Hikmah

Ahli Sedekah yang Salah Sasaran dalam Cerita Rasulullah

Sen, 30 Maret 2020 | 08:00 WIB

Ahli Sedekah yang Salah Sasaran dalam Cerita Rasulullah

Betapa luasnya rahmat Allah dalam menerima sedekah, meskipun sedekah jatuh bukan pada orang yang berhak menerimanya.

Di setiap zaman dan generasi selalu ada orang pilihan yang gemar mengerjakan ketaatan. Mereka terdorong menunaikannya demi meraih balasan dan keridhaan Tuhan. Bukan mengharap balasan atau pujian makhluk atas apa yang dikerjakan.

 

Ini pula yang pernah dikisahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Ada seorang laki-laki dikabarkan memiliki kebiasaan sedekah secara sembunyi-sembunyi. Tidak ingin ada yang melihatnya kecuali Dzat Yang Maha Melihat. Sebab, ia tahu sedekah dengan cara itu lebih unggul dan mampu memadamkan murka Allah. Demikian menurut kisah hadits dalam riwayat Al-Bukhari (no. 1421) dan Muslim (no. 1022) dari Abu Hurairah.

 

قَالَ رَجُلٌ: لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي يَدِ سَارِقٍ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدَيْ زَانِيَةٍ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، عَلَى زَانِيَةٍ؟ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي يَدَيْ غَنِيٍّ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى غَنِيٍّ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، عَلَى سَارِقٍ وَعَلَى زَانِيَةٍ وَعَلَى غَنِيٍّ، فَأُتِيَ فَقِيلَ لَهُ: أَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعِفَّ عَنْ سَرِقَتِهِ، وَأَمَّا الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا أَنْ تَسْتَعِفَّ عَنْ زِنَاهَا، وَأَمَّا الغَنِيُّ فَلَعَلَّهُ يَعْتَبِرُ فَيُنْفِقُ مِمَّا أَعْطَاهُ اللهُ

 

Ada seorang laki-laki yang berkata, “Aku akan memberikan sebuah sedekah.” Setelah berkata demikian, ia pun pergi membawa sedekahnya. Namun ternyata sedekahnya jatuh di tangan seorang pencuri. Keesokan paginya, orang-orang ramai membicarakan, “Ada orang yang sedekah kepada pencuri.”

 

Pria itu berkata lagi, “Ya Allah, hanya milik Engkaulah segala kebaikan. Aku akan memberikan sebuah sedekah.” Ia pun pergi membawa sedekahnya. Namun ternyata sedekahnya jatuh di tangan seorang wanita pezina. Keesokan paginya, orang-orang kembali ramai membicarakan, “Tadi malam ada orang yang bersedekah kepada seorang pezina.” Pria itu berkata lagi, “Ya Allah, segala kebaikan hanya milik-Mu. Sedekahku jatuh kepada pezina. Tapi aku akan bersedekah lagi.”

 

Ia lantas pergi membawa sedekahnya. Namun, kali ini sedekahnya diterima oleh orang yang kaya. Keesokan paginya, orang-orang ramai membicarakan, “Ada orang kaya yang menerima sedekah.” Pria tersebut berkata, “Ya Allah, segala puji hanya milik-Mu. Sedekahku jatuh di tangan pencuri, pezina, dan orang yang kaya. Kemudian, ia bermimpi. Dalam mimpinya, ada yang datang dan disampaikan kepadanya, “Adapun sedekahmu kepada pencuri, mudah-mudahan menjauhkan dirinya dari kebiasaan mencurinya. Kemudian sedekahmu kepada pezina, mudah-mudahan menjauhkan dirinya dari kebiasaan zinanya. Sedangkan sedekahmu kepada orang kaya, mudah-mudahan ia mau mengambil pelajaran, kemudian ia jadi mau menginfakkan sebagian yang diberikan Allah kepadanya.”

 

 

Hadits di atas mengisahkan kepada kita, dahulu ada seorang laki-laki yang hendak bersedekah secara sembunyi-sembunyi. Ia melakukannya selama tiga malam berturut-turut. Pada malam pertama, ternyata sedekahnya jatuh di tangan pencuri. Pada berikutnya, sedekahnya jatuh di tangan tangan pezina. Sedangkan pada malam ketiga, sedekahnya diterima oleh orang kaya. Hal itu telah membuatnya sedih dan prihatin. Namun, kemudian ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia diberitahu bahwa sedekahnya tetap diterima. Bahkan, dijelaskan kepadanya, sedekah yang diberikan kepada orang-orang yang tidak berhak menerimanya itu tetap memberikan pelajaran tersendiri.

 

Singkat cerita, pada tengah malam, laki-laki itu menyelinap keluar rumah dan mencari orang yang akan menerima sedekahnya. Akhirnya ia menemukan seseorang yang menurutnya layak mendapatkannya. Dalam dugaannya, orang itu adalah miskin. Akhirnya, ia menyerahkan sedekahnya kepada pria miskin tersebut. Namun, dugaannya meleset. Sebab ternyata orang yang menerima sedekahnya adalah seorang pencuri. Buktinya, keesokan harinya, orang-orang di pasar dan tempat-tempat kerumunan ramai memperbincangkan bahwa ada orang yang memberikan sedekahnya kepada pencuri.

 

Rupanya sang pencuri yang menerima sedekah menceritakan apa yang telah dialaminya. Sebab, tak berselang selang lama setelah itu, tersiarlah kabar di tengah masyarakat bahwa ada maling yang menerima sedekah. Belum diketahui siapa yang memberikan sedekah itu. Namun, berita itu cukup membuat hati sang pemberi sedekah merasa sedih dan terluka. Ia kemudian mengungkapkan kesedihannya, “Ya Allah, segala puji hanya milik-Mu. Sedekahku jatuh di tangan pencuri.”

 

Sang laki-laki pun bertekad untuk kembali bersedekah pada malam berikutnya. Sebab, dirinya mengira, sedekah sebelumnya hilang sia-sia dan tidak “sampai” di tangan Tuhannya. Malam kedua pun tiba. Ia kembali menyelinap keluar rumah setelah malam benar-benar menunjukkan gelapnya. Tujuannya agar ia bisa berlindung di balik kegelapannya. Ia lalu memberikan sedekahnya kepada seorang wanita yang disangkanya seorang wanita miskin. Namun, dugaannya kembali salah. Ternyata wanita itu seorang pezina. Wanita itu pun menceritakan apa yang dialaminya. Esoknya tersiarlah kabar seperti kabar seorang pencuri. Akhirnya kabar pun sampai di telinga orang yang memberikannya. Kembali ia menelan kesedihan dan penyesalan. Lagi-lagi ia mengungkapkan perasaannya, “Ya Allah, hanya milik Engkaulah segala kebaikan. Kali ini sedekahku jatuh di tangan pezina.”

 

Untuk ketiga kalianya, ia kembali bertekad untuk bersedekah mengharap pahala dan balasan Allah. Namun, di malam yang ketiga sedekahnya jatuh justru di tangan orang kaya. Dapat dibayangkan betapa sedihnya perasaan laki-laki yang bersedekah itu. Sudah tiga kali, ia salah memberikan sedekah. Dapat dibayangkan bagaimana reaksinya saat mengadu kepada Tuhannya. Hatinya duka sekaligus heran yang tak ada habisnya, seraya berucap, “Ya Allah, hanya milik-Mu segala kebaikan. Sedekahku jatuh di tangan pencuri, di tangan pezina, dan terakhir di tangan orang kaya.”

 

Sepertinya, laki-laki itu tidak mengetahui bahwa Allah telah mencatat balasan dan pahala untuknya. Padahal, siapa pun yang mengeluarkan hartanya karena mengharap balasan pahala dari Allah, maka Dia akan memberikan pahala itu untuknya. Meskipun ia memberikan sedekahnya kepada orang yang tidak berhak.

 

Datanglah kabar gembira kepadanya melalui mimpi bahwa Allah telah menerima sedekahnya. Memberikan balasan pahala atasnya. Dan menginformasikan sebuah hikmah yang agung di balik kesalahan sedekah terhadap ketiga orang yang diberinya. Hikmahnya adalah harapan semoga sang pencuri berhenti dari mencurinya. Orang yang berzina mudah-mudahan berhenti dari zinanya. Dan orang kaya semoga mengambil pelajaran darinya sehingga tergerak untuk menginfakkan sebagian hartanya oleh laki-laki yang bersedekah malam hari dalam keadaan sembunyi-sembunyi agar tak terlihat oleh orang lain demi mencari pembalasan dari Dzat Rabbul‘ibad.

 

Dari kisah di atas, dapat dipetik beberapa pelajaran, di antaranya:

 

  1. Hadits di atas mengungkapkan bahwa selalu ada orang-orang saleh di tengah umat terdahulu sebelum kita. Mereka gemar mengerjakan kebaikan dan bersedekah. Jika malam tiba, ia menyelinap mencari orang-porang fakir, miskin, dan membutuhkan bantuan.
  2. Betapa luasnya rahmat Allah dalam menerima sedekah, meskipun sedekah jatuh bukan pada orang yang berhak menerimanya.
  3. Perbuatan seseorang terkadang melahirkan pengaruh yang baik terhadap orang lain. Contohnya perbuatan seorang pria yang disebutkan dalam kisah di atas yang mampu memberikan pengaruh terhadap pencuri, pezina, dan orang yang kaya.
  4. Betapa utamanya kepasrahan atas ketentuan dan takdir Allah. Laki-laki yang disebutkan di atas, ketika Allah menetapkan untuknya agar sedekahnya tidak sampai kepada fakir miskin yang berhak menerimanya, kemudian orang yang bersedekah itu menerima dan rida atas ketetapan itu, maka Allah menggantinya dengan kebaikan.
  5. Mimpi yang benar adalah kabar gembira dan termasuk salah satu dari empat puluh enam dari kenabian. Salah satunya adalah mimpi yang dialami oleh si laki-laki yang disebutkan kisah di atas. Ia dikabarkan oleh Allah bahwa sedekahnya diterima dan dijelaskan sisi lain yang tidak diketahuinya. Wallahu a’lam.

 

 

Penulis: M. Tatam

Editor: Mahbib