Tasawuf/Akhlak

Nasihat Umar bin Khattab RA untuk Pejabat dan Anggota Dewan yang Tidur Siang

Rab, 23 Juni 2021 | 13:00 WIB

Nasihat Umar bin Khattab RA untuk Pejabat dan Anggota Dewan yang Tidur Siang

Sebagai pejabat publik, mereka tidak boleh abai dalam menjalankan tugas. Mereka tidak perlu bimbang pada ibadah tambahan seperti shalat sunnah dan ibadah mahdhah lainnya terutama pada siang hari.

Jabatan publik mulai dari kepala negara, menteri, ketua lembaga negara, ketua badan negara, kepala daerah, walikota, bupati, anggota dewan baik DPR maupun DPRD, hingga jabatan publik lainnya merupakan salah satu jalan yang dapat digunakan untuk meraih ridha ilahi.


Para pejabat publik akan mendapatkan derajat tinggi dan ganjaran besar di sisi Allah bila menunaikan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, loyalitas yang tinggi, dan dedikasi terhadap profesi sesuai wewenang yang diberikan kepada mereka.


Sebagai pejabat publik, mereka tidak boleh abai dalam menjalankan tugas. Mereka tidak perlu bimbang pada ibadah tambahan seperti shalat sunnah dan ibadah mahdhah lainnya terutama pada siang hari. Justru malah tercela dalam syariat bila pejabat publik kerjanya lebih banyak melakukan ibadah pada siang hari (yaitu jam dinas). 


Imam Al-Ghazali menyebut pejabat publik (al-wali) sebagai satu dari enam kelompok yang sedang menempuh jalan ilahi. Pejabat publik baik sebagai kepala negara, hakim, maupun sebagai pemegang otoritas publik lainnya cukup menunaikan tugas dan tanggung jawab publik dalam rangka memenuhi hajat hidup dan kepentingan orang banyak. (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 440).


Menurut Imam Al-Ghazali, untuk menjadi hamba Allah yang baik para pejabat publik itu harus dengan tulus ikhlas mendedikasikan diri dan waktunya untuk kepentingan publik. Pada siang hari, mereka cukup melaksanakan ibadah wajib (shalat zuhur dan ashar). Adapun ibadah sunnah lainnya dapat dilaksanakan pada malam hari di luar jam dinas. (Imam Al-Ghazali, 2018 M: I/440).


كما كان عمر رضي الله عنه يفعله إذ قال مالي وللنوم فلو نمت بالنهار ضيعت المسلمين ولو نمت بالليل ضيعت نفسي


Artinya, “Sebagaimana yang dilakukan Umar bin Khattab RA sebagai pejabat publik. Ia mengatakan, ‘Tidak ada waktu untuk tidur bagiku. Andai tidur siang, aku menelantarkan masyarakat. Andai aku tidur malam (tanpa ibadah sunnah), aku menyia-nyiakan diriku sendiri.’” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: I/440).


Sayyidina Umar bin Khattab dikenal sebagai kepala negara yang sangat peduli kepada warganya. Bila malam tiba, ia blusukan di tengah masyarakat dan mengumumkan, “Siapa saja yang berkepentingan, jangan segan datangi kami.” (As-Sya’rani, At-Thabaqatul Kubra, [Beirut, Darul Fikr: tanpa tahun], juz I, halaman 18).


Salah satu doa Sayyidina Umar bin Khattab sebagai pejabat publik adalah “Allahumma lā taj’al halāka ummati Muhammadin shallallāhu ‘alayhi wa sallama ‘alā yadī,” atau “Ya Allah, jangan jadikan kesengsaraan umat Muhammad SAW pada tangan(kebijakan)ku,” (As-Sya’rani: I/18).


Sebagai pejabat publik, Sayyidina Umar bin Khattab tidak segan memikul bantuan untuk warganya sendiri. Suatu hari ia memikul sekarung gandum untuk janda tua dan anak-anak yatim.


Seorang warga yang tidak tega melihatnya menawarkan bantuan, “Biar aku yang pikul wahai Amirul mukminin.” 


“Siapa yang berkenan memikul dosaku kelak pada hari kiamat?” kata Sayyidina Umar bin Khattab menolak. (As-Sya’rani: I/19).


Tidur siang bagi para pejabat publik adalah ilustrasi, contoh kecil, atau bentuk paling ringan dari penelantaran dan pengabaian atas tanggung jawab yang diamanahkan kepada mereka dalam memenuhi hak-hak masyarakat. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)