berikut ini adalah keramat para wali Allah yang lebih besar daripada “keajaiban-keajaiban” di luar kelaziman sebagaimana telah disampaikan sebelumnya.


واعلم أنَّ من أجلّ الكرامات التي تكون للأولياء: دوام التوفيق للطاعات، والعصمة عن المعاصي والمخالفات


Artinya, “Ketahuilah, keramat paling mulia bagi para wali adalah senantiasa taufik Allah untuk berbuat taat kepada-Nya dan perlindungan-Nya (atas wali-Nya) dari maksiat dan pelanggaran,” (Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 192).


Dengan demikian, kita tidak hanya menjadikan kejadian di luar kelaziman seseorang sebagai indentifikasi atas kewaliannya. Tetapi yang patut diperhitungkan sebagai keramat para wali adalah taufik Allah pada seseorang yang membuatnya terus-menerus ibadah dalam arti yang luas kepada Allah dan perlindungan-Nya dari kemaksiatan.


Inilah ragam keramat para wali Allah yang menunjukkan kebenaran para nabi dan rasul utusan Allah dan juga menunjukkan kekuasaan serta keesaan-Nya.


Penulis: Alhafiz Kurniawan

Editor: Abdullah Alawi