Doa

Doa Setelah Makan Makanan Syubhat

Sab, 2 Mei 2020 | 13:30 WIB

Doa Setelah Makan Makanan Syubhat

Tiap orang wajib menjaga diri dari makanan haram, baik secara substansi maupun cara memperolehnya.

Salah satu kebutuhan primer manusia adalah makan dan minum. Makanan yang baik menurut A-Qur’an adalah makanan yang halal lagi baik.

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأرْضِ حَلالا طَيِّبًا وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (١٦٨)

 

“Wahai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS al-Baqarah: 168).

 

Sebagai bentuk ikhtiar manusia dalam menghindari makanan haram adalah dengan berhati-hati dalam memperoleh makanan. Dampak negatif makanan haram tidak hanya dirasakan di dunia akan tetapi sampai di akhirat. Bahkan makanan haram menjadi salah satu penghalang masuk surga. Abu Bakar Ash-Shiddiq mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

 

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِحَرَامٍ. (رواه أبويعلى وغيره)

 

“Tidak akan masuk surga tubuh manusia yang dibesarkan (diberi makan) dari makanan haram” (HR Abu Ya’la dan lainnya).

 

Selain makanan halal dan haram, di antara keduanya terdapat hukum syubhat, yaitu ketidakjelasan antara halal dan haramnya. Merujuk kepada hadits nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa jika seseorang mendapati makanan syubhat, maka lebih baik dijauhi.

 

مَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ... (رواه البخارى ومسلم)

 

“Barang siapa berada dalam perkara syubhat maka sama halnya ia berada dalam keharaman.” (HR al-Bukhari Muslim).

 

 

Keraguan akan kehalalan makanan seringkali dirasakan ketika berada di daerah minoritas Muslim. Begitu juga ketika di warung makan yang masih asing, di rumah saudara, kerabat, teman dan seterusnya. Berkaitan dengan ini, Syekh Afdhaluddin al-Azhari menyarakankan berdoa setelah selesai makan di tempat orang lain yang belum bisa dipastikan kehalalannya, sebagai berikut:

 

اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا الطَّعَامُ حَلَالًا فَوَسِّعْ عَلَى صَاحِبِهِ وَاجْزِهِ خَيْرًا وَإِنْ كَانَ حَرَامًا أَوْشُبْهَةً فَاغْفِرْلِيْ وَلَهُ وَأَرْضِ عَنِّيْ أَصْحَابَ التَّبِعَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِرَحْمَتِكَ يَا أرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

“Ya Allah jika makanan yang saya makan ini halal, maka luaskanlah rezekinya (orang yang memberi makan) dan balaslah dengan kebaikan. Dan jika makanan ini adalah haram atau syubhat maka ampunilah aku dan dia, dan jauhkanlah para penerima konsekuensi (atas dosanya sendiri) dariku kelak di hari kiamat dengan kasih sayang-Mu, wahai Allah yang Maha Penyayang di antara para penyayang.”

 

Demikian juga Syekh Sya’rani, beliau menyarankan membaca doa:

 

اللَّهُمَّ احْمِنِيْ مِنَ الْأَكْلِ مِنْ هَذِهِ الطَّعَامِ الَّذِيْ دُعِيْتُ اِلَيْهِ فَاِنْ لَمْ تَحْمِنِيْ مِنْهُ فَلَا تَدَعْهُ يُقِيْمُ فِيْ بَطْنِيْ وَاِنْ جَعَلْتَهُ يُقِيْمُ فِيْ بَطْنِيْ فَاحْمِنِيْ مِنَ الْوُقُوْعِ فِي الْمَعَاصِى الَّتِيْ تَنْشَأُ مِنْهُ عَادَةً فَاِنْ لَمْ تَحْمِنِيْ مِنَ الْوُقُوْعِ فِي الْمَعَاصِي فَاقْبَلْ اِسْتِغْفَارِيْ وَارْضَ عَنِّيْ أَصْحَابَ التَّبِعَاتِ فَإِنْ لَمْ تَقْبَلْ اِسْتِغْفَارِيْ وَلَمْ تَرْضَهُمْ عَنِّيْ فَصَبِّرْنِيْ عَلَى الْعَذَابِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

Ya Allah jagalah aku dari makanan ini. Jika engkau tidak menjagaku maka jangan tinggalkan makanan ini berada di perutku. Jika engkau jadikan makanan tetap berada dalam perutku maka jagalan aku dari kemaksiatan yang timbul karenanya. Jika engkau tidak menjagaku dari maksiat, maka terimalah tobatku, dan jauhkanlah para penerima konsekuensi (atas dosanya sendiri) dariku. Jika engkau tidak menerima tobatku dan menjauhkan mereka dariku, maka berikanlah aku kesabaran menghadapi siksa, wahai Allah yang Maha Penyayang di antara para penyayang” (Syekh Nawawi al-Bantani, Qami ath-Thughyan, Indonesia: Haramain, hal. 12).

 

Demikianlah dua contoh doa dari Syekh al-Azhar dan Syekh Sya’rani. Semoga kita semua dijaga oleh Allah dari makan makanan syubhat apalagi haram. Sehingga selalu berada dalam rida dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala, amiin.

 

 

Jaenuri, Dosen Fakultas Agama Islam UNU Surakarta